Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. PDAM Jember siap bila diminta
mendistribusikan air bersih ke sejumlah warga yang mengalami kekeringan. Hal
itu merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk masyarakat.
Diakui menghadapi musim
kemarau tahun ini, jumlah debit air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jember
berkurang hingga 50 persen. “Memasuki musim kemarau ke 3 (MK-3) ini, debit air
PDAM Jember mengalami penurunan sekitar 50 persen. Bahkan, disejumlah sumur yang
dikelola mencapai hampir 60 persen
Akibatnya layanan pelanggan
yang mencapai 31.800 sambungan rumah. Untuk itu pihaknya merubah sistem
distribusi air yang sebelumnya 24 jam non stop, menjadi beberapa jam saja. “Kami
menerapkan sistem pembagian air menggunakan jam operasi, dan untuk saat ini ada
pengurangan jam operasi,” kata Sapto.
Selama ini, ada dua sistem
yang digunakan PDAM Jember dalam mendistribusikan air. Sistem pertama adalah
jam operasi sedangkan yang kedua menggunakan sistem pengaturan jaringan pipa
PDAM. “Jika sistem jam operasi adalah
pengurangan jam layanan, maka sistem pengaturan jaringan pipa ini adalah
mengurangi debit air di saluran pipa yang satu dan dialihkan ke saluran pipa
yang lain,” terangnya.
Menurutnya, penurunan
layanan itu terpaksa diterapkan karena dari 25 titik sumber air PDAM di Jember,
baik itu yang berasal dari sumber murni peninggalan jaman belanda, sumur bor,
maupun instalasi pengolahan air (IPA) yang bersumber dari sungai. “Dari semua sumber air rata-rata berkurang 50
persen, bahkan ada yang lebih,” jelasnya.
Meski demikian, PDAM
Jember tetap siap menyalurkan air bersih kepada sejumlah warga yang terdampak
musim kemarau atau yang membutuhkan pasokan air bersih. Prosedur permohonan
penyaluran air bersih tersebut harus dilakukan warga secara berkelompok dan
seorang koordinator. “Warga yang ingin
mendapatkan bantuan air bersih bisa mengajukan secara berkelompok, dan mengirim
permohonan kepada kita (PDAM),” ujar Humas PDAM Jember, Sapto Nugroho, Kamis
(3/9).
Dalam penyaluran bantuan
air bersih ini, warga dibebankan biaya penggantian solar tergantung jarak yang
ditempuh oleh kendaraan pengangkuat air. Untuk setiap mobil pengangkut
dikenakan Rp 75 ribu. “Prinsipnya air bersih itu gratis, hanya saja warga diminta
mengganti biaya pengiriman atau biaya solar Rp 75 ribu,“ terangnya.
Penyaluran bantuan air
bersih ini dilakukan ke daerah dijangkau kendaraan. Untuk wilayah terpencil bekerjasama
dengan Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD). “Biasanya, kami bekerjasama
dengan BPBD. Seperti tahun kemarin, kami juga mendistribusikan air bersih ke
daerah (Kecamatan) Mumbulsari,” pungkas Sapto. (dik)