
Lomba tari petik kopi ini
jangan dipandang sebagai lomba yang hanya mencari pemenang tetapi
lebih untuk menginternalisasi tari petik kopi itu sendiri. Melestarikan budaya
tradisional merupakan suatu keharusan, terutama bagi generasi muda.
“Siapa tahu
limapuluh tahun kedepan tari petik kopi bisa dianggap sebagai tari orisinal
Jember, di tengah-tengah usaha pencarian jati diri budaya asli masyarakat
Jember saat ini” Kata Rektor Universitas Jember Moh. Hasan saat membuka lomba antar
mahasiswa Universitas Jember Minggu (12/10)
di gedung Soetardjo.
Menurut Wisasongko, ketua
panitia lomba antar mahasiswa, lomba
yang digelar pertamakaliini diikuti diikuti oleh 112 penari dari 12
fakultas. Sedangkan generasi pertama ada 23 penari, mereka inilah dilatih
langsung oleh pencipta tari Parmin Ras. Kemudian 23 orang ini menjadi pelatih di
berbagai fakultas.
Wisasongko menambahkan
peraturan panitia memang mewajibkan setiap peserta lomba adalah mahasiswa yang
belum pernah menarikan tari petik kopi, sehingga harapannya semakin banyak
mahasiswa Universitas Jember yang menguasai tari ini. Para peserta diberi
kesempatan latihan selama satu bulan sebelum mereka tampil.
Untuk juri diambilkan 2
orang dari luar yaitu Slamet Riyadi, seorang praktisi seni dari ponorogo dan
Agustinus, seorang praktisi seni dari Surabaya yang sekaligus dosen STKW. Satu
lagi juri yang dihadirkan adalah Ayu Sutarto, budayawan dan dosen fakultas
Sastra Universitas Jember.