Translate

Iklan

Iklan

Sekolah Berbasis Masjid, Solusi Berantas Buta Aksara

9/21/15, 17:35 WIB Last Updated 2015-09-21T18:53:55Z
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Bagi anda yang kebetulan melaksanakan sholat Jum’at 4 Sebtember 2015 di masjid jami’ Al Baitul Amien Jember Jawa Timur, pasti merinding mendengar khotbah yang disampaikan oleh KH. Iqbal Ridwan.

Pertama beliau mengkritisi tentang pemimpin yang dekat dengan masjid harus senantiasa menyelesaiakan masalah keumatan lewat masjid,  kedua beliau mengomentari JFC yang katanya jember untuk dunia namun malah menutup akses bagi warganya untuk datang dan melaksanakan aktivitas pendidikan di masjid.

Meskipun pada kenyataanya tidak 100% ditutup, namun anda yang terbiasa sholat berjamaah di masjid, pasti merasakan sulitnya akses masuk, apalagi anda yang tinggal di selatan jalan, saya merasakan sendiri ketika berjamaah dhuhur sebelum akses jalan ditutup dan setelah selesai berjamaah akses jalan sudah ditutup sejauh runway, bukan hanya akses jalan namun juga jembatan penyebrangan sehingga saya harus berputar sejauh lebih dari 2 km hanya untuk keselatan jalan.

Ketatnya penutupan ini juga yang menyebabkan sekolah-sekolah dilingkungan masjid jami’ Al Baitul Amien diliburkan total, melanjutkan kritik kyai Iqbal yang terakhir, seharusnya pemerintah Jember malu dengan label Jember untuk dunia sementara warganya masih banyak yang “buta aksara”.

“Jember buta aksara” mungkin sudah menjadi isu yang tidak asing bagi warga Jember, baik dari kalangan pejabat, praktisi pendidikan, budayawan, tokoh masyarakatdan aktivis organisasi, bermula dari kabupaten Jember yang pada tahun 2007 dan 2009 mendapat penghargaan dari pemerintah pusat karena dinilai telah mampu memberantas buta aksara.

Namun ironis, secara mengejutkan pada 2010 Jember mendapat predikat sebagai kabupaten dengan angka buta aksara tertinggi nasional, berdasarkan data badan pusat statistic (BPS) jumlahnya mencapai 204.069 atau menyumbang 10.79 dari angka buta aksara nasional yang mencapai 1,9 juta orang saat itu.

Ibarat orang yang “kebakaran jenggot” pemerintah Kabupaten Jember langsung mengkaji ulang data tersebut hingga akhirnya melahirkan kebijakan-kebijakan strategis untuk mengatasi Jember buta aksara, pemkab Jember mengirimkan berbagai instruktur ke daerah-daerah terpencil dan mengganggarkan sebesar 3.2 milyar per tahun dengan target buta aksara dijember berkurang hingga 30.000 orang per tahun.

Program yang dimulai sejak tahun 2010 tersebut memberikan hasil yang memuaskan hingga pada tahun 2014 angka buta aksara di Jember usia produktif 15-59 tahun menurun hingga 78.752 orang dari 31 kecamatan yang ada. Namun program-program tersebut bukan tanpa masalah.

Hasil investigasi Gerakan Peduli Perempuan (GPP) menemukan berbagai indikasi penyelewengan diantaranya pada program Keaksaraan Fungsional di Jember, honor untuk tutor Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang seharusnya 600.000 ribu perbulan hanya diberikan 150-300 ribu perbulan, belum lagi anggaran untuk fasilitas peserta kelas buta aksara yang juga rawan diselewengkan

Kalangan praktisi pendidikan juga ambil bagian dalam program menyelesaikan buta akasara tersebut, Universitas Jember misalnya, kampus akreditasi A dikabupaten Jember ini memiliki program yang bernama UJAR atau Unej Mengajar.

Program yang dimulai sejak 2012 tersebut juga bertujuan untuk memberantas buta aksara di kabupaten Jember, dimana perguruan tinggi menerjunkan relawan untuk mengajar didaerah-daerah terpencil dikabupaten jember.

Sebelum diterjunkan ke wilayah pedesaan yang menjadi sasaran program, para relawan mendapat pelatihan mengenai pembangunan karakter dan teknik mengajar yang mengasyikkan. Lokasi pengajaran di antaranya, Desa Darsono Arjasa, Sidomukti Mayang, Wonojati Jenggawah, dan ledok ombo Sumber Jambe, seluruh program baik dari kalangan pemerintah maupun praktisi pendidikan bertujuan untuk mencapai target jember bebas buta aksara tahun 2015

Di tahun 2015 ini, setelah berbagai program dan berbagai kalangan bersatu padu memberantas buta aksara dikabupaten jember, masih ada sebagian kecil masyarakatnya yang masih saja mengalami buta akasara bahkan masyarakat tersebut adalah masyarakat yang hanya berjarak ekitar 3,9 hingga  16,5 kilometer dari pusat Kota Jember (surya.co.id 25/4/2015),

Salah satu penyebabnya adalah faktor kurangnya fasilitas pendidikan dan juga akses jalan yang terpencil, tidak mudah memang untuk mendirikan sekolah baru, selain membutuhkankan biaya yang besar juga izin pendirian yang cukup “njelimet”membuat tokoh masyarakat didaerah terpencil tersebut enggan memperjuangkanya

Program yang patut dicoba untuk mengatasi masalah kekurangan jumlah sarana pendidikan tersebut adalah dengan menggagas sekolah berjaringan masjid, sebagai predikat kota santri tentunya Jember tidak asing dengan keberadaan sarana ibadah berupa masjid.

