Para BMI Dan Nara Sumber Fotong Bareng Si Hongkong |
Acara yang digelar di Room Z2-001, Polytechnic University, Hong
Ham, Hong Kong SAR, CHINA Minggu, 16 Maret 2014 dan medapat dukungan KJRI Hong Kong, merupakan inisiatif
murni dari para Buruh Migran Indonesia (BMI) Hong
Kong ini merupakan kegiatan untuk pertama
kalinya.
Acara
yang dihadiri buruh migran Indonesia di Hong Kong dan Macau dan untuk menyambut
pemilihan umum (Pemilu) anggota legislatif tahun 2014 ini diharapkan dapat
menjadi forum bagi Buruh Migran faham makna pemilu, mengenal lebih visi-misi
program para caleg, dan tidak salah pilih.
Hadir sebagai pembicara
dalam Debat publik BMI dengan Caleg dari DPR-RI diikuti oleh Masinton Pasaribu
(PDIP), Lathifa Marina Al Anshori (Nasional Demokrat), Yoga Dirga Cahya (PAN), Abdul
Wahid Maktub (PKB), Moh. Miftah Farid (PKB)
Sebelum acara dimulai, para
panelis.menjabarkan dan dijelaskan terlebih dahulu mengenai pemilihan umum,
partai politik dan permasalahan buruh migran di luar negeri. Diantaranya
adalah; Fahmi Panimbang, Program Coordinator dari Asia Monitor Resource
Centre (AMRC), Sringatin, Coordinator dari Jaringan BMI dan juga ketua IMWU, Answer
Styannes, Program Officer Asian Human Right Commission (AHRC), Romo Paulus
Waris Santoso, Keluarga Katolik Indonesia Hong Kong (KKI)
Sehingga para BMI menjadi
tahu banyak hal tentang dunia politik dan juga rekam jejak partai politik
peserta pemilu. Namum perasaaan bimbang
dan bingung masih menyelimutinya. Bimbang, kalau tidak memilih, kertas suaranya
ada yang menyalahgunakan. Bingung, mau pilih partai atau caleg yang mana. pasalnya
rasa apatis terhadap partai dan politikus sangat terasa. Bukan saja apatis,
tapi sudah anti terhadap keduanya.
Saat panelis mengajukan pertanyaan dan memberi waktu para caleg untuk menjawab, para audiens menyimak dengan seksama penuturan para caleg. Ada yang tersenyum, ada yang diam kyusuk menyimak, ada yang geleng-geleng kepala, ada yang nyengir pertanda tak paham.
Giliran waktu para audiens
diberi kesempatan untuk bertanya. Beberapa pertanyaan sangat berbobot tapi
sayangnya, jawaban dari para caleg juga tidak memuaskan. Antara
pertanyaan dan jawaban tidak nyambung. Jawaban yang tidak sesuai dengan
pertanyaan itu sedikit gambaran bahwa mereka tidak mampu mendengarkan dengan
baik.
"Dari sini kita bisa lihat, ini bisa jadi gelagat kalau nanti mereka juga tidak bisa mendengarkan aspirasi rakyat, mereka hanya mendengarkan kemauannya sendiri." Tutur Romo Waris, salah satu panelis.
Di sisi lain, antara
ideologis dan praktis. Tadi kelihatan yang muda itu ideologis, yang tua lebih
praktis. Untuk yang ideologis patut didukung agar tidak terseret arus
politik yg kotor. Sudah ada banyak contoh politisi muda yg terjebak
korupsi. Yang praktis juga perlu didukung agar mereka bisa melihat lebih
jauh. Tambah Romo.
Pasti sudah banyak yang tahu tentang banyaknya kader partai yang duduk di kursi DPR-RI terjerat korupsi, padahal dulunya bisa dibilang memiliki track record yang bagus. Kenapa setelah jadi anggota legislatif terjerat korupsi?
Jam 11 sampai jam 5 lebih berada dalam ruangan dan mendengarkan penjabaran para panelis. Kemudian debat caleg jam 2.30 sampai jam 5 lebih, mendengar penuturuan visi misi para caleg membuat para BMI paham bagaimana para caleg ini saling silang adu kemampuan dan pengetahuan mengenai buruh migran.
Ada caleg yang paham ada
juga yang sama sekali tak paham. Ada yang melenceng sangat jauh dari pertanyaan
awal dan membuat buruh migran saling berbisik, "gimana sih ini, pertanyaan
dan jawaban kok gak nyambung."
Permasalahan Buruh Migran Luar Negeri Begitu Komplek
KTKLN, outsourching, UU
no.39/2004 masih menjadi perdebatan yang sengit. Janji menghapus KTKLN,
merevisi UU, meningkatkan pelayanan serta perlindungan dan lain-lain
diperdebatkan dalam dialog kali ini. Tapi sayangnya, tidak ada caleg yang
membahas soal lapangan kerja di dalam negeri dengan gaji yang memadai sehingga
tak perlu kaum perempuan jauh-jauh pergi ke luar negeri.
Semuanya tahu bahwa akar
permasalahan buruh migran justru ada di dalam negeri yakni sejak masih proses
awal sewaktu di Indonesia. Sudah puluhan tahun Indonesia menjadi pengirim
tenaga kerja ke luar negeri, tetapi berbicara soal pelayanan dan perlindungan
hanyalah slogan semata, manis di awal kenyataannya selalu pahit akhirnya.
Buruh migran di luar negeri tersebar di 142 negara dengan total 6,5 juta jiwa. Tahun 2006-2012 sebanyak 4 juta jiwa berstatus ilegal. Para BMI ini berasal dari 392 kabupaten atau kota dan tahun 2013 jumlah pengiriman dari buruh migran sebanyak Rp 81 Trilyun lebih. Angka yang sangat fantastis. Benar memang kalau pengiriman BMI menduduki nomor 2 setelah SDA kita.
Namun, perlu kita garis
bawahi, bahwa warga Indonesia yang bekerja di luar negeri sebanyak 90% menjadi
pekerja rumah tangga (PRT) dan sebanyak 76% adalah perempuan
Permasalah buruh migran di luar negeri begitu komplek. Dan dari periode-periode pemilu sebelumnya, para caleg pun menebar janji yang kurang lebih isinya sama dengan para caleg dalam pemilu tahun ini.
Kebijakan Parpol Terkait Buruh Migran
Janji caleg yang sudah 2
atau bahkan 3 periode duduk di parlemen saja tak pernah ada buktinya, tak ada
tindak lanjutnya, lalu bagaimana para buruh migran ini bisa yakin akan janji
manis yang kembali ditebar oleh para caleg peserta pemilu tahun ini.
Pada akhirnya semua kembali kepada pemilih. Seperti yang dijelaskan oleh Fahmi Panimbang, salah satu panelis, bahwa GOLPUT atau memilih itu adalah HAK setiap warga, tidak ada aturan halal dan haram. Pilihlah wakil yang menurutmu sesuai dengan aspirasimu.
Pemilu di Hong Kong akan dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2014 bertempat di lapangan Victoria Park. Bagi yang tidak kebagian kertas suara, bisa langsung datang ke lapangan dengan membawa KTP.
Sekali lagi kami tekankan di sini, bahwa acara debat caleg di Hong Kong bukanlah acara atau deklarasi untuk mendukung salah satu caleg. Tapi acara ini semata adalah untuk membuka mata kita sebagai buruh migran mengenai para calon wakil rakyat yang "katanya" bisa mewakili apa yang kita suarakan di luar negeri untuk disampaikan kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan. (ild)