Translate

Iklan

Iklan

Cara Menggapai Maqam Mulia Menurut Kyai M Baidlowi Muslich

1/20/18, 20:19 WIB Last Updated 2018-01-20T14:14:44Z
Malang, MAJALAH-GEMPUR.Com. Masih lekat dalam ingatan saya, KH. M. Baidlowi muslich diundang Rektor Universitas Brawijaya dalam peringatan Nuzulul Quran di gedung Widyaloka tahun 2008.

Salah satu kutipan ceramah beliau, “Rezeki bagi manusia menurut Imam Ghazali dibagi menjadi tiga yaitu rezeki yang sudah ditentukan, rezeki yang dibagi di langit dan rezeki yang dijanjikan. Jenis rezeki yang ketiga inilah yang diperuntukkan bagi orang-orang bertaqwa.”

Selanjutnya kata Kyai yang hingga kini menjabat Ketua MUI kota Malang, “Beberapa sifat orang bertaqwa, disebutkannya adalah percaya pada yang ghaib, mendirikan shalat, tidak kikir, suka memaafkan, jujur (menyampaikan kebenaran walaupun pahit), rendah hati tetapi tidak rendah diri, menggunakan haknya dan tidak mengganggu hak makhluk lain serta berdakwah dengan cara yang bijaksana.”

Begitulah intisari ceramah beliau. Selain menyejukkan, di dalamnya ada nuansa tasawufnya. Lahir di Banyuwangi 17 Juli 1944. Putra kelima dari pasangan KH Muslich hanafy dan Hj Walijah ini pernah kuliah di Fakultas Tarbiyah- IAIN sunan ampel Malang (kini menjelma menjadi UIN Malang). Usai tamat kuliah, beliau menjadi guru di SD negeri.

Tahun 1965 menjadi Kepala Ponpes Miftahul huda Gading kota Malang.  Kemudian sejak 1985 berkarir di Departemen agama. Pada 1997, menjadi pengasuh Pesantren Anwarul huda, Karang besuki kota Malang. Sehari-hari aktif mengajar kitab Kifayatul Adzkiya’ di Masjid agung Jami’ kota Malang, dan berceramah di berbagai majelis Taklim terutama Majelis taklim Riyadhul jannah.

Bulan desember 2015 beliau memberi ceramah di halaman Balaikota Malang tentang Dua wajah yang ada di hari Kiamat. Hanya ada wajah putih dan hitam. Orang berwajah putih adalah Mukmin, sedangkan yang berwajah hitam adalah orang kafir, munafik dan ahli kesesatan. Mei 2016.

Dalam pemberitaan andalus911fm.com, beliau mendukung program walikota Malang Moch Anton tentang himbauan murid sekolah untuk tidak mengenakan rok mini. “Kalau dalam agama Islam, pakaian itu kan fungsinya untuk menutup aurat, selain sebagai bentuk usaha untuk menghindarkan diri untuk tidak menjadi korban tindak kejahatan,” tutur Kyai yang menjadi menantu Almarhum KH. Muhammad Yahya.

Masih di tahun 2016, beliau menerbitkan buku berjudul “Butir-butir Mutiara: Karya sufistik etika, Hikmah dan dakwah”. Penulisan buku ini merujuk pada kitab ihya ulumuddin imam Ghazaly, al-Hikam Ibnu Athoillah, Risalatul qusyairiyah, Riyadhus sholihin  dan Tasawuf Modern buya Hamka.

Secara garis besar membahas Bagaimana cara memelihara kebersihan hati. Namun yang menjadi fokus dalam artikel yang saya tulis ini adalah bagaimana menggapai Maqam mulia dengan Tarekat, hakikat dan Makrifat. Syariat bagi Kyai Baidlowi adalah dasarnya, Tarekat adalah sarana, hakikat adalah buah. Semuanya saling melengkapi sehingga bisa mencapai makrifat dan kemuliaan di hadapan Allah.

Semua sahabat nabi meniti jalan tarekat untuk menggapai ridho Allah. Abu Bakar as-shiddiq dikenal sebagai ahli dzikir, amirul mukminin Umar bin khattab masyhur dengan sebutan as-Sholabah fiddin (kuat agamanya),  bahkan Abu Dzar al-Ghifary dikenal sebagai ahli zuhud (Butir-butir mutiara, 2016, hal 72).

Tarekat maupun hakikat bergantung pada syariat.  Siapapun tidak boleh menganggap dirinya terlepas dari syariat. Sekalipun ia ulama sufi besar yang piawai bahkan waliyullah. Orang yang menganggap dirinya tidak membutuhkan syariat untuk mencapai tarekat adalah sesat dan menyesatkan. “Tanpa syariat semua ilmu dan keyakinan ruhaniah tidak ada artinya” tulis Kyai Baidlowi (Butir-butir mutiara, hal 170-171).

Langkah terakhir untuk menggapai maqam yang mulia adalah Makrifatullah. Makrifatullah diawali dengan taubat. Taubat harus disertai dengan penyesalan diri dan tidak menyalahgunakan umur untuk melakukan hal hal yang bertentangan dengan syara’. Setelah taubat, seorang Muslim harus mengoreksi diri sebelum dikoreksi orang lain.

Sebagaimana nasehat Umar bin khattab, “Koreksilah dirimu sebelum engkau dikoreksi orang lain dan bersiap siaplah menghadapi hari perhitungan amal di hadapan Allah swt” (hal 172-174). Demikianlah pembahasan mengenai cara menggapai maqam yang mulia menurut KH. Baidlowi Muslich. Wallahu’allam.

Oleh : Fadh Ahmad Arifan
Penulis adalah Alumnus Fakultas syariah UIN Malang.
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Cara Menggapai Maqam Mulia Menurut Kyai M Baidlowi Muslich

Terkini

Close x