Cuaca
buruk dan angin kencang membuat ombak yang pasang merusak lahan
budidaya, sehingga Hasil panen menurun hingga 50 persen” Demikian keluh petani rumput laut, Marwan, (34) salah
satu kelompok petani Desa
Semiring,
Kecamatan Mangaran, Sabtu (29/07).
Sekali panen, biasanya antara 25-35 hari, menghasilkan 300-400 kg untuk rumput laut kering. kini, hanya
150-200
kg. "Rumput rontok terbawa gelombang tinggi. Para petani Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, juga
mengalami nasib sama.
Lantaran kualitas rusak, harga jualnya juga murah.
Menurut
pengepul H Soib Mustofa, sekitar 52 persen, warga pesisir Situbondo penghasil rumput
laut, selebihnya pegawai dan nelayan. "Untuk konsumsi catony dan spinosum rata-rata
luas 10 area, hasil panen sekitar 20-25 ton per panen. Gelombang merusak
kualitas rumput laut bahkan pangsa pasar merosot,”. Katanya.
Menurut
Hamisun (45), warga Klatakan, masalah lain adalah penanganan pasca panen dan perlindungan alih
fungsi lahan, Minimnya
modal, ruang kelola sempit petani masih menjemur secara
tradisional, pemerintah sebaiknya membangun pabrik yang dikelola lokal
tidak seperti di desa
Klatakan yang dikelola asing.
Dengan
adanya pabrik lokal, petani tak perlu menjual ke tengkulak luar, hargapun akan lebih tinggi. Untuk itu perlu komitmen pemerintah agar petani tidak tergusur oleh pembangunan pariwisata,
atau indutri asing. “ kalau lahan dipakai pariwisata, industry asing , pentani bisa
terkikis"
jelasnya. (edo)