
Ritual dipandu Sulinggih
dari Gianyar Bali ini, selain untuk menghilangkan energi negatif dalam diri
seseorang dan melestarikan budaya warisan leluhur, ruwatan ini sebagai
sarana silahtrohmi mengingat ritual ruwatan kini sudah jarang dilakukan oleh
orang perorang karena biayanya yang tinggi.
“Seperti ruwatan siraman
dari 30 air sumur suci ini sarana penyucian diri dari energi negatif dalam diri
seseorang yang dapat menjadi penghambat dikehidupan sehari-hari”. Demikian kata
ketum Perhimpnan Pemuda Hindu
Indonesia (PPHI) Jember Komang Pasek Ardika , Minggu, (25/2/2018).
Ritual Raja Sewala
(Singa), Bayuh Ruwatan Sapuh Leger, Mepades (potong gigi), berlangsung sejak pagi, siang hingga
sore ini berjalan cukup hikmad. "Ritual ini jarang dilakukan, biaya
mahal menjadi kendala utama masyarakat hindu di Jember." jelas Komang
Pasek.
Menurutnya dalam prosesi ritual dihadiri oleh seluruh
umat hindu dari Kabupaten Jember dan Kabupaten Lumajang Jawa timur ini dipandu oleh Ida
Pandita Mpu Dwi Acharya, Parama Santika dan Ida Pandita Istri MPU Dwi Acharya
Parama Santika
Salah satu umat hindu yang
mengikuti ruwatan, Pasek Artana didampingi oleh Istrinya Agung
ayu, mengatakan di jaman
modern saat ini upacara ritual ruwatan semakin lenyap termakan oleh budaya
lain, padahal ritual yang mengandung nilai religius merupakan warisan leluhur
yang harus dilestarikan.