Sedangkan
inflasi Jawa Timur sebesar 0,76 persen. Bahan makanan menjadi penyumbang
inflasi tertinggi pada bulan Juli 2016 di Jember sebesar 1,47 persen. Angka itu
diikuti kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,57
persen.
Indeks Harga
Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan
untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen,
khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Di Indonesia,
tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik
setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dari
hasil pemantauan harga pada bulan Juli 2016, Jember mengalami inflasi sebesar
0,42 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 120,95 pada
bulan Juni 2016 menjadi 121,46 pada bulan Juli 2016.
Sepanjang tahun
2006-2016, pada bulan Juli selalu terjadi inflasi. Tahun 2013 merupakan inflasi tertinggi
sebesar 3,09 persen dan inflasi terendah pada tahun 2009 sebesar 0,02 persen. Sedangkan
pada periode lima tahun terakhir inflasi bulan Juli tahun 2016 sebesar 0,42
persen ini merupakan inflasi terendah kedua setelah inflasi bulan Juli tahun
2014 sebesar 0,41 persen.
Pendorong utama
inflasi Jember pada bulan Juli 2013 adalah naiknya harga beberapa komoditas
antara lain : bensin, angkutan dalam
kota, cabe rawit, bahan bakar rumah tangga, tomat sayur, daging ayam ras,
bawang merah, daging sapi, angkutan antar kota, dan tomat buah.
Kelompok sandang
juga mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen, disusul kelompok kesehatan 0,28
persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, serta bahan bakar sebesar
0,08 persen. Sementara untuk kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga inflasinya
naik sebesar 0,03 persen.
“Sedangkan
inflasi terendah terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau, sebesar 0,01 persen,” kata Kepala Seksi Distribusi Statistik Badan
Pusat Statistik (BPS) Jember, Candra Birawa di Kantor BPS setempat, Senin (1/8).
Untuk Jember,
inflasi tersebut ditunjukkan oleh kenaikan IHK dari bulan Juni sebesar 120,95 persen
menjadi sebesar 121,46 persen. "Inflasi
di Jember tercatat paling rendah di Jawa Timur yang sebesar 0,76 persen. Bahkan
masih berada di bawah inflasi nasional sebesar 0,69 persen," ujar Candra.
inflasi
tertinggi di Kota Madiun sebesar 0,85 persen, disusul Kota Surabaya 0,83
persen, dan Kota Kediri, Kota Malang 0,78
persen. Sementara Banyuwangi 0,43 persen, Sumenep dan Kota Probolinggo
0,63 persen. "Daging ayam ras menjadi komoditi yang
memberikan andil terbesar terjadinya inflasi,” papar Candra.
Bahkan, Candra
menambahkan, selain di Kabupaten Jember daging ayam ras juga menjadi penyumbang
tertinggi laju inflasi di sejumlah daerah di Jawa Timur, yakni di Kabupaten Banyuwangi,
Kota Malang, dan Kota Surabaya. Dijelaskannya,
tingginya permintaan daging ayam ras saat lebaran kemarin, menjadi salah satu
pemicu bahan makanan tersebut menjadi komiditi yang mengalami inflasi cukup
tinggi.
“Selanjutnya, angkutan
antar kota juga memberikan andil inflasi di Jember setelah daging ayam ras,
disusul kemudian tarif kendaraan travel, kendaraan carter/rental, udang basah,
melon, daging sapi, apel, emas perhiasan dan daging ayam kampung,"
jelasnya.