Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Tidak adanya pihak yang tanggungjawab
paska kecelakaan laut yang menewaskan 2 anak asal Kabupaten
Lumajang, Pantai Wisata Payangan, dikabarkan akan ditutup.
“Sebelum rencana
penutupan itu disosialisasikan kepada warga sekitar pantai, kami masih akan
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan pemerintah desa setempat”, Demikian kata
petugas Satpol Air Jember, Brigpol Ilyas, saat dihubungi via ponsel, Rabu (6/1).
Menurutnya,
langkah penutupan itu berdasarkan hasil evaluasi petugas mengenai tingkat
keamanan pengunjung yang dinilai rawan. Selain itu, tiadanya penanggung jawab
yang mengelola tempat wisata menjadi salah satu alasan untuk ditutupnya lokasi
wisata gratis tersebut.
“Selama
ini, hanya masyarakat sekitar pantai
saja yang memanfaatkan dengan menyediakan fasilitas parkir maupun mengutip
sejumlah uang kepada pengunjung yang naik ke Bukit Seroyo. Namun, soal keamanan
tidak ada yang bertanggung jawab. Bahkan ketika terjadi kecelakaan laut, mereka
saling lempar tanggung jawab,” jelas Ilyas.
Sejauh
ini, polisi telah berusaha menemui Kepala Desa Sumberrejo untuk membicarakan
rencana penutupan Pantai Payangan, namun upaya itu belum membuahkan hasil. “Jadi
untuk sementara rencana itu belum kami laksanakan, menunggu hasil koordinasi
dengan pemerintah desa setempat,” paparnya.
Mendengar
Rencana Penutupan, sejumlah warga sekitar pantai menolak Munculnya rencana penutupan
Pantai Payangan di Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu. Bahkan, mereka menuding
ada upaya merampas lokasi wisata yang sudah mulai ramai.
Direktur
Masyarakat Sadar Wisata Lestari Bahari (Massawil), kecamatan Ambulu, Suto
Wijoyo menilai, upaya menutup Pantai Payangan itu tidak bijak. "Sebab
ramainya pengunjung sudah mampu meningkatkan perekonomian masyarakat
lokal," katanya.
Menurut
dia, selama ini masyarakat sekitar pantai menerima dampak positif dengan
berdagang dan membuka lahan parkir. "Kalau ditutup masyarakat akan
berontak," tegasnya.
Dia
mengelak tudingan komersialisasi yang dilakukan kelompok masyarakat yang
mengelola Bukit Seroyo. Meski dia mengaku ada pungutan untuk pengunjung yang
naik bukit tersebut. "Itu sumbangan dana untuk pelestarian alam Bukit
Seroyo," pungkasnya.
Dikatakannya,
dana yang terhimpun itu juga digunakan untuk pengembangan, seperti membangun
jalan ke puncak bukit dan fasilitas lainnya. Selain itu, bibit sejumlah tanaman
yang ditanam di bukit gersang tersebut, dibeli dari sumbangan pengunjung. "Kalau tidak ada sumbangan dari
pengunjung, kami dapat dari mana," tuturnya.
Selama ini,
kata Suto, pemerintah tidak pernah memperhatikan potensi wisata yang
digarapnya. Namun, setelah lokasi wisata ini populer banyak pihak yang berupaya
akan mengambil alih. “Kalau sudah terkenal, semua pada mau merebutnya,"
sesalnya.
Meski
demikian, Suto mengaku siap menata wisata di Payangan bersama pemerintah.
Asalkan, ada kejelasan dan keseriusan untuk membangunnya. "Meski
sebenarnya kami tidak yakin itu. Sebab menengok Pantai Watu Ulo saja
ditelantarkan begitu," kritiknya.
Sementara
itu, Kepala Desa Sumberrejo, Kariyono, tak merespon saat ditelpon wartawan.
Namun, kades sempat menyampaikan lewat pesan singkatnya yang menegaskan, bahwa
pihak desa telah menyiapkan peraturan desa untuk mengelola tempat wisata
tersebut. (ruz)