Saat di temui Kepala Desa
Misyono, Ketua HIPA dan Ulu-ulu air, beberapa tokoh masyarakat, mengeluhkan
perihal pembagian air yang dilakukan Busri yang sebagai Kablok dusun Bunder, ia
menganggap tidak adil dan besarnya pungutan kepada petani di wilayahnya. Edy Sampurno dan H.Abdul Sofian
Edy Sampurno salah satu
petani, mengatakan minta supaya Busri sebagai kabok atau ulu-ulu betidak adil
dalam pembagian pemerataan air sawah, supaya kepala Desa Misyono dan Candra
sebagai Ketua Hipa bisa membina dan
mengingatkan serta pembinaan kepada Busri bisa bekerja dengan baik “ Harapnya
Masi kata Edy Sampurna, ia
mengeluh dengan biaya terlalu tinggi, dengan tarikan berkisar enam ratus ribu
hingga satu juta lebih, dengan biaya sebesar itu, membuat petani tak
terjangkau, “ Belum harga pupuk yang
tinngi dan masih bayar pajak, namun hasil petani masih belum tentu baik “
Keluhnya
Sedangkan menurut Busiri
sebagai Kablok dusun Bunder, Karena keadan masa kemarau dan air tidak mencukupi
kebutuan para petani, untuk itu ia berusaha mencari air dari aliran sungai
tetangga desa, sedangakan petani lain juga sama-sama membutuhkan, jadi petani
ya harus sabar menunggu giliran ‘ Pesanya
Sedangkan terkait pungutan
Busiri mengatakan, petani harusnya sadar mengingat kondisi air sekarang sulit,
Busiri berdalih masih wajar-wajar saja, karena saya tidak pasang harga dan ia
mengelak meminta uang kepada petani. kalau masih mepermasalahkan dana, ia
“beranggapan petani tidak waras “ Cetusnya
Masih kata Busiri, namun
ia mengakui pernah menerima uang dari petani namun seiklasnya, dan tak jarang
menerima uang sebesar ratusan ribu, namun ia berdalih pemberian se iklasnya
petani” Pungkasnya.
Menurut Kades Misyono,
kelangkaan air sudah menjadi kebiasaan, dan itu terjadi di mana-mana,
sebenarnya di dusun bunder sendiri sudah ada dua sumur Bor, namun tidak
berfungsi secara maksimal, sebab dikuasai sendiri, akhirnya menjadi kepentingan
pribadi, padahal itu adalah bantuan dari pemerintah. “ Paparnya (edw/midd)