Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Dengan mata berlinang, Muslimin (38), hanya
bisa tergolek lemah sembari memandang istri dan kedua anaknya. Pasalnya kedua
tangannya diamputasi di rumah sakit saat kerja di Selangor-Malaysia.
Selama
3,5 tahun, Muslim demikian sapaan akrabnya, bekerja di sebuah Expo di Pulau
Meranti, Pucung Selangor, Kuala Lumpur, Malaysia. Disana ia bekerja pada sebuah
perusahaan yang di bawahi oleh Datuk Pakariwen. Namun, peristiwa tragis
menimpanya kemudian, setelah dengan terpaksa ia menuruti perintah majikannya
itu untuk membangun sebuah gudang penyimpanan di area listrik tegangan tinggi
(Sutet).
Padahal
sudah jelas, bahwa kawasan tersebut tidak boleh dibangun gedung apapun yang
melebihi ambang batas. Sebab, sewaktu-waktu bisa terkena percikan setrum,
karena kawasan tersebut memang menjadi hulu arus listrik yang dialirkan ke
seluruh daerah Selangor. Akan tetapi, lanjut Muslim, si Bos bersikukuh dan
tetap menyuruh anak buahnya untuk melanjutkan pembangunan gedung itu, hingga terjadilah
peristiwa yang menimpanya.
“Namanya
anak buah ya harus menuruti perintah bos,” ceritanya, Selasa (9/9), matanya
seketika berubah memerah saat mengingat kejadian itu. Dengan nafas berat Ia
kembali melanjutkan kisahnya, “saya tak lagi mampu membantah, akhirnya
kecelakaan itu terjadi dan saya pun harus rela kedua tangan ini diamputasi,”
ungkapnya dengan nada sedih saat ditanya di rumahnya dusun krajan
c desa wonorejo kecamatan Kencong Jember Jawa Timur
.
.
Paska
kecelakaan itu, Muslim tergolek tak terurus selama sebulan hingga luka
ditangannya membusuk, sebelum akhirnya ia kehilangan kedua lengannya itu . Kini,
Muslim dirawat dirumahnya di Dusun Krajan C, Desa Wonorejo, Kecamatan Kencong.
Penderitaan
Muslim tak berhenti disitu, sehabis insiden tersebut dia dipulangkan oleh pihak
terkait ke Indonesia tanpa santunan dari tempatnya bekerja, “jangankan
santunan, Bos saya pun tak menemui sama sekali,” tuturnya. Lantas Muslim dibawa
oleh pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia, “seingat saya orang
yang mengantar saya hingga ke Jakarta itu bernama Tomy,” katanya.
Kemudian
Muslim dikembalikan ke pihak PT atau Perusahaan Jasa Tenaga Kerja yang
mempekerjakannya di Malaysia dulu, di Surabaya, Jawa Timur, dan diteruskan ke
Disnaker Jember. Dikatakaanya, saat itu ia diantar oleh seorang petugas Disnaker
Jember bernama Hari. Anehnya, sejak peristiwa itu Muslim tak lagi memegang Paspor, “entah dipegang siapa tiba-tiba tidak
ada,” ucapnya.
Hujan tangis
dari keluarga, kerabat dan sanak saudara mengiringi kedatangan Muslim setibanya
di kampung halaman, Selasa (2/9) kemarin,. Hingga kini, Pahlawan Devisa itu
mengaku belum mendapat santunan dari
pihak manapun, baik dari Pemerintah Malaysia maupun Pemerintah Indonesia. (Ruz/Yud/lum).