Translate

Iklan

Iklan

Maraknya Pasar Modern, Ancam Keberadaan Pedagang Tradisional

5/27/12, 16:37 WIB Last Updated 2012-09-25T14:33:13Z
Hasi Madani: Pasar Tradisional Perlu Dilestarikan. Untuk itu kita akan Percantik Pasar Tradisional Agar tidak ditinggalkan Masyarakat

Jember, MAJALAH-GEMPUR.COM, Seiring maraknya pasar modern (swalayan), Keberadaan pasar tradisional secara nasional saat ini daya saingnya semakin melemah, diperparah lagi kondisinya yang semakin tidak terawat, kumuh, dan bau. Akibatnya semakin ditinggalkan masyarakat. Padahal dulu, pasar tradisional merupakan satu-satunya tempat berbelanja masyarakat dan pernah mengalami kejayaan.

Kurang diminatinya pasar tradisional dikarenakan masih belum bisa tertibnya para pedagang tradisional, hal itu terlihat dari penataan barang dagangannya. Hampir terlihat di semua pasar tradisional barang dagangannya acapkali diletakan seenaknya. Disamping itu  usia pasar tradisional yang ada sudah cukup tua yakni dibangun sekitar tahun 1969 dan tahun 1970.

Kondisi Los ataupun kios di pasar tradisional rata-rata dibangun semi permanen (kecuali di Pasar Tanjung: red), belum lagi akses jalan yang masih kurang memadai sehingga terkesan semrawut. Tanpa disadari hal itu akan mengganggu kenyamanan pengunjung ketika berbelanja, dampaknya akan berpengaruh menurunnya jumlah pembeli.

“Akibat kondisi semacam ini, secara umum sejak lima tahun belakangan ini pedapatan para pedagang tradisional menurun, kecuali pada saat-saat tertentu seperti menjelang ramadhan dan lebaran”. Ungkap kepala dinas pasar kabupaten Jember Hasi Madani di Jember.

Menurut orang nomor satu di dinas pasar ini, sedikitnya terdapat 31 pasar tradisional milik pemerintah daerah, dari jumlah tersebut dikelompokan dalam berbagai tingkatan seperti pasar utama seperti Pasar Tanjung, pasar kelas I  diantaranya di Kecamatan Kalisat, Mayang, Balung, Rambipuji Ambulu, dan Tanggul serta pasar kelas II lainnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Dinas Pasar akan berusaha menghapus stigma negative pasar tradisional seperti bau, becek, kumuh dan jorok. Dinas Pasar punya strategi untuk penyelamatan pasar tradisional dan bertekat akan mempercantik pasar tradisional yang ada.

Upaya yang akan dilakukan diantaranya adalah meningkatkan pelayanan dan meningkatkan pendapatan, termasuk dalam hal kebersihan, keamanan dan ketertiban, melakukan pembinaan secara terpadu dan berkesinambungan antara Dinas pasar dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait seperti dinas perindustrian dan perdagangan (disperindag ) serta dinas koperasi (diskop).

Adapun secara fisik akam melakukan revitaliasi pasar dan Memberikan anggaran kisaran Rp. 500 juta hingga Rp. 600 juta pertahun dan memberikan tarif yang murah. “Berdasarkan peraturan daerah (perda) pasar tradisional di Kabupaten Jember, Tarif pasar tradisional di Jember lebih kecil atau rendah ketimbang di kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur”. Jelasnya.

Salah satunya contoh keberhasilan program yang sudah dilaksanakan seperti melakukan pemasangan paving di Pasar Bungur Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang. Menurut Hasi, sebelumnya pasar itu terlihat becek akibat genangan air ketika musim hujan berlangsung, kondisi seperti itu praktis mengurangi jumlah kunjungan masyarakat ke pasar tersebut.

Hal itu sekarang terasa berbeda, ketika dinas pasar ikut cawe-cawe untuk menangani permasalahan tersebut. Sekarang hasilnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat saat berkunjung ke pasar tradisional tersebut. Saat ini jumlah pengunjung kembali normal dan pendapatan pedagang juga kembali stabil. (humas/winardyasto/eros)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Maraknya Pasar Modern, Ancam Keberadaan Pedagang Tradisional

Terkini

Close x