(Oleh Pakar Reforma Agraria Indonesia: Prof. Dr. Gunawan
Wiradi)
Petani adalah peletak dasar peradaban, sebab munculnya
budaya itu pada dasarnya pada saat manusia mulai bertani. Saat itulah
budaya itu mulai muncul. Budaya itu lahir karena petani itu sendiri. Untuk itu
semangat ini harus ditanamkan.
Setiap sikap dan prilaku manusia
itu terbentuk dari alam, seperti seni dan batik. Saat era industrialisasi,
peradaban itu mulai berubah. Seperti music pada jaman dulu terdengar seperti
suara angin dan ombak dilaut serta suara binatang. Namun sekarang music itu
terdengar seperti suara mesin. Setiap prilaku dan sikap di bentuk oleh jamannya.
Baik pada saat jaman pra kemerdekaan, jaman kemerdekaan maupun jaman reformasi.
Sebelum orde baru lahir,
Faktor yang dominan adalah kesadaran sejarah, kebijakan pro rakyat sangat tinggi.
Semangat Gotong royong masih sangat kental. Sehingga tidak heran pada tahun 55
saat orde lama, pemerintah sudah melaksanakan reforma agraria (lend reform).
Namun pada massa Orde
Baru, Kebijakan pemerintah berubah menjadi reprisip dan mulai mengikuti kebijakan
asing serta Asal Bapak Senang. Tidak heran jika saat itu strateginya
terpecah-pecah, ada yang saling dukung dan ada saling tentang.
Paska orde baru tiba, yang
sangat dominan adalah factor interfensi asing. Semangatnya adalah semangat
indifidual dan persaingan. “tingkat persaingan yang tinggi ini disebabkan
karena adanya konflik kepentingan”
Saya melihat pada saat ini
Bangsa Indonesia sudah sangat jauh dari semangat proklamasi yang
dicita-citakan. Penyimpangan cita-cita
proklamasi karena lembaga tinggi Negara di kerdilkan. Dulu lembaga tertinggi adalah
rakyat tapi sekarang sudah dirubah menjadi lembaga tinggi saja.
Saat inilah sebenarnya peluang
rakyat untuk merubah karakter perjuangan. Sekarang harus dimulai, kita harus
memulai, bukan hanya saja untuk kepentingan nasib petani tapi juga untuk
seluruh rakyat Indonesia.
Petani sudah saatnyalah
harus menegaskan identitas dirinya, “Bahwa kaum tani bukan orang yang lemah,
tapi sebaliknya bahwa petani adalah peletak dasar peradaban”. Sebagai alat
perjuangan yang fital, bukan saja kaum petani tapi untuk seluruh rakyat Indonesia.