Translate

Iklan

Iklan

Ritual Kebo-keboan Di Kampung Osing Banyuwangi, Antara Budaya Dan Religius

9/12/12, 21:07 WIB Last Updated 2012-09-12T20:42:02Z

Ritual Kebo-keboan, Berawal Saat Lahan Pertanian Warga Diserang Pagebluk

Banyuwangi, MAJALAH-GEMPUR.COM. Diujung timur Pulau Jawa, di sebuah daerah yang disebut Toya Arum atau kini bernama Banyuwangi, masuk provinsi Jawa Timur. Di situ, masih ada penghuni aslinya Yang dikenal dengan sebutan suku Using.

Dimana secara turun temurun punya berbagai macam budaya khas dan hingga kini tetap dilestarikan. Salah satunya adalah Kebo-keboan, sebuah ritual traidisionil yang berkaitan dengan bidang pertanian. Adapun beberapa tetua adat, yang juga merupakan keturunan, cikal bakal dari para leluhur pencetus dan penggagas munculnya ritual Kebo-keboan tersebut beruntung bisa ditemui dan berwawancara dengan media ini

Adapun beberapa tetua adat yang berhasil ditemui Majalah Gempur  antara lain, M. Syarfin, SH (56), Drs. Subur Bahri, MSi (48) dan HM. Suriko (47), kesemuanya warga Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.

Latar Belakang Diselenggarakannya Ritual Kebo-keboan
Hingga kini, belum ada kejelasan mulai kapan ritual Kebo-keboan tersebut diselenggarakan. Hanya, sebagaimana cerita yang berkembang secara turun-temurun dikalangan masyarakat Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, dibalik penyelenggaraan ritual Kebo-keboan itu sendiri berawal ketika itu di Dusun Krajan, diserang "Pagebluk".wabah penyakit Yakni mewabahnya berbagai macam hama penyakit hingga berakibat kematian tanaman pertanian.

Nah, guna mengatasi bencana tersebut, salah seorang tokoh masyarakat setempat yang bernama Buyut Karti, mengadakan ritual dengan cara menirukan perilaku seekor kerbau yang sedang membajak sawah. Ajaibnya, ternyata ritual tersebut justru mampu menghalau berbagai macam bencana yang menimpa Dusun Krajan. Sehingga, ritual yang pada akhirnya dikenal dengan Kebo-keboan itu digelar secara rutin setiap tahun sekali tepat dibulan Suro.

Tujuan di Gelarnya Ritual Dan Para Pelakunya
Ritual Kebo-keboan itu sendiri dimaksudkan untuk meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan kesuburan tanah, panen melimpah dan terhindar dari malapetaka "pagebluk" yang menimpa tanaman maupun masyarakat Dusun Krajan, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.

Karena secara umum sebenarnya Banyuwangi, merupakan tanah subur makmur, gemah ripah loh jinawi. Bahkan, julukan lumbung padi selalu disandang baik tingkat Provinsi maupun tingkat nasional. "Nilai positif lainnya dari digelarnya ritual ini antara lain terdongkraknya ekonomi mikro masyarakat petani setempat," tutur M. Syarfin, salah satu keturunan langsung Buyut Karti, tersebut.

Sekaligus dalam penyelenggaraan ritual, Syarfin, yang juga anggota Polri dibagian Binmas Polres Banyuwangi, itu mendapat job sebagai koordinator ritual. Sedangkan para pihak yang terkait sebagai pelaku dan menjadi kebo-keboan, tidak terikat. "Siapapun boleh ikut terlibat, baik orang Dusun Krajan, Desa Alasmalang maupun diluar Desa sekalipun. Bahkan pria wanita juga tidak terbatas, senyampang ikut membangun kebersamaan," tambah Syarfin, lagi.


