Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com.
Isu kenaikan harga rokok hingga 50 ribu per bungkus, merusak harga jual tembakau petani. Pasalnya
kabar itu dimanfaatkan para tengkulak untuk membeli tembakau petani dengan
harga rendah.
Alasan
tengkulak membujuk petani agar segera menjual produk kebunnya dengan harga
murah, bahwa kenaikan harga rokok, akan berdampak terhadap turunnya konsumsi, sehingga
pabrikan hanya akan menyerap tembakau sedikit, dampaknya permintaan dari pabrikan
juga akan minim.
Dalih tersebut diperkuat adanya survei dari Pusat Kajian Ekonomi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang
menyebut jika harga rokok dinaikkan jadi 50 ribu per bungkus maka banyak orang yang
berhenti merokok.
Alhasil
pernyataan itu dianggap benar, sehingga meski hanya dibeli murah, petani mau
menjualnya, akibatnya petani menderita kerugian. “Kondisi ini terjadi di
sejumlah daerah di Madura, Jawa Timur”. Demikian kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau
(APTI) Nasional, Soeseno, Rabo, (24/8) di Jember.
Menurut
Bung Seno, biasa ia dipanggal, itu terjadi karena minimnya informasi, sehingga
petani takut, tembakaunya tak terbeli“Alasannya
pabrikan akan sedikit menyerap tembakau karena harga rokok naik, dampaknya konsumsinya
menurun, sehingga permintaan pabrikan juga minim.” katanya.
“Di
Pamekasan misalnya, harga tembakau petani anjlok hingga Rp 18 ribu per
kilogram, sementara di Sumenep ditawar Rp 20 ribu per kilogram. Padahal
rata-rata harga tembakau jenis Perancak 95 mencapai Rp 40 ribu per kilogram.
Tapi ini hanya terjadi di Madura, karena daerah lainnya belum panen,” tuturnya.
Menurut
dia, cara tengkulak itu cukup efektif membuat petani gamang. Sebab petani tak
memiliki pilihan lain untuk menahan tembakau mereka. Petani juga khawatir jika
hasil panennya ditahan malah membuat tembakaunya tak laku.
“Tapi
saya saya tidak tahu apakah kondisi itu akan bertahan lama. Saya menyarankan
agar petani menahan tak menjual temabakaunya dulu, menunggu hingga awal atau pertengahan
September, sehingga kekhawatiran petani tak dimanfaatkan terus oleh tengkulak,”
ujarnya. (ruz)