Menurut keterangan, sejumlah koleksi berharga hilang dijarah. Artefak yang raib antara lain fragmen Kepala Ganesha dan tiga koleksi wastra kain batik. Sementara itu, miniatur lumbung serta arca Bodhisatwa dilaporkan mengalami kerusakan serius. Kondisi ini membuat kalangan budayawan dan pemerhati sejarah menilai kerugian bukan hanya secara fisik, tetapi juga menyangkut hilangnya pengetahuan dan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Ketua BESI AJI Nusantara, Agung Sedayu, menegaskan bahwa unjuk rasa adalah hak masyarakat dalam menyampaikan aspirasi. Namun, ia menilai tindakan pengrusakan dan penjarahan fasilitas publik, khususnya museum, tidak dapat dibenarkan dalam bentuk apa pun. “Museum bukan hanya tempat penyimpanan benda kuno, tetapi juga sarana mewariskan pengetahuan sejarah kepada generasi penerus. Jika artefak hilang, bangsa ini bisa tercerabut dari akar sejarah dan budaya hingga kehilangan jati dirinya,” ujarnya.
Atas kejadian tersebut, BESI AJI Nusantara mengeluarkan delapan seruan penting. Pertama, menyerukan agar masyarakat tetap menyampaikan aspirasi secara damai tanpa melakukan perusakan maupun penjarahan. Kedua, meminta aparat keamanan menghentikan pendekatan represif saat mengamankan demonstrasi. Ketiga, mendorong pemerintah dan wakil rakyat mendengarkan serta menjalankan aspirasi masyarakat.
Selain itu, BESI AJI Nusantara juga mendesak siapa pun yang membawa artefak Museum Bagawanta Bhari agar segera mengembalikannya. Polisi diminta segera mengusut kasus ini serta mengembalikan koleksi berharga yang telah hilang. Tak hanya itu, paguyuban budaya ini mengajak budayawan, sejarawan, akademisi, perguruan tinggi, dan pemerintah daerah Kediri untuk bergotong royong memulihkan museum tersebut.
Lebih jauh, BESI AJI Nusantara mendorong pemerintah agar meningkatkan upaya konservasi, penyelamatan, dan perlindungan terhadap warisan sejarah Nusantara secara berkelanjutan. “Peristiwa ini harus menjadi peringatan bersama. Warisan budaya bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga pondasi identitas dan kebanggaan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, kita semua bertanggung jawab menjaganya,” pungkas Agung Sedayu. (r1ck)
Rahayu, Salam Budaya.