Banyuwangi, MAJALAH-GEMPUR.Com. Festival Banyuwangi Kuliner Tahun ini kembali
menghadirkan ajang promosi wisata kuliner lokal bertema "Pecel Pitik",
sebuah kuliner tradisional khas Suku Osing.
Festival kulner tradisonal
khas Osing (masyarakat asli Banyuwangi), ini dihadiri Chef Juna, juri
program Master Chef Indonesia. "Untuk mempromosikan khazanah kekayaan
kuliner lokal, setiap tahun kami sajikan tema berbeda, sebelumnya, rujak soto,
sego cawuk, dan nasi tempong," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas
saat membuka Festival, Rabu (12/4).
Pecel Pitik (Ayam; Jawa
red) adalah makanan berbahan utama ayam
kampung bakar yang disuwir dengan parutan kelapa berbumbu. "Pecel pitik
ini benar-benar beda, Cukup unik, kuliner lokal yang hampir menyerupai masakan
ini tidak pernah saya temui. " kata Anas.
Kuliner di festivalkan, Karena
salah-satu tujuan utama wisatawan adalah kuliner. Dengan festival ini, pamor
kuliner lokal Banyuwangi bisa meningkat, “Ini upaya kami mem-branding, event
ini untuk memberikan manfaat secara ekonomis,
Jadi warung-warung yang jual kuliner lokal bisa makin laris,” papar
Anas.
Kehadiran Chef Juna untuk memicu
kreasi pelaku kuliner. Juna akan demo masak, penyajian pecel pitik yang menarik.
"Saya sering dengar Banyuwangi, tapi baru kesini. Warganya ramah, kulinernya
unik. Ada ciri khas yang tak ditemui di tempat lain, seperti perpaduan bumbu
dan jenis makanan. Rasanya enak," katanya.
Pecel pitik, menurut chef
bernama lengkap Junior Rorimpandey itu, memiliki cita rasa kaya. Karena
proses pemberian bumbu sampai tiga tahap. Mulai daging ayamnya,
parutan kelapa hingga sambal kacangnya. “Memberi bumbu yang sampai tiga taha,
membuat cita rasa pecel pitik lebih kaya ketimbang olahan daging ayam di Nusantara ini,” ungkap chef kelahiran
Manado, (20-7/1975) itu.
Chef Juna mengapresiasi digelarnya
festival kuliner ini. Menurutnya, kuliner merupakan salah-satu pendukung pengembangan
industry pariwisata. “Setidaknya ada empat faktor yang menyusun pariwisata. Diantaranya
adalah kulinernya. Maka, pengembangan pariwisata mau tak mau juga harus
mengembangakan kulinernya. Bisa dikatakan, kuliner menyumbang 25 persen dari
sektor pariwisata ini,” papar salah satu anggota dari Indonesia Chef
Association tersebut.
Dengan mengundang hadirkan
para wisatawan ke daerah secara langsung, menurutnya, akan semakin mempercepat
memperkenalkan kuliner Indonesia ke ranah global. “Wisatawan itu orangnya open
minded. Mereka mau mencoba kuliner apa saja yang ada di suatu daerah. Maka,
jika kuliner tersebut cocok, akan mudah dikenal oleh dunia,” katanya.
Dengan cara demikian,
lanjutnya, akan lebih efektif ketimbang membawa makanan khas daerah untuk
dipamerkan di daerah lain atau bahkan di luar negeri. “Kuncinya adalah dengan memperbaiki sarana
pariwisatanya dan mengedukasi pelaku kulinernya untuk menyajikan makanan higienis,”
ungkapnya.
Sementara menurut Kepala
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Banyuwangi, Alief
Kartiono bahwa festival kuliner ini melibatkan 190 peserta dari warung penjual
kuliner pecel pitik, pelaku restoran dan jasa boga. Para peserta ini akan
berlomba menyajikan pecel pitik terbaik dengan mengenakan pakaian khas
Banyuwangi dengan memakai penutup kepala ala chef saat memasak.
Meski puncak acara berlangsung
12 April, para pengunjung bisa menikmati pecel pitik dan masakan khas lainnya
hingga lima hari ke depan, 12 - 16 April di Taman Blambangan. Pengunjung bisa
merasakan makanan lokal dari seluruh penjuru Banyuwangi di area food court.
Mulai ayam pedas Rantinem, sego tempong Mbok Wah, hingga warung-warung seafood. (hms/him)