
Akibatnya nilai-nilai agama ditinggalkan, dan tidak ada rasa takut
lagi berbuat dosa, termasuk melakukan hal-hal yang dilarang agamanya. Untuk membuktikan
keyakinannya, anggota DPRD Jember Rabo pagi (15/3) sidak di sekolah tempat korban pemerkosaan sisiwi SMP oleh dan pelaku 9 siswa SMK.
Sejak pukul 07.00 Wib Rabu pagi,(15/3), tampak anggota Komisi D
ini memantau proses belajar-mengajar
di sekolah itu, situasi berjalan normal, namun selang beberapa waktu, kejanggalan
mulai menyeruak di saat semua murid mulai keluar kelas padahal proses belajar-mengajar
masih berlangsung.
Ironisnya, meski jam dinding sudah menunjukkan angka 07.15 wib, beberapa
pengajar masih ada yang baru datang, dengan santai sejumlah guru masuk ke ruangan.
Hal inilah yang membuat salah satu
anggota Dewan dari partai Hanura mengela nafas panjang.
"Lembaga Pendidikan ini kok begini ya, padahal tata tertibnya
sudah jelas, namun ternyata sejumlah pengajar datangnya terlambat dan gurunya terlihat
hanya beberapa orang, padahal disini ada 4 lembaga yang dinaungi sekolah ini,
pada kemana pendidik ini" Ujar Isa Mahdi geram.
Menyingkapi kasus terjadinya pemerkosaan siswi SMP oleh beberapa
siswa SMK, menunjukkan Lembaga ini, kurang peduli dan lambat mengantisipasi, sekolah
telah gagal mendidik anak, apalagi informasi dari Kepala Sekolah SMP, sebelum
masuk kelas murid diwajibkan sholat dhuha dan mengaji.
Faktanya tidak seperti itu, beberapa anak didik mengaku kegiatan
itu dilakukan di MTS yang masih satu lembaga. Yang bikin lebih geram, Kasek
saat di telfon dan di SMS tidak merespon, bahkan salah satu guru yang mendampingi
dewan melihat-lihat ruangan, waka Humas Mosleh pergi meninggalkan anggota
Legislatif ini.
Kemudian, pria yang biasa dipanggil Habib Isa ini meneruskan sidak
ke SMP salah satu anak didiknya yang menjadi
korban pelecehan tersebut, anehnya, beberapa guru dan kepala sekolah SMK
berkumpul disitu, mengetahui kedatangannya, beberapa guru sempat terperanggah.
Sempat beberapa guru hilir mudik keluar ruangan, dan sempat ada
yang cuek dan terkesan sembunyi yaitu Kepala Sekolah SMK AR hingga membuat
dewan memanggil dirinya duduk bersama untuk membicarakan perihal terjadinya kasus
tersebut.
Dari pembicaraan dengan Kepala Sekolah SMP di ruangan, ironisnya
hingga saat ini ini belum ada dari lembaga dinas pendidikan yang datang di
Sekolahnya, termasuk dari pihak lembaga SMK perwakilan provinsi yang berada di
jember.
"Kejadian ini menunjukkan, sekolah dan dunia Pendidikan telah
gagal mendidik anak, lantaran kurangnya perhatian, baik sekolah maupun dari Stakeholders.
Agar kejadian sedini mungkin dapat diantisipasi, sekolah harus peka, dan tanggap, sehingga anak didik tidak sampai
menjadi korban, " pungkasnya.
Atas kejadian itu legislatif yang sebelumnya mengusulkan Perda Tes
Keperawanan ini kembali berencana mengusulkan Peraturan Daerah (Perda) tetang Akhlakul
Karimah.ungkap Isa Mahdi, Anggota DPRD
Jember asal fraksi Hati Nurani Rakyat (Hanura), Selasa (14/3) lalu.
Menurut Isa, kejadian memalukan yang masih hangat diperbincangkan
itu bisa dijadikan momentum. "Disitu para pelajar diberlakukan jam malam
yang membuat fungsi kontrol sosial pada mereka saat sedang di luar jam sekolah
tetap berjalan seperti biasa," ungkapnya.
"Tambahan pendidikan agama saja tidaklah cukup. Terbukti dari
kasus SMK yang notabene sarat dengan suasana keagamaan ternyata masih tetap
saja masih terjadi perilaku asusila, bahkan diawali dengan pesta minuman
keras," tuturnya.
Dari sekian kali pemberitaan kasus ini, begitu sepi tanggapan dri
para pemangku pendidikan yang notabene sudah menjadi bagian dan tanggung jawabnya,
seharusnya para pemangku pendidikan
segera menginisiasi pertemuan guna menyingkapi permasalahan itu dengan cepat. Keluhnya.
Untuk itu komisi D masih menunggu datangnya stakeholders
pendidikan terkait ihwal kejadian itu. Bukan cuma Dinas Pendidikan, tapi juga
institusi lain yang tekait, seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
orang tua siswa dan pihak lain untuk ikut andil menyelamatkan generasi bangsa.
Diberitakan sebelumnya Kamis, (9/3) 5 dari 9 pelaku pemerkosa
bocah SMP AIS (16) Warga Dusun Krajan, Desa Sukorejo, Bansalsari, Kabupaten
Jember, di tiga tempat berbeda Minggu (12/3) diamankan Polisi. Sementara, 4
pelaku masih dalam pencarian.
Kejadian ini bermula saat korban diajak pesta miras oplosan (alkohol 70 persen + kuku
bima). Lantaran takut diketahui orang, perbuatan para tersangka dilakukan di
tiga tempat berbeda. Setelah puas melakukan kelakuan bejatnya, lalu korban
diantar pulang kerumahnya.
Untuk ke lima tersangka langsung diamankan, sementara 4 yang lain
masih dalam pengejaran. “Kelima pelaku, sudah kami serahkan / melimpahkan ke
unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres (PPA Res) Jember, sementara 4 yang
lain masih dalam pencarian. (midd/edw/Lum)