Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com.
Puluhan anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Cabang Kencong Jum’at (22/1) kawal
peresmian Masjid Nurul Hidayah, di eks lokalisasi prostitusi besini, di Dusun
Krajan 2, Desa Puger Kulon.
Awalnya, panitia sempat tertatih-tatih, karena
keterbatasan anggaram. Masjid ini kemudian berdiri, setelah sebuah lembaga
donor internasional bersedia membantu untuk mewujudkan harapan warga. Tentunya,
dengan sumbangsih dana dan tenaga yang juga disiapkan oleh panitia setempat. (ruz)
Mereka berjaga-jaga mulai
jalan masuk kawasan lokalisasi, hingga di depan pintu utama yang menjadi akses
keluar masuk ke lokasi tersebut. Bahkan sebagian diantaranya, bersiaga di pintu
gerbang kompleks yang hingga kini masih aktif dijadikan sebagai tempat
prostitusi.
Komandan Banser, Fatikul
Asror, menampik anggapan bahwa penjagaan Banser tersebut karena adanya aksi
penolakan warga setempat. “Tidak, bahkan
warga disini sangat mendukung dengan dibangunnya masjid tersebut,” ujar anggota
Banser Cabang Kencong ini.
Dukungan itu, diwujudkan dengan
mengirimkan makanan dan minuman. Menurut Fatikul, pengamanan ini murni
dilakukan atas instruksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yang
memerintakan kepada Banser selalu hadir di tengah-tengah kegiatan masyarakat.
“Muslim maupun non muslim,” tegasnya.
Pantauan media ini di lokasi
peresmian, tampak ratusan warga dari berbagai elemen memadati acara tersebut bahkan
meraka juga membawa makanan kenduri, diantaranya, dari warga setempat yang
bermukim di eks lokalisasi. Usai diresmikan, warga kemudian menggelar sholat
jum’at berjamaah..
“Minimal kita menyediakan
sarana dan prasarana. Setelah adanya fasilitas pendidikan untuk anak-anak dan
ibadah, saya yakin warga akan tergerak (hatinya) berbuat yang lebih baik. Bagaimanapun
juga mereka adalah umat yang beragama,” kata Camat Puger, Sutrisno, saat
diwawancarai sejumlah wartawan.
Untuk diketahui, meski
telah ditutup secara resmi sejak tanggal 1 April 2007 yang lalu oleh Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Jember, dan telah beralih status sebagai pemukiman biasa. Sebelum
ditutup oleh pemerintah, lokalisasi ini adalah yang terbesar di Jember.
Namun, beberapa tahun
setelah penutupan, aktifitas prostitusi tetap berjalan sebagaimana biasa. Sehingga,
sejak awal 2014 yang lalu, sejumlah tokoh masyarakat dan pemerintah kecamatan
setempat berinisiatif untuk membangun sebuah Masjid.
Pro dan kontra, sempat
terjadi di awal-awal pembangunan. Tapi, setelah berjalan sekian waktu, sejumlah
tokoh masyarakat setempat mendukung. Bahkan, ada salah seorang mucikari yang
bersedia menjadi Takmir Masjid.