Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Sejumlah jurnalis Jumat (4/6) menggelar Doa bersama dan
Tahlilan di Masjid Polres Jember. Aksi
simpatik ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas kekerasan yang
kembali terjadi di dunia pers.
Aksi yang digawangi Aliansi
Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Tapal Kuda, dan beberapa wartawan media
cetak dan elektronik ini sebagai bentuk keprihatinan sekaligus protes terhadap
aksi anarkis yang dilakukan massa organisasi sayap
salah satu partai politik, yakni aksi
corat-coret di kantor pemberitaan tvOne di Pulogadung, Jakarta Timur, dan
Yogyakarta didatangi massa.
Saat memasuki masjid,
puluhan wartawan langsung duduk bersila membentuk lingkaran. Semua kamera dan ID Card kemudian mereka
letakkan ditengah. Winarno, Wartawan Kompas.com memimpin tahlilan tersebut dan
kemduian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh Fatkhul Hadi yang merupakan
wartawan senior Prosalina FM. Usai menggelar tahlilan, koordinator aksi Samsul
Choiri, menyatakan sikap atas kasus anarkisme tersebut.
“Yang pertama kita
mengecam dan mengutuk keras tindakan melawan hukum dan melecehkan kerja
jurnalistik,” kata Samsul, yang juga kontributor Tvone. Pihaknya juga meminta
kepolisian mengusut peristiwa yang sudah diluar batas kewajaran dan segera
memproses hukum pelaku premanisme.
Mereka juga mendesak
perusahaan media netral dalam pemberitaan Pilpres 2014. “Serta melindungi para
wartawannya dilapangan,” tegas Samsul, yang menjabat wakil ketua bidang
Advokasi IJTI Tapal Kuda. Yang terakhir, lanjut Samsul, dia mengajak semua
pihak menjaga kondusifitas jelang Pilpres 2014 dan mendukung penuh keamanan dan
kelancaran Pilpres 9 Juli mendatang.
Usai menyatakan sikap,
puluhan wartawan saat itu rencananya menemui Kapolres Jember AKBP Awang Joko
Rumitro SIK. Namun karena sedang sibuk, akhirnya ditemui Kasubag Humas AKP Edy
Sudarto. Wartawan meminta agar polisi turut berperan serta melindungi wartawan
yang menjalankan tugasnya dilapangan. Terlebih dari itu, wartawan meminta agar
pelaku kekerasan terhadap wartawan diusut tuntas.
Menanggapi hal itu, Edy
Sudarto menegaskan bahwa terkait masalah kekerasan, siapapun orangnya pasti
akan ditindak dan diusut sesuai hukum yang berlaku. “Jadi bukan hanya wartawan
saja, tapi semua masyarakat tanpa terkecuali,” tegas Edy. Untuk Jember sendiri,
lanjut Edy, pihaknya mengaku prihatin atas peristiwa anarkisme yang menimpa
salah satu kantor televisi di Jakarta dan Jogjakarta.
“Namun saya yakin,
teman wartawan mengemban fungsi jurnalis dengan profesional dan proporsional,
saya kira tidak akan ada benturan-benturan,” jelas Edy. Apalagi eskalasi
politik akhir-akhir ini mengalami peningkatan, menjelang Pilpres 9 Juli
mendatang. Sehingga segala pemberitaan disemua media diharapkan berimbang dan
tidak memancing benturan.
Pihaknya juga semakin
meningkatkan kewaspadaan dengan terus meningkatkan patroli disemua wilayah.
“Semua ini dilakukan untuk menjaga Kamtibmas, agar pelaksanaan Pilpres
mendatang bisa berjalan aman dan lancar,” pungkasnya. Usai melakukan aksi itu,
semua wartawan akhirnya membubarkan diri dan langsung meninggalkan Mapolres.
Seperti dikutip disejumlah
berita online nasional, Rabu (02/7) malam, kantor pemberitaan tvOne di
Pulogadung, Jakarta Timur, dan Yogyakarta didatangi massa organisasi sayap
PDIP, yaitu Perjuangan Demokrasi (Repdem). Kantor tvOne dicorat-coret dan
disegel paksa. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes pemberitaan yang
menuding PDIP adalah orang-orang Partai Komunis Indonesia. (edw)