Situbondo, MAJALAH-GEMPUR.Com. Para petani komoditi kopi Arabika
desa Kayumas menyayangkan kurangnya
perhatian Pemkab Situbondo, Jawa Timur, untuk
permodalan.
Petani
juga mengolah produk kopinya menjadi kopi bubuk dalam kemasan setelah
itu dipasarkan sementara hanya di seputar Kabupaten
Situbondo. Namun
pembinaan Pemda Situbondo tak seperti yang dilakukan Pemda Bondowoso yang
benar-benar memanjakan petani kopi. (edo)
Padahal
kopi tersebut sudah bisa tembus ke
kesejumlah pasar
internasional seperti, di Amerika, Eropa dan
Prancis dan juga negara Asia tidak ditopang dengan dukungan Permodalan dari pemerintah. Harusnya perhatian pemkab untuk pengembangan kopi di desa Kayumas kecamatan
Arjasa.
Salah satu petani kopi Siti Sohibah mengaku, untuk bersaing dan
memenuhi pasar eksportir maupun asia
masih terkendala modal. “Petani kopi didesa Kayumas malah nermodal sendiri yang didapat dari pinjaman bank. Dan pelunasan
pinjaman dapat dibayarkan bila musim panen usai”, ungkapnya, Kamis (20/7)
Karena permintaan ekspotir, yang siap melakukan kerjasama masih belum
bisa terealisasi, karena mereka menginginkan pengiriman kopi dengan jumlah besar, sementara kopi yang
diproduksi tidak mampu untuk memenuhi permintaan para eksportir.
Padahal beberapa eksportir
sudah menilai kopi yang berasal dari desa Kayumas Situbondo ini dinilai sangat
berkualitas. Dan mempunyai nilai tawar yng tinggi. "Bagaiman bisa berani bersaing, jika kami tidak di dukung dengan suntikan
modal dari pemkab setempat”, katanya.
Padahal , eksportir dari
beberapa negara sudah berani membeli mahal kopi kita jadi kopi kita sudah di
dipercaya dan terjamin akan kualitasnya mas , namun kalu tidak ada dukungan permodalan
dari pemerintah setempat
kita tidak bisa bersaing, modal pribadi kan terbatas mas", keluhnya.
Siti, berharap pemkab situbondo bisa memberikan modal. Selama ini menurut Siti pemerintah
hanya sampai pada pameran pameran Exspo
yang digelar pemkab, tidak diimplementasikan
bagaimana Kopi milik Situbondo ini bisa bersaing dengan kopi didaerah lain dan
mengangkat nama baik kota kabupaten Situbondo.
"Jadi hal ini pemkab
harus bisa lebih menyetuh dan memperhatikan produksi Kopi Situbondo yang sudah
siap untuk bersaing dipasar ekspor, namun sayang beberapa petani kopi desa
Kayumas jauh sebelumnya sudah di koordinasikan pada instansi terkait sudah di
lakukan koordinasi’. Lanjutnya.
Tak seperti dikebun
rakyat di Kabupaten Bondowoso yang baru ramai menanam kopi arabika sejak 2011, namun masyarakat di Kayu Mas telah menanam kopi
arabika berpuluh-puluh tahun sebelumnya. Ekspedisi Kopi di Desa
Kayumas, yang berada di ketinggian 760-1.550 mdpl di lereng utara Pegunungan
Ijen.
Petani kopi Arabika Kayumas
sudah memasuki pasar luar negeri sejak 2002, jauh sebelum petani kopi arabika
kebun rakyat di lereng Ijen lainya. Kopi Arabika Kayumas awalnya hanya dibeli oleh satu perusahan eksportir
saja. Kini telah ada beberapa eksportir kopi yang tertarik dengan kualitas Kopi
Arabika Kayumas.
"Petani mulanya tidak banyak
memiliki lahan tanami kopi.
Tetapi, sejak Perhutani memberi kesempatan masyarakat menanam kopi diantara
tegakan pohon hutan, kini luas lahan dikelola menjadi sekitar ratusan hektar. Lahan itu kini dikelola oleh para petani
desa Kayu Mas”. Jelasnya
Perhutani
merupakan (Badan Usaha Milik Negara) mencantumkan persyaratan berupa kompensasi
pembagian sekitar 30% dari hasil
panen. kesempatan disambut antusias masyarakat.
Efek adanya sewa banyak petani baru, hingga PTPN XII Kebun Kayumas kesusahan mencari tenaga kerja harian.