Translate

Iklan

Iklan

Bentrok Dua Kelompok Warga di Jember Dipicu Pemberhentian Ulu-Ulu

Media
12/02/19, 21:58 WIB Last Updated 2019-12-02T14:58:58Z



Dua orang terlibat bentrok dan dilerai oleh warga lainnya, kredit foto: Takril/MG


Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com – Hanya karena tidak sepakat dengan keputusan Kepala Desa Kepanjen yang baru, memberhentikan petugas pengatur saluran irigasi atau ulu-ulu, sekelompok warga menutup saluran irigasi dengan dicor. Akibatnya, ratusan hektar sawah milik petani terdampak tidak mendapatkan air, merasa perlu mendapatkan air, puluhan petani mengadu ke Kepala Desa dengan mendatangi Kantor Desa, mereka meminta penutupan saluran irigasi segera dibuka, Senin 2 Desember 2019.


Petugas pengatur saluran irigasi, Hali diberhentikan tanpa sebab dan musyawarah lebih dulu dengan warga. Selama ini, Hali dinilai pekerja keras dan profesional. Tidak terima Hali diberhentikan, sekelompok warga menutup saluran irigasi. Ditutupnya saluran irigasi, membuat sawah petani kebingungan air, oleh sebab itu mereka mendatangi Kantor Desa Kepanjen guna mengadu kepada Kepala Desa supaya penutupan saluran irigasi segera dibuka. Tak lama berselang, mereka bersama Kepal Desa membuka saluran irigasi yang telah ditutup dengan dicor.

Karena dibuka, sekelompok warga yang pro dan kontra dengan penutupan saluran irigasi terlibat adu mulut. Bahkan, ada yang terlihat akan mengeluarkan sebilah senjata tajam, namun beruntung dilerai lebih dulu oleh aparat dan warga lainnya. Ada tiga lokasi saluran irigasi yang ditutup dan kini telah dibuka. H. Buhari salah satu warga yang mencegah pembongkaran cor penutup saluran irigas mengatakan, masyarakat di sini memang sudah mengetahui jika ulu-ulu yang diberhentikan seorang pekerja keras sehingga banyak petani yang senang kepadanya. "Kenapa kok di berhentikan tanpa koordinasi dan musyawarah, langsung diganti orang lain. Jadi, lebih baik kalau ada masalah seperti ini tutup saja," kata H. Buhari.

Menurut Saiful Mahmud, Kepala Desa Kepanjen, alasan warga menutup saluran irigasi ini karena tidak setuju atas pemberhentian Hali sebagai ulu-ulu dan mereka menyatakan tidak membutuhkan air di saluran itu untuk sawah mereka. Padahal, tidak sedikit masyarakat lainya membutuhkan air ini. "Sekarang ini air lagi sangat dibutuhkan, malah tadi ada yang terlanjur ndaud (menanam padi) besok ini mau tanam, ini marah-marah. Padahal, dia belum siap membuat sumur alternatif jika tidak ada air," ungkap Mahmud.

Jika saluran air irigasi di tutup, sambung Mahmud, dipastikan ada ratusan hektar sawah milik petani tidak bisa menanam padi pada musim padi tahun ini. Atas permasalahan ini, pihaknya akan mengambil langkah-langkah mediasi. "Kita undang instansi terkait jalan keluarnya, sehingga tanpa ada salah satu pihak yang dirugikan, maunya seperti itu," sebutnya. Mahmud menghimbau supaya masyarakat diam dulu menahan diri, agar dimediasi untuk menyelesaikan masalah ini, Mahmud tidak ingin ada gejolak lagi.

Sementara Kanit Reskrim Polsek Gumukmas, Bripka Dedi mengatakan, “Untuk ini kita berikan pemahaman kepada kedua belah kubu, baik yang pro maupun kontra tentang penggunaan saluran irigasi yang ditutup dengan menggunakan cor-coran. "Dalam hal ini kita lakukan koordinasi dengan Kepala Desa untuk berkoordinasi lebih lanjut kepada pihak muspika dalam hal ini Dinas Pengairan," kata Dedi. Dia Menambahkan, pihak keamanan akan turun untuk memberikan pemahaman agar tidak membuat provokasi dengan adanya isu-isu terkait dengan masalah saluran irigasi ini

"Untuk perkembangan di lapangan kita akan lakukan deteksi dini dan monitoring untuk mencegah terjadinya gerakan spontanitas dari warga yang tidak setuju dengan ditutupnya saluran oleh warga lainnya," katanya. (RF/Kril)



Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Bentrok Dua Kelompok Warga di Jember Dipicu Pemberhentian Ulu-Ulu

Terkini

Close x