![]() |
Prosesi santunan anak yatim piatu di Desa Wringintelu, memperingati Tahun Baru Islam 1447 H. (Foto: Yudi/Majalah Gempur). |
Jember, MAJALAH GEMPUR.Com - Suasana haru menyelimuti pendopo Kantor Desa Wringintelu, Kecamatan Puger, Sabtu siang (28/6/2025). Di tengah lantunan selawat, satu per satu anak yatim piatu berdiri berbaris. Mereka menanti uluran tangan dan usapan kasih dari sosok yang sudah mereka kenal: Kepala Desa Mohammad Solihin.
Mengenakan baju koko putih dan kopiah hitam, Solihin menyambut mereka dengan senyuman. Sambil membungkuk, ia mengusap kepala anak-anak itu. Satu per satu. Hangat. Penuh hormat.
“Ini cara kami menyambut Tahun Baru Islam. Bukan hanya dengan doa, tapi juga aksi nyata. Kita kuatkan rasa kebersamaan,” tutur Solihin.
Sebanyak 20 anak yatim dan 36 warga duafa menerima santunan. Uang tunai dan bingkisan disiapkan khusus dari dana desa dan donatur setempat. Ini jadi tradisi tahunan Pemdes Wringintelu setiap 1 Muharam.
Acara digelar bersamaan dengan anjangsana Muslimat dan Fatayat NU se-PCNU Kencong. Ribuan orang datang dari lima kecamatan: Kencong, Jombang, Umbulsari, Gumukmas, dan Puger. Pendopo penuh. Tapi suasananya tetap khidmat.
Menurut Solihin, anak yatim adalah tanggung jawab bersama. “Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi? Jangan sampai ada anak di sekitar kita yang kelaparan atau merasa sendirian,” ucapnya.
Tak hanya memberi bantuan, momen itu juga jadi ruang untuk memperkuat nilai gotong royong. Warga, pengurus RT, tokoh agama, hingga relawan terlibat langsung menyukseskan acara.
Bagi warga, kegiatan ini membawa pesan kuat, bahwa tahun baru hijriah tak hanya soal pergantian kalender, tapi juga soal semangat hijrah menuju kepedulian yang lebih besar.
Acara ditutup dengan doa bersama dan tausiah. Anak-anak pulang membawa amplop, bingkisan, dan lebih dari itu, senyuman yang belum tentu mereka dapatkan setiap hari. (yud)