Banyuwangi, MAJALAH-GEMPUR.Com.
Gunung Api Ijen merupakan gunung api aktif yang memiliki danau kawah di puncak, dengan panjang dan lebar danau masing-masing
sebesar 800 m dan 700 m serta
kedalaman danau mencapai 180 m.
”Selain itu, kami juga meminta agar BPBD Kabupaten
Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi senantiasa berkoordinasi dengan Pos
Pengamatan G. Ijen di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi
atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung,” urai
Bambang Heri Purwanto, yang selama ini mengaku selalu berkoordinasi dengan
‘Mbah Rono’ itu. (Hakim Said)
Secara geografis G. Ijen berada pada posisi 8º 03’ 30” LS dan 114º 14’ 30” BT dengan tinggi
puncaknya 2386 meter dari permukaan laut. Secara administratif terletak di dua Kabupaten,
yaitu Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Banyuwangi, serta Kabupaten Situbondo,
Provinsi Jawa Timur.
Erupsi G. Ijen yang tercatat dalam sejarah adalah berupa letusan-letusan
freatik yang bersumber dari danau kawah. Erupsi freatik terakhir terjadi pada
tahun 1993 menghasilkan tinggi kolom asap berwarna hitam yang mencapai
ketinggian 1000 m.
Pada tanggal 8 Februari 2012, pukul 13:00 WIB, status kegiatan
G. Ijen, diturunkan dari Siaga (Level III)
menjadi Waspada (Level II). Pada
tanggal 12 Maret 2012, pukul 14:00 WIB status kegiatan G.
Ijen dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Pada tanggal 13 Mei
2012, pukul 20:00 WIB status kegiatan G. Ijen
diturunkan dari Siaga (Level III)
menjadi Waspada (Level II), dan Sejak
24 Juli 2012 pukul 14:00 WIB status kegiatan G. Ijen dinaikkan dari Waspada (Level II)
menjadi Siaga (Level
III).
Potensi bahaya erupsi G. Ijen pada Kawasan Rawan Bencana III adalah di sekitar danau
kawah terlanda ancaman aliran gas racun, aliran awan panas, lumpur panas,
aliran lava, hujan abu lebat dan lahar letusan. Potensi bahaya erupsi G. Ijen
pada Kawasan Rawan Bencana II adalah
potensi terlanda aliran awan panas, lahar letusan, lahar hujan, hujan abu
lebat, kemungkinan longsoran puing vulkanik dan lontaran batu pijar.
Potensi bahaya erupsi G. Ijen pada Kawasan Rawan bencana I adalah potensi
terlanda aliran lahar hujan, kemungkinan perluasan awan panas atau lahar
letusan, hujan abu lebat, kemungkinan dapat terkena lontaran batu pijar.
Gunung Ijen merupakan salah satu gunung api aktif
yang memiliki danau kawah dan penghasil sublimasi belerang yang cukup besar, disamping itu pandangan yang luar biasa yaitu
komplek blue fire (api biru) yang bisa dinikmati pada malam hari. Tentang
gambaran terjadinya blue fire (api biru) , Kawah Ijen
mempunyai komplek lubang fumarola
yang cukup besar dengan terperatur lk. 600 derajad celcius.
fumarola terjadi karena
ada uap dan gas sedang solfatara terjadi
kandungan gas SO2 dan H2S dengan volume cukup banyak lalu keluar
ke permukaan bumi bercampur
dengan udara dengan tekanan cukup kuat maka terjadi sublimasi belerang,maka
solfatara bisa juga disebut lubang
keluarnya belerang dan ini adanya hanya di gunung api.
Blue Fire (api biru) yang berada di Kawah Ijen terjadi karena lubang solfatara dengan
temperature cukup panas (lk 600 derajad celcius) membakar belerang
yang berada didekat lubang solfatara sedangkan batu belerang
(diambil penambang) terjadi
dengan temperature 160 – 200
derajad ,makanya untuk mendapatkan batu belerang diatur dengan pipa (mengatur suhu).
Di dasar kawahpun
sebenarnya juga menghasilkan belerang cukup besar hal bisa diketahui dengan
menggunakan alat (eco sonding).
Gambar diatas ini menunjukkan adanya lubang solfatara yang cukup besar di dasar kawah, solfatara
ini memuncratkan tekanan tinggi hingga lk 140 meter dan
lebar 40 meter. Disamping hal tersebut diatas gunung ijen, mempunyai panorama yang indah. Makanya tidak heran kalau gunung ijen, menjadi salah satu tujuan wisata
bagi wisatawan mancanegara dan domestic, ‘Sangat cantik
tetapi juga membahayakan’.
Sehubungan dengan status tersebut, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi terus
meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan G. Ijen dan dikoordinasikan dengan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Mengingat status kegiatan G. Ijen
Siaga, maka pihak Vulacanologi
(pengamatan G. Api/Ijen) merekomendasikan agar masyarakat di sekitar G. Ijen dan pengunjung/wisatawan/pendaki/penambang
tidak diperbolehkan mendekati kawah yang ada di puncak G. Ijen dalam radius 1,5 km dari
kawah aktif.
Selain itu, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar G. Ijen dalam KRB
II untuk selalu waspada dan tetap memperhatikan perkembangan kegiatan G. Ijen
yang dikeluarkan oleh BPBD setempat. Sedangkan masyarakat yang tinggal di
sepanjang bantaran Sungai Banyuputih yang berhulu di danau Kawah Ijen tetap
meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya
luapan air danau kawah ijen apabila terjadi letusan G. Ijen.
Namun demikian, pihak Vulakanologi melalui Kepala Pos Gunung Api /Ijen,
Bambang Heri Purwanto, meminta agar masyarakat di sekitar G. Ijen diharap
tenang, tidak terpancing isyu-isyu tentang letusan G. Ijen dan agar selalu
mengikuti arahan dari BPBD setempat.
”Kami dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu
berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan BPBD Kabupaten Bondowoso, BPBD Kabupaten
Situbondo serta BPBD Kabupaten Banyuwangi.