
Bukan hanya di tempat
Festival Sidomekar Situs Beteng Boto Mulyo berornamen kerajaan, tampilnya Ratu
Melok yang diperankan Bupati Jember, dr Faida, MMR yang datang mengendarai
kereta kencana dan dikawal puluhan prajurit lengkap dengan senjatanya menambah suasana kita benar-benar hidup di jaman kejayaan Majapait..
Bukti kebesaran kejayaan
kerajaan yang pernah mengusai Nusantara di acara ini juga dikuatkan dengan keberadaan pasar tradisional
yang menyediakan sejumlah makanan tradisional, bahkan uang yang dipakai untuk
jual belipun harus memakai uang yang didesain dari kayu sesuai uang logam
kerajaan kala itu.
Menurut Kades Sidomekar Ir
Sugeng Hadi Priyadi bahwa yang jadi prajurit adalah pengurus Kelompok Sadar
Lingkungan Jejere Rukun Kampung
Sidomekar Makmau (Pokdarwis Jeruk Siem) dan Pengurus Badan Usaha Milik
Desa (Bumdes) Mekarsari Sidomekar, bahkan 7 orang wisatawan asing juga menjadi
prajurit.
“Cerita tutur, histori
teling tempat niki betenge (Disini Betengnya), teng wetan mereko kutone, Kuto
Dawung (Disebelah timur sana adalah kotanya, kota Dawung), disebelah sana ada pengungan,
mengenai kata penggungan sejarah besuk Minggu (9/12/2018) pagi akan kita
seminarkan secara tuntas.
Menurutnya para pakar sejarah
dan para ahli budaya besuk akan mengupas
sejarahnya. “Apa yang dibahas nanti yaitu bab-bab Tawangalun atau bab-bab Sembar, ya nanti kita saksikan dan ikuti dalam
diskusi bersama, untuk itu saya berharap teman-teman bisa hadiri besuk jam 8 di
Balaidesa Sidomekar”, harapnya.
Rangkaian festival ini,
juga diisi penampilan seni budaya yaitu, Tari Petik Jeruk, Kuda Lumping, Pencak
Silat PSHT dan Cimande, Gandrung, Seni Lukis, Musik Gamelan Ky Beteng, Tari
Kidung Asmoro, Tari Mas Ayu Melok, Musih
Patrol Sidomekar, Tari lah Bakau, Musik Campursari, Musik Jazz Tradisional,
Musik dtnik Janter.
Digelarnya kegiatan ini katanya
untuk pelestarian sejarah, budaya bangsa, disamping untuk menjadikan desa
Sidomekar ini menjadi wisata Desa, sejarah, budaya dan edukatif, nanti juga
akan dibuka pasar tradisional, petik jeruk langsung dan juga paket wisata naik
lori (sepur kuno) dari PG Semboro.
“Alhamdulillah, kegiatan
ini bisa terlaksana dengan swadaya, jadi APBDes Sidomekar itu tidak
menganggarkan pembangunan ini, ini semua jerih payah kami dengan cara
gotong-royong bersama warga, kecuali yang dibiayai Bumdes nanti itu adalah
alat-alat kentongan ini nanti juga kita butuh alat musik”, jelasnya.
Selama tiga bulan warga
kerja keras bergotong royong, siang malan untuk membangun bersama dan semoga
nanti ini semuanya kita niati sebagai
peninggalan kepada kepada anak cuku kita
kedepan, dan semoga desa kita nanti menjadi
desa yang bisa menjadi Baldatun tayibatun wrobul gofur.
Bupati Jember, dr Faida,
MMR sangat Mengapresiasi semangat warga Desa Sidomekar yang mau
bergotong-royong mensukseskan festival ini. “Festival ini kombinasi antara wisata desa,
wisata edukasi, wisata sejarah dan wisata ilmu pengetahuan, apalagi juga ada
semenar-seminar dan kegitan seni budaya”, katanya.
“Segala sesuatu yang
ditangani oleh para ahlinya sehingga saya harapkan dari kegiatan ini ada
rekomendasi yang bisa diberikan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember
sebagai suatu pertimbangan untuk dukungan ke depan, yang lebih sesuai dari para
ahlinya”, harapnya.
Kegiatan ini. Saya yakin
akan sukses, karena memang didukung
masyarakatnya dan ada tinggalan sejarah yang perlu dijaga dan diketahui oleh
generasi kita, maka situs ini cocok diputuskan sebagai salah-satu destinasi
wisata edukasi kabupaten Jember, kalau sinergi semua fihak saya yakin akan
berkembang sangat pesat,
“Pemkab akan mengambil
sikap 10 edukasi wisata terbaik, 10 wisata riligi terbaik, 10 even seni budaya
terbaik, akan dibiayai oleh Pemkab Jember, apabila sudah menjadi 10 yang
terbaik Provinsi, akan dibiayai Provinsi, dan 10 yang terbaik nasional akan
dibiayai oleh APBN”. Pungkasnya.
Dukungan juga datang
dari lembaga Hiduplah Indonesia Raya,
Sugeng Priyadi, menurutnya ekonomi kerakyatan itu bisa dibantun dari Desa,
kalau rakyatnya mau membangun secara mandiri, gotong-royong, swadata alias
dengan (APBDe) Anggaran Pendapatan dan Belanja Dewe-dewa.
Dengan itu maka desa itu
akan menjadi milik masyarakt, yang bukan hanya berpangku tangan pada pemdanya,
bupati akan pusing kalau semua desa nunggu Anggaran Bupati, maka yang terbaik
adalah warga desanya harus hidup dan menghidupkan.
Darimana dari
Kebudayaannya dan dari alam semestanya, bagaimana ekonominya hidup, ekonominya
hidup ketika kebudayaannya dibelihara, kembali kepada keluhuran budaya dan
bagaimana alam semesta ini kita pelihara setelah itu kita kaitkan dengan
pariwisata nasional atau pariwisata domistik nusantara dan pariwisata
Internasional,
Selama tiga tahun, lima
tahun pada tahun 2012 yang lalu kami diminta oleh bapak anas Banyuwangi untuk
membuat grend desen toresm, hari ini banyuwangi sudah go Internasional, Jember
apa tidak, Jember juga akan menyusul jug go Internasional
Kami dari Perkumpulan Hiduplah
Indonesia Raya, akan masuk ke 9 sampai 12 desa dengan biaya mandiri, swadaya
dan gotong-royong dan lain sebagainya, sehingga harapannya nanti, titahun 2019 Akan
menghidupkan 20 Desa yang bergerak dengan swadaya, mandiri gotong-royong,
Ketika kami mempunyai
jaringan Nasional, internasional nanti akan kita kaitkan desa itu jadi desa
yang nanti akan dikunjungi oleh para tamu-tamu nasional dan tamu-tamu
internasional, apa yang dilihat, yang dilihat adalah apa yang menjadi
kebudayaannya, sejarahnya, kulinernya
dan semuanya.
Untuk Ia mengajak kita
kembali pada alam desanya, desa dibangun bukan menjadi desa yang berubah, desa
yang berbeda, tetapi desa yang kembali menjadi desa, ketika dimasa lampau desa
inilah tempat bagaimana terbangun keluhuran nusantara yang kita cintai.