Saat ini ada sekitar 213 masjid di Jember yang sudah terdaftar di database kemenag (sumber : http://simbi.kemenag.go.id/), ditambah jumlah masjid yang belum terdaftar diperkirakan jumlahnya lebih dari 300 masjid.

Potensi masjid ini belum tergarap sepenuhnya dan belum difungsikan semaksimal mungkin, jika di zaman rosululloh masjid punya 10 fungsi strategi yaitu sebagai : Tempat ibadah (sholat, dzikir),Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah sekonomi-sosial budaya),Tempat pendidikan,Tempat santunan sosial,Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya,Tempat pengobatan para korban perang,Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa, Aula dan tempat menerima tamu,Tempat menawan tahanan, dan Pusat penerangan atau pembelaan agama.

Masjid dizaman sekarang ini biasanya hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, banyak masjid yang setelah selesai sholat berjamaah “digembok” oleh takmirnya dan baru dibuka lagi setelah waktu sholat berikutnya, Hal ini tentunya sangat disayangkan karena dari masjidlah rosulullah mampu mensejahterakan rakyat bukan hanya kalangan muslim namun juga non muslim

Itulah dalam meningkatkan peran serta fungsi masjid, perlu digagas penambahan fungsi masjid yakni sebagai sarana pendidikan dan juga perlu dibentuk jaringan sekolah berbasis masjid untuk mensingkronkan program tersebut, salah satu masjid dan mungkin satu-satunya masjid di Indonesia yang cukup sukses mengembangkan ide jaringan sekolah berbasis masjid ini adalah masjid jami’ al baitul amien jember.

Sebagai masjid jami’ yang terletak dipusat kota, Al Baitul Amien punya kewajiban mensejahterakan rakyat dan juga menjadi masjid percontohan untuk masjid-masjid jami’ lainya yang ada di kecamatan, dalam hal fungsi mensejahterakan rakyat masjid al baitul amien punya lembaga amil zakat yang tiap tahunya mendonasikan ratusan juta rupiah untuk dhuafa, beasiswa pendidikan, santunan yatim piatu, pembangunan sarana pendidikan, dll,

Fungsi masjid sebagai sarana pendidikan juga dilaksanakan oleh masjid tujuh kubah ini mulai dari pendidikan baby 0 tahun, paud, tk, sd hingga SMP, juga pendidikan non formal seperti TKA, TPA dan TQA, sebagai masjid yang berfungsi penuh Al Baitul Amien beroparesi mulai jam 02.00 pagi hingga jam 20.00  malam

Sebagai masjid percontohan, Al Baitul Amien mencoba menggagas pendirian sekolah berbasis masjid dikabupaten Jember, bukan sekolah yang harus berada dimasjid namun lebih ke sekolah dengan nuansa kurikulum khas masjid, seperti pembiasaan sholat dhuha, mengaji al quran, bersedekah, sholat berjamaah dll.

Sudah banyak tokoh masyarakat Jember yang bergabung dalam jaringan sekolah berbasis masjid ini, mereka tersebar diberbagai desa dan kecamatan seperti, Kencong, Jenggawah, Wuluhan, Sumbersari, Patrang, Sukowono dan Ajung,  bahkan beberapa sekolah dari lumajang dan Banyuwangi juga ikut bergabung dengan sekolah berjaringan Masjid ini lebih tepatnya di daerah Wongsorejo dan Tegalsari.

Sekolah-sekolah yang berjaringan dengan Al Baitul Amin, bukan hanya sekolah dari kawasan masjid jami’ kecamatan yang biasanya terletak dipinggir jalan besar namun juga sekolah yang terletak di pedalaman seperti Sukowono dan tepat dibibir pantai seperti Wongsorejo.

Dalam memperjuangan jaringan sekolah berbasis masjid, Al Baitul Amien tidak menarik biaya sepeserpun dari anggotanya yang mau bergabung, bahkan untuk mereka yang mau datang dan belajar atau sekedar melihat-lihat model sekolah di masjid Al Baitul Amien akan dibantu semaksimal mungikin. Semua bahan bisa dicopy paste GRATIS dan diaplikasikan sesuai keadaan sekolah didaerah masing-masing.

Program ini adalah kewajiban Al Baitul Amien untuk mengembangkan pendidikan baik di kabupaten Jember maupun di tingkat nasional. Selamat hari aksara international 8 Sep 201. Semoga kabupaten Jember segera bebas dari buta aksara dan menjadi Jember untuk dunia dalam arti yang sesungguhnya.

MOH. NAJIB ABDILLAH
Staff Lembaga Pendidikan Al Baitul Amien Jember
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Sekolah Berbasis Masjid, Solusi Berantas Buta Aksara

Terkini

Close x