Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Drama penahan Ijazah milik dua siswa SMK
Berdikari sejak setahun lalu dapat diakhiri. Usai tanggungannya dilunasi
Ketua Komisi D, Kepala Sekolah mau mengeluarkan ijazah tersebut.
Ketua Komisi D Ayub
Junaidi, yang datang bersama Irwan Prasetyo, siswa, tokoh setempat serta orang
tua korban mendatangi sekolah dan membayar semua tanggungan saat bertemu Ketua
Yayasan Berdikari Baharudin Rosid dan Kepala Sekolah SMK Berdikari Suhadah.
Uang yang diserahkan sebesar
Rp, 3.920.000 dengan rincian untuk uang gedung, Pratikum serta Uang Ujian
Kurniawan dan Irvan Prasetyo. Usai dilunasi, Ijazah Irvan Prasetyo langsung
dikeluarkan saat itu juga, sementara ijasah kurniawan akan dikeluarkan setelah
yang bersangkutan datang ke sekolah, sebab masih belum membubuhkan cap tiga
jari dalam ijasah tersebut.
Pelunasan ini dilakukan, karena
Ayub tak ingin membahas persoalan polmik terlebih dulu “Jika hanya membahas perbedaan
persepsi “mampu atau tidak mampu”, tidak akan menyelesaikan persoalan.
Ujung-ujungnya siswalah yang jadi korban. Tuturnya saat diwawancarai beberapa media usai melunasi,
Rabo (22/5)
Penahanan Ijazah, Menghambat Masa Depan Dan Cita-cita
Siswa
Sikap sekolah yang menahan
ijazah ini sangat disayangkan “Sikap sekolah yang menahan Ijazah Siswa Itu dapat
dikatagorikan sebagai pelanggaran dan bisa di laporkan Ke Kepolisian. Pasalnya
penahanan ijazah ini, menhambat masa depan serta membunuh sebuah cita-cita
siswa.” Tegasnya anggota DPRD Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Untuk itu Ayub meminta
kepada Dinas Pendidikan agar melakukan pengawasan dan mengambil tindakan tegas,
bila perlu di cabut Perijinanya, Karena hal tersebut sudah jelas di
Undang-Undang Dasar, Bahwa Pendidikan menjadikan prioritas dan pemerintah sudah
menggarkan 20% dari APBN, dan dengan cara susidi silang “Jelasnya
Masih Kata Cak Ayub panggilan
akrap ketua Ansor Jember, mengingatkan agar Jangan sampai kejadian seperti yang
dilakukan SMK Berdikari, dilakukan oleh sekolah lain. Bupati harusnya turun
tangan, agar kasus serupa tidak terulang kembali. Karena siswa dan siswi merupakan
kader bangsa “Pungkasnya.
Hasil Survey Sekolah, Kedua Siswa Dianggap Mampu
Sementara menurut Ketua
yayasan, Baharudin Rosid, Bahwa yayasan ini berkembang atas bantuan guru dan
orang tua wali murid, apalagi lembaganya bergerak dibidang pendidikan Swasta, yang
tak pernah dapat bantuan dari luar.
Tapi kami masih mau
berfikir membantu bagi siswa yang benar-benar tidak mampu, namun harus melalui
proses yang ketat. Walau pun ada surat keterangan tidak mampu dari desa masih
harus di survey, semuanya itu dilakukan semata-mata untuk kelanjutan
Pendidikan.
Hal ini dikuatkan Kepala
Sekolah Suhadah, menurutnya pihak sekolah telah melakukan Survey, bahwa apa yang
kami temukan sebagai berikut, memang Ibu dari Kurniawan meningal dunia, namun bapaknya
sehat, dan berumah tangga lagi namun tak diketahui keberadaanya.
Masih kata Suhadah,
sedangkan Keluarga Irvan Prasetyo, Kondisi rumah bagus, serta memiliki dua
sepeda motor, sedangkan kedua orang tuanya sehat-sehat saja, dan bapaknya
sebagai sopir Bus antar Provinsi Gunung Harta.”Jelasnya
Atas dasar survey tersebut,
kedua siswa tersebut dianggap mampu dan harus melunasi tanggungan dengan perincian,
untuk Kurniawan tunggakan di Klas XI Rp. 270.000, Klas, XII Rp 875.000, Total
Rp 1.145.000. Dapat batuan dari dewan guru Rp100.000,-
Sedangakan Irvan Prasetyo,
Tunggakan di Klas, X Rp 575.000, Klas, XI Rp 950.000, Klas XII Rp, 1.650.000,
Total sebesar Rp, 3.175.000, Dapat bantuan dari dewan guru Rp 300.000,-. Jadi
yang harus di bayar dua siswa berjumlah Rp,3. 920.000.
Hasil Survey Sekolah, Dibantah Tokoh Masyarakat
Setempat
Hasil urvey tersebut
dibantah tokoh masyarakat setempat, Agus Hadi Santoso. Bahkan Agus menilai bahwa hasil survai
sekolah itu bertolak belakang ”rumah yang di jadikan pedoman itu rumah
neneknya, dan masih kumpul keluarga besar, sedangakan sepeda motor, milik dari
keluarga lain, perihal orang tua yang benar adalah sopir Lyn pedesaan, namun
sekarang sakit-sakitan dan tidak bisa kerja.”Ungkapnya.
Hal tersebut dibenarkan Irvan
Prasetyo Sasongko, kondisi keluarga masih serba kekurangan, dan Kondisi Orang
tua Sudah sakit-sakitan dan masih membiayai dua adik yang satu sekolah di
SMP”Jelasnya. Untuk itu saya ingin membantu keluarga, Walaupun tak punya
ijazah, akhirnya Jualan Es Rumput Laut, Hampir setahun ini,