Waktu Dan Tempat Penyelenggaraan Ritual
Ritual Kebo-keboan di Dusun Krajan, Desa Alasmalang digelar setiap tahun pada bulan Sura, terhitung tanggal 1 hingga 10, tanpa melihat hari pasaran. "Kita pilih hari Minggu, dengan asumsi masyarakat kita sedang libur dan tidak bekerja. Sehingga diharapkan semuanya dapat mengikuti jalannya ritual," beber HM. Suriko, salah satu tetua adat yang dalam penyelenggaraan, dapuknya sebagai ketua pelaksana ritual.

Sedangkan, dipilihnya bulan Sura itu sendiri, pertimbangannya bahwa Sura, menurut kepercayaan sebagian masyarakat Jawa, adalah bulan keramat, sakral dan penuh dengan kejadian yang diluar kekuasaan akal sehat karena kehendak-Nya.

Menurut Suriko, yang juga salah satu tokoh masyarakat Desa Alasmalang, juga seorang pegawai Pertamina Banyuwangi, itu bahwa tempat penyelenggaraannya harus berada dilingkungan Dusun Krajan, Desa Alasmalang. "Karena di Dusun Krajan itulah awal kemunculan ritual, sehingga untuk penyelenggaraan berikutnya harus di Dusun Krajan pula," tandasnya.

Pantangan Dan Dampak Tidak Diselenggarakannya Ritual
Menurut salah satu tetua adat lainnya, Drs. Subur Bahri, MSi, yang juga seorang tenaga pengajar di Untag 1945 Banyuwangi, bahwa tidak ada pantangan yang berarti dalam hal digelarnya ritual Kebo-keboan dilingkungannya. Hanya saja, dulu-dulu pernah dicekal oleh Rezim Orde Baru, saat pecahnya pemberontakan PKI, sehingga tidak dilaksanakan ritual. "Akibatnya banyak warga yang kesurupan, walau jika dikaitkan di era kekinian itu merupakan sugesti.

Namun realita yang tidak bisa ditolak, terbangunnya sinergi dengan masyarakat luar Desa," urai Subur, yang juga Purek I Bidang Kemahasiwaan sekaligus Humas salah satu universitas terkemuka di Banyuwangi, itu. Dikatakan oleh Subur, yang juga sebagai dewan pakar ritual kebo-keboan itu, selain saat ini jadi event budaya, ritual Kebo-keboan dilingkungannya tersebut juga menjadikan kebanggaan tersendiri mengingat berawal muncul dari pelosok Desa, sekarang justru mampu menyajikan event internasional.

Tahapan Ritual Dan Pemimpinnya
Ritual Kebo-keboan di Dusun Krajan, Desa Alasmalang, diselenggarakan secara bertahap. Tahapan-tahapan iyu antara lain, pertama, dilakukan selamatan terlebih dahulu di Petaunan, kedua, tahapan ider bumi atau arak-arakan dimulai dari simpang empat Dusun Krajan, selanjutnya mengelilingi Dusun Krajan dan tahapan ketiga, ritual Kebo-keboan dilaksanakan di daerah persawahan Dusun Krajan.

Pemimpin dalam ritual Kebo-keboan tersebut bergantung pada kegiatan atau tahap yang dilakukan. Pada tahap selamatan di Petaunan, bertindak sebagai pemimpin upacara adalah Kepala Dusun Krajan. Sedangkan, yang bertindak sebagai pimpinan ritual saat mengadakan ider bumi dan Kebo-keboan adalah seorang pawang yang dianggap ahli dalam memanggil roh-roh para leluhur.

Sementara pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan upacara adalah: para aparat Dusun Krajan, beberapa kelompok kesenian yang ada di wilayah Desa Alasmalang, empat orang atau lebih yang nantinya akan menjadi kebo-keboan dan warga masyarakat lainnya yang membantu menyiapkan perlengkapan maupun menyaksikan jalannya ritual. (Hakim Said).
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Ritual Kebo-keboan Di Kampung Osing Banyuwangi, Antara Budaya Dan Religius

Terkini

Close x