
Pemuda yang pernah menjadi
Tenaga Kerja Indondosia (TKI) di Negeri Malaysia, memulai usahanya dengan merintis
kerajinan ukiran lampu ruangan, Rumah, atau Cafe, dari Bambu, di rumahnya di
Dusun Gumuk Gebang, Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji.
Ide itu ia dapatkan sejak masih
bekerja bersama sahabatnya di Malaysia. "Waktu itu saya bersama dengan
teman saya yang posisinya sama dengan saya namanya Jhoni Iswanto yang tak lain
juga sebagai pekerja kasaran," ucap Arif saat ditemui di kediamannya Minggu, Minggu (25/02/18) pagi.
Pasalnya lampu itu sangat sederhana,
namun harganya melangit, bahan-bahannya juga tidak sulit didapat apalagi di
Indonesia, Bambu apapun bisa dirubah menjadi sangat menarik, apalagi dengan
diberikan sentuan seni ukir dan ditambahkan pengkilap, membuat para konsumen
tertarik.
Dari pengalaman itu Ia berdua
mengembangkan usaha itu di rumahnya. "Berbagai inovasi kami lakukan demi
mendapatkan kualitas lebih menarik, sehingga bisa memanggil para peminat yang
ingin memiliki kap lampu tersebut," tutur Arif sambil menunjukkan hasil
kariya nya dengan sahabatnya itu.
Harga per lampu dipatok 130
ribu hingga 150 ribu, dan paket 250 rb, saat ini omset /bulannya mencapai dua juta
rupiah, itu pun dari pelanggan yang langsung datang kerumahnya, “Kami juga pernah menerima pesanan dari luar
kota yaitu Lumajang Rp 29 juta, itu kita dapat dari seaeorang melalui media
sosial”, jelasnya.