
Masing-masing yakni Cris
Kuntadi, Hunggul Yodono Setiohadi Nugroho, Ahmad Basori, Sutopo Purwo Nugroho, dan Endang Yuli P
Pengumuman itu dilakukan di studio 5 TVRI Jakarta, Kamis (29/11) malam, dan
langsung dilakukan wawancara untuk selanjutnya akan disaring lagi menjadi 3
besar.
Cris Kuntadi, seorang
akuntan kelahiran Banyumas (24/6/1969) ini memliki kompetensi auditor. Masuk PNS
di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan golongan II(b) setelah lulus STAN. Ia menjabat
sebagai Staf Ahli Bidang Logistik Multimoda dan Keselamatan Perhubungan dengan
pangkat kini Pembina Utama (IV/e).
Ketika di Pusdiklat BPK,
ia menciptakan Model Sistem Kenali Kecurangan (Sikencur), rangkaian proses dan
kegiatan yang secara komprehensif dirancang dan dilaksanakan oleh manajemen
entitas untuk mencegah, mendeteksi dan menindak kecurangan dalam rangka
memperkuat pencapaian tujuan SPI.
Hunggul D Yudono Setiohadi Nugroho, PNS Kementerian
Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Masuk tahun 1993, ditempatkan di Balai
Teknologi Pengelolaan DAS Ujung Pandang dengan jabatan awal teknisi litkayasa
dan kemudian tahun 1995 beralih ke jenjang Peneliti Madya bidang Hidrologi dan
Konservasi Tanah pada Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (BP2LHK) Makassar.
Mulai tahun 2008, Hunggul
beserta tim mendapatkan kepercayaan membantu instansi kehutanan di berbagai
daerah (Dinas Kehutanan, BKSDA, BTN) untuk menyusun rancangan dan membangun
mikrohidro sebagai bagian dari kegiatan RHL dan pemberdayaan masyarakat sekitar
hutan di masing-masing instansi.
Sampai tahun 2018 sudah
membangun 20 lokasi PLTMH diseluruh Indonesia, atas biaya pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan ada juga yang swadaya murni masyarakat. Kini masyarakat
pedesaan di pinggir hutan yang selama ini dalam kegelapan, mendapatkan terang
dengan adanya kegiatan pembangunan PLTMH di Kementerian Kehutanan.
Adapun Ahmad Basori yang
sering dipanggil “Om Bas” oleh rekan kerjanya merupakan auditor madya di
Kedeputian Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah (Bidwas PKD) Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pria kelahiran Jombang 42
tahun lalu dan berkesempatan untuk mengenyam pendidikan Diploma 3 di Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara (STAN) pada tahun 1996 dan menjadi salah satu lulusan
terbaik sehingga memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan lanjutan D-IV
STAN tanpa harus menjalani ikatan dinas minimal 2 tahun seperti lulusan
lainnya.
Tahun 2004 ia mulai
bekerja di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, dan sempat mutasi ke Perwakilan
BPKP Sulawesi Barat. Mutasi telah mendorong Om bas beserta rekan-rekannya
menyusun aplikasi yang digunakan untuk melakukan Pengelolaan Keuangan Desa.
Aplikasi tersebut
diujicobakan kepada perangkat desa di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat
dan berjalan dengan mulus. Sehingga aplikasi yang dikembangkan tersebut dilirik
untuk diseleksi dengan aplikasi pengelolaan keuangan desa yang dikembangkan
oleh pegawai di Perwakilan BPKP yang lain.
Keberhasilan uji coba di
Mamasa, serta fitur-fitur yang lebih lengkap maka aplikasi pengelolaan keuangan
desa tersebut dipilih sebagai aplikasi yang digunakan oleh BPKP untuk membantu
memberikan kemudahan serta tetap menjaga akuntabilitas perangkat desa dalam
menjalankan pengelolaan keuangan.
Aplikasi tersebut
dilaunching pada tanggal 13 Juni 2015 dengan nama SIMDA Desa, kemudian diubah
menjadi Siskeudes. Sampai saat ini aplikasi tersebut telah digunakan oleh
93,22% desa di Indonesia.
