Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com.
Pembangunan break
water atau pemecah ombak di plawangan pantai puger disoal nelayan setempat.
Mereka meminta bangunan yang menjorok ke arah gunung watangan itu dibongkar.
Kepala UP4 Puger, Arif Wahyudi, saat ditemui di
kantornya tidak berada ditempat. Salah satu staff kantor beralasan, pimpinan
yang baru menjabat kurang lebih empat bulan itu sedang berada dilapangan, bahkan
staff tersebut enggan memberikan nomor ponsel Arif, sehingga tidak dapat
dikonfirmasi. (Ruz/Yud).
Proyek
tersebut dinilai merugikan para
nelayan.
Samsudin (70) Seorang nelayan Dusun Mandaran I, Desa Puger Kulon,
Kecamatan Puger, menuturkan, semenjak dibangunnya break water, sedikitnya
sepuluh perahu nelayan karam diarea tersebut, sejak bulan puasa kira-kira ada
sepuluh perahu yang karam disana (area break
water_red),” tuturnya, Rabu (13/8). Beruntung, dari insiden itu, tidak ada
korban jiwa.
Pria yang akrab
disapa Budin tersebut, mengatakan,
proyek yang awalnya dikerjakan untuk menghalau ombak itu ternyata malah
membahayakan nelayan. Pasalnya, arus balik ombak yang menghantam break water justru membahayakan nelayan
sekembalinya dari laut. Tak hanya itu, bangunan ini juga berdampak terhadap
pendangkalan sungai yang menjadi jalur bagi nelayan, aakibat penumpukan pasir
yang terseret arus.
“jika air laut
surut nelayan kesulitan menempuh jalur untuk perahu maupun sampan saat
berangkat. Namun jika air pasang, nelayan terancam bahaya dikarenakan arus
balik ombak yang menghantam break water
tak dapat dihindari,” katanya.
Sebenarnya, Jum’at
(8/8) lalu, ungkap Budin, dia dan puluhan nelayan setempat telah mendatangi
kantor Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UP4) Puger, untuk
menyampaikan aspirasi para nelayan. Kala itu, seperti dikatakan Budin, ia dan
perwakilan nelayan ditemui langsung oleh Kepala UP4 Puger. Mereka dijanjikan
bahwa aspirasi tersebut akan disampaikan pihak terkait. Namun, sampai hari ini,
tindak lanjut dari aspirasi mereka belum ada kepastian.