Translate

Iklan

Iklan

Ironi Seminar PGRI Jember

1/14/15, 17:42 WIB Last Updated 2015-01-15T10:44:12Z
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Sekitar tujuh ratus guru se Jember, menghadiri seminar motivasi yang dilaksanakan PGRI, Rabu (14/1). Namun, mereka terkesan tak minat dengan acara yang diselenggarakan di Aula Gedung Serbaguna ini.

Pantauan dilapangan, sejumlah peserta tampak keluar meski acara baru berjalan satu jam, saat itu waktu menunjukkan jam 11.03 Wib. Jajaran kursi yang sebelumnya padat, terlihat lengang. Meski acara yang di buka oleh Sekda Jember, Sugiharto, awalnya berjalan lancar. Namun kondisi tersebut berbalik 180 derajat saat acara seminar dimulai. Peserta satu-persatu terlihat keluar ruangan tanpa ada upaya pencegahan dari panitia penyelenggara.

Sesuai undangan yang diedarkan, tertanggal 30 Desember 2014 yang lalu, Pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jember meminta kepada Kepala UPT Dinas Pendidikan yang berada ditingkat kecamatan, untuk mendatangkan dua orang peserta untuk tiap-tiap sekolah di wilayahnya dengan kontribusi sebesar Rp. 150 ribu per orang. Dari keterangan salah seorang staff kantor PGRI Jember, target peserta mencapai 1000 orang.

Lazimah, salah seorang peserta seminar mengaku, enggan mengikuti acara itu hingga selesai karena suasananya tidak kondusif. Terlebih ia merasa tak mengeluarkan sepeser uangpun, “saya mewakili sekolah, dan semua yang bayar adalah sekolah,” ujarnya, sembari berlalu. Ada kabar, pengurus PGRI menggunakan lembaga kedinasan untuk menekan sekolah-sekolah agar mengirimkan delegasi dengan sejumlah kontribusi uang yang telah ditentukan tersebut.

Menanggapi hal itu, Ketua PGRI Jember I Wayan Wesa Atmadja, enggan menanggapi banyak. Saat ditanya mengenai pungutan biaya seminar tersebut, ia mengatakan agenda kali ini berhubungan dengan momentum Hari Guru, sehingga ada biaya yang dibebankan kepeserta, apalagi materi yang disajikan kali ini adalah ilmu yang teraktual, “sewaktu-waktu bisa gratis,” dalihnya.

Sementara itu, seorang pemerhati pendidikan jember, Bagus Budiantoro menilai, ada kesan eksploitasi guru dalam seminar PGRI kali ini. Ia menduga ada muatan politis yang terselubung. Sebab, katanya, ada indikasi kedatangan Sugiharto itu hanya mencari dukungan para guru lewat organisasi PGRI, sebab Sekda Jember tersebut digadang-gadang maju dalam Pilkada Jember periode mendatang. Sehingga seminar ini hanyalah seremoni belaka, dan tak menarik minat guru untuk mengikutinya sampai paripurna, “di background ada tulisan Sugiharto sebagai nara sumber, tapi faktanya kok hanya ada nara sumber tunggal,” ucapnya, saat mengikuti acara seminar tersebut.

Dijelaskannya, PGRI sebagai organisasi guru seharusnya memberikan perlindungan terhadap para tenaga pendidik itu, bukan malah mengeksploitasi mereka. Tak tanggung-tanggung, alumnus Magister Pendidikan Universitas Negeri Malang ini menganggap, acara seminar kali adalah preseden buruk yang tak boleh terulang kembali dimasa mendatang, “selain bernuansa politis, PGRI Jember juga memungut biaya ke peserta, padahal pesertanya juga anggota PGRI yang setiap bulannya membayar iuran ke organisasi. Pengurus harus dapat mempertanggung jawabkan ini!,” tegasnya.

Informasi yang dihimpun, jumlah anggota PGRI Jember berkisar antara 11 ribu hingga 12 ribu orang. Setiap bulan, para anggota tersebut dikenakan iuran sebesar Rp. 4 ribu yang langsung diambil dari gaji. Jika dihitung secara kasar, dalam setiap bulan PGRI jember setidaknya mengantongi dana antara Rp 44 juta hingga Rp 48 juta.

Dengan dana sebesar itu, momentum seminar dengan tajuk “Hebat Gurunya, dahsyat Muridnya” yang disampaikan oleh Dwiyono Irianto, seorang motivator metamorphosis pembelajaran, PGRI Jember masih juga memungut biaya Rp 150 ribu setiap peserta dengan alasan yang kurang jelas. (Ruz/Dik/FWLM).
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Ironi Seminar PGRI Jember

Terkini

Close x