Translate

Iklan

Iklan

Ritual Kebo-keboan Banyuwangi Pukau Ribuan Penonton

10/01/17, 21:55 WIB Last Updated 2017-10-01T15:43:27Z
Banyuwangi, MAJALAH-GEMPUR.Com. Meski sempat diguyur Hujan, tidak surutkan digelarnya Ritual Kebo-keboan di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi, Jatim, Minggu (1/10).  

Bahkan ribuan penontan tampak terhipnotis menyaksikan acara yang dihadiri Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas serta undangan lain. Ritual tahunan ini selain merupakan acara bersih desa juga ungkapan rasa syukur atas karunia dari Allah SWT atas berhasilnya panen serta melimpahnya hasil pertanian

Acara dibuka dengan tarian-tarian Banyuwangi, santunan yatim piatu, pemukulan gong oleh Bupati Anas yang dilanjutkan dengan tasyakuran dan kirap ider bumi bersama “kebo” Alas Malang. Puluhan manusia kerbau diarak keliling kampung. Layaknya kerbau, mereka berlari dikendalikan seorang petani.

Sementara pertujukan drama tari "Sri Suguh" menceritakan keagungan Dewi Sri, dipercaya penjaga tanaman padi mereka terus berlangsung. Tampak dua orang berdandan ala kerbau, dilehernya tergantung lonceng yang digoyang-goyangkan. Tak hanya itu, ada pula Dewi Sri, yang menaburkan benih padi dan bunga.

Tiba-tiba puluhan manusia kerbau yang keliling datang, terjun ke sawah, yang disiapkan. Tak jarang, mereka mengejar penonton dan menyeretnya ke tengah sawah. Kerbau pun langsung melumuri penonton dengan lumpur, Ini membuat penonton berlari. Ada juga yang tak berkutik dan wajahnya menjadi hitam.

"Ada yang beda dalam kegiatan ini. Saya bangga karena ada regenerasi. Anak-anak muda turun langsung menampilkan tarian dan drama yang indah. Ini bukti keberhasilan desa ini berkompetisi dalam menampilkan atraksi yang apik," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Anas mengapresiasi panitia yang menyediakan bangunan baru, yakni Rumah Budaya Kebo-keboan (RBK) sebagai tepat singgah undangan dan masyarakat. "Bangunannya bagus. Ini membuat saya kerasan disini. Ditengah sawah ada bangunan bagus gini. Semilir angin bikin kerasan saya," tambahnya.

Anas juga mengingatkan desa-desa yang memiliki tradisi adat untuk berkompetisi dalam menyuguhkan tradisi dan ritualnya. Ini sebagai penarik wisatawan.  "Saya lihat tadi turis Jepang dan Korea sangat antusias melihat Kebo-keboan ini. Malah tadi nyemplung ke sawah juga” Pungkasnya sambil tersenyum.

Ritual kebo-keboan ini digelar setahun sekali pada bulan Muharam atau Suro. Bulan ini diyakini memiliki kekuatan magis. Konon, ritual ini muncul sejak abad ke-18. Di Banyuwangi, kebo-keboan dilestarikan di dua tempat yakni di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, dan Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi.

Ritual kebo-keboan di Alasmalang berawal terjadinya musibah pagebluk (epidemi - red). Kala itu, seluruh warga diserang penyakit. Hama juga menyerang tanaman. Banyak warga kelaparan dan mati akibat penyakit misterius. Dalam kondisi genting itu, sesepuh desa yang bernama Mbah Karti melakukan meditasi di bukit.

Selama meditasi, tokoh ini dapat wangsit agar menggelar ritual kebo-keboan dan mengagungkan Dewi Sri, simbol kemakmuran. Keajaiban muncul usai digelar ritual kebo-keboan. Warga yang sakit mendadak sembuh. Hama yang menyerang tanaman padi sirna. Sejak itu, ritual ini dilestarikan. (kim)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Ritual Kebo-keboan Banyuwangi Pukau Ribuan Penonton

Terkini

Close x