Translate

Iklan

Iklan

Erina Frataria; Berbagi Ilmu Itu Membahagiakan

1/12/15, 21:00 WIB Last Updated 2015-01-20T14:28:08Z
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Waktu telah menunjukkan jam setengah delapan malam, Jalanan Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji, Senin (12/1) masih menyisakan basah, usai hujan deras mengguyur desa itu sore sebelumnya.

Namun dua puluhan anak masih terlihat ceria disebuah rumah kontrakan, beberapa diantaranya berlari kecil menghampiri seorang gadis yang duduk berdampingan dengan anak lain di sudut ruangan itu. “Silahkan masuk,” ucap Erina Frataria, sembari menenangkan anak-anak yang sedang belajar dan mempersilahkan dua orang tamunya masuk.

Dengan cekatan ia merapikan buku-buku yang terserak, buku anak-anak didiknya. “Ya beginilah kondisi rumah belajar kami, suasananya memang dibuat sebebas mungkin, agar adik-adik ceria saat belajar,” ujarnya.

Perempuan kelahiran Banyuwangi 25 tahun silam ini, sebenarnya lebih senang menyebut adik-adik, saat memanggil anak-anak yang belajar dirumah itu. Menurutnya, panggilan itu lebih mendekatkan secara emosional. Baginya, mencurahkan waktu selepas kerja seharian untuk belajar bersama adik-adik adalah kegembiraan tersendiri, “sepulang kerja, sekitar jam empat sore, adik-adik biasanya sudah rame menunggu di teras rumah,” ceritanya.

Erina, adalah pengelola rumah belajar “Ceria”, ide pendiriannya cukup sederhana, “awalnya, saya kesepian karena hidup sendiri di kontrakan, kemudian saya mengajak anak-anak tetangga sebelah untuk bermain dirumah saya,” tuturnya. Karena banyak anak-anak yang betah, kemudian beberapa ibu-ibu dan ketua RT setempat menyarankan agar rumahnya dijadikan sebagai rumah belajar.

Atas saran tetangga dan ketua RT inilah, alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember (Unej) tersebut memberanikan diri untuk menemani adik-adik itu belajar dirumahnya. “Konsepnya belajar mandiri, jadi setiap anak yang belajar disini sebenarnya belajar sendiri, baru jika tidak bisa dapat bertanya ke temennya atau langsung bertanya ke saya,” katanya.

Sebenarnya, tak ada yang istimewa dari rumah belajar “Ceria” ini. Seperti pada umumnya, anak-anak belajar tentang mata pelajaran yang mereka pelajari disekolah masing-masing. Namun, ada satu hal yang mungkin tak dimiliki oleh yang lain, yakni ketulusan hati dalam mengabdikan diri untuk sesama manusia serta semangat kebersamaan yang ditularkannya.  “Awalnya hanya enam anak, setelah dua tahun berjalan, saat ini tercatat ada tujuh puluh lima anak yang ikut belajar,” paparnya.

Tidaklah mudah bagi Erina untuk mempertahankan rumah belajarnya. Selain terbentur persoalan peribadi, masalah financial juga menjadi salah satu kendalanya. Dara yang juga bekerja sebagai manajer marketing pada perusahaan peternakan ini mengakui, rumah belajarnya sempat mandeg beberapa bulan, lantaran ia berpindah tempat dari rumah kontrakannya.

Waktu itu kontrakan telah habis, kemudian dia indekos di daerah kelurahan sempusari yang berjarak sekitar tujuh kilo dari kontrakan sebelumnya. “Saya sempat indekos, dan masih menyempatkan mengunjungi adik-adik disini,” terangnya, dan mengisahkan kala itu ia sempat kecelakaan yang menyebabkannya tak dapat beraktifitas untuk beberapa bulan.

Namun, setelah ia pulih, hatinya kembali tergerak saat beberapa orang tua dari adik-adik didiknya itu memintanya kembali dan menawarkan sebuah rumah kontrakan baru, “saya kembali mengontrak rumah, kemudian menjadi tempat baru bagi rumah belajar kami,” tuturnya. Erina tidaklah sendirian, ada empat kawannya lagi yang turut membantu menemani adik-adik itu belajar. Tiga diantaranya masih tercatat sebagai mahasiswa Unej. “Ada satu yang sudah ibu-ibu, namanya mbak Iva, warga sini,” sambungnya.

Angin malam sekilas hilang dari rumah itu, gerah tiba-tiba mendiami ruangan 2x4 meter yang dipenuhi tempelan kertas jadwal, hasil karya anak-anak dan beberapa penanda kelas. Sejurus kemudian, perempuan yang dijuluki wanita sejuta aksi (Watashi) oleh kawan-kawannya itu, menghidupkan sebuah kipas angin, persis dibelakang anak-anak yang belajar. Sejenak gerah itu hilang, berganti semilir angin kipas, meski sebentar.

“Itu namanya Melani, mahasiswi semester akhir, ia membantu saya sejak setahun terakhir ini,” katanya tiba-tiba, sembari menunjuk seorang gadis yang mendampingi beberapa anak yang sedang belajar. “Melani tinggal disini bersama saya, kalau yang lain, pulang kerumah masing-masing,” sambungnya, menceritakan teman-temannya.

Untuk belajar disini, kata Erina, anak-anak tidak diminta sejumlah uang. Namun biasanya, mereka membawa uang dua ribu sekali datang, “uang itupun kembali diberikan kepada adik-adik dalam bentuk hadiah, agar mereka lebih semangat lagi belajarnya,” ucap dia.

Belakangan ini, Erina mulai resah dengan rumah belajarnya. Sebab, kesibukannya diluar sebagai manajer marketing menuntutnya untuk keluar kota hingga beberapa hari. Sehingga dia mulai berinisiatif untuk menularkan semangat itu kebeberapa sahabat karibnya, terutama yang terjun di dunia pendidikan. “Saya akan menjaga dan merawat rumah belajar ini semampu saya, namun saya juga menyampaikan kepada sahabat-sahabat saya untuk menciptakan rumah belajar di desanya masing-masing. Saya katakan kepada mereka bahwa berbagi itu membahagiakan,” paparnya.

Usaha gadis lajang dengan perawakan tinggi dengan kulit sawo matang ini tak sia-sia. Seorang teman sedesanya, di daerah Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, tertarik dengan ide Erina. “Namanya Nurjannah, teman saya di Glenmore, dia sekarang juga mendirikan rumah belajar disana,” katanya bangga, dan berharap ada Nurjannah-Nurjannah lain yang turut mewujudkan ide dan semangatnya itu. (Ruz).
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Erina Frataria; Berbagi Ilmu Itu Membahagiakan

Terkini

Close x