Selain dapat meningkatkan
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, Siskeudes juga memberi kemudahan bagi
pemerintah desa dengan sekali input dapat menghasilkan berbagai dokumen dan
laporan yang diperlukan. Siskeudes sebagai produk bersama Kemendagri dan BPKP
diberikan gratis kepada desa sehingga memberikan potensi penghematan keuangan
negara atau daerah dengan jumlah yang besar jika dibandingkan setiap desa
membeli aplikasi dari pihak swasta.
Peraih 5 besar PNS
inspiratif lainnya adalah Sutopo Purwo Nugroho. Pria kelahiran Boyolali, 7
Oktober 1969 ini, sekarang mengemban amanah sebagai Kepala Pusat Data,
Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB).
Menurut Alumnus
Universitas Gajah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini
pentingnya kesadaran masyarakat tentang bencana adalah bentuk
kewaspadaan yang terencana. Di beberapa wilayah yang masuk kategori rawan
bencana harusnya mengetahui lebih banyak tentang apa itu bencana dan bagaimana
mengatasinya.
Gunung meletus itu tidak
selamanya bencana, selama belum berada ditingkat yang berbahaya itu bisa
menjadi sebuah keindahan yang memanjakan mata, juga sebagai objek wisata yang mengagungkan apalagi bersama dengan
orang yang spesial. Dengan catatan kita masih berada pada jarak yang aman.
“Kita perlu bekerja lebih
giat lagi untuk tetap memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang
terobosan atau alat baru yang belum sepenuhnya masyarakat tahu,” ungkap
penggemar Raisa (Penyanyi) yang pada awal Januari 2018 lalu divonis terserang
penyakit kanker paru-paru stadium 4 yang menyebar ke organ lain. Vonis tersebut
sempat membuatnya shock berat dan drop. Tapi tidak butuh lama untuk membangun
kembali semangatnya untuk melaksanakan tugasnya.
Sesuai dengan bidang
tugasnya, kurangnya kesadaran masyarakat pada bencana disebabkan oleh faktor
pengetahuan mereka tentang apa itu bencana. Karena keadaan tersebut, ia membuat
beberapa grup WhatsApp dihandphonenya dengan para wartawan untuk keperluan
berita dan update terbaru keadaan dan cuaca di setiap daerah di Indonesia.
Ia juga menggunakan media
sosial untuk memberikan data terbaru disetiap wilayah setiap harinya, seperti
membuat status di Twitter dengan bahasanya yang khas. Untuk meyampaikan data
terkini dan ilmu-ilmu penting tentang penanganan bencana, meskipun sakit Sutopo
juga masih sering turun ke lapangan menjadi pembicara. Ia menjadi juru bicara
untuk memberikan arahan tentang penanganan bencana gempa di Palu beberapa
waktu.
Inovasi lain yang
dilakukannya yaitu dengan membangun diorama bencana tepatnya berada di Lt. 11
dan Lt. 12 Graha BNPB sebagai sarana edukasi kebencanaan kepada masyarakat
khususnya pelajar. Diorama ini dirancang dengan sangat menarik sehingga tidak
membosankan ketika dikunjungi. Sutopo merupakan sosok PNS/ASN yang sangat
menginspirasi. Ia tidak menjadikan penyakitnya yang kronis sebagai penghalang
untuk berbakti kepada bangsa dan negara.
Satu-satunya perempuan
yang masuk 5 besar PNS Inspiratif 2018 adalah Endang Yuli Purwanti atau yang
akrab dipanggil dengan Yuli Badawi, seorang guru agama di SMAN 4 Bandung.
Perempuan asli Ngawi ini bersama suaminya, Ahmad Badawi, mengasuh puluhan anak asuh dari berbagai latar belakang,
selain 4 anak kandungnya.
Ada anak yang 'dibuang'
orangtuanya, ada pula yang sengaja dititipkan orangtuanya pada keluarga ini.
Hampir seluruhnya tinggal bersama dengan dirinya dan sang suami, teapi ia tidak
merasa kerepotan dalam merawat semua anak asuhnya. “Saat ini kami memiliki 27
anak, yakni empat anak kandung dan 23 anak asuh,” ujarnya.
Sebagai guru, Endang
memiliki cara yang inovatif dan menarik dalam mengajar murid-muridnya di kelas
sehingga murid-murid dapat benar-benar memahami pelajaran dan tidak mudah
jenuh. Salah satunya adalah membuat praktek akad nikah yang melibatkan semua
murid-muridnya.