Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Petani perkotaan di wilayah Kelurahan
Kebonsari Sumbersari, kecewa dengan Dinas Pengairan yang dianggap tidak tegas
terhadap maraknya bangunan yang diatas saluran drainase.
Pantauan
media ini, usai
klarifikasi, pihak UPT Pengairan Sumbersari langsung sidak di saluran drainase
yang ada bangunan rumah, “Iya mas, kami tadi mendapat telepon dari bapak, untuk
mengecek lokasi ini,” ujar salah satu petugas yang selasa sore melakukan
pengambilan gambar rumah warga. (ali/eros
salah seorang
petani Ribut (45) mengatakan selama ini sawah miliknya jarang mendapat pasokan
air, kalaupun ada, air yang mengalir ke area sawahnya selalu kecil karena
terhalang sampah yang nyangkut di rumah warga yang berada di atas saluran drainase.
Ribut menyayangkan
pihak terkait tidak peduli akan nasib petani, " Kapan pertanian mau
sejahtera mas kalau dinas pengairan tidak mendukung petani, Sawah saya sering tidak dapat kebagian air mas karena
sampah-sampah selalu mandek di bangunan yang di utaranya Hotel Widodo,"
ujarnya, Selasa (12/1).
Hal sama juga dirasakan petani yang tinggal di
perkotaan lain, bahkan bukan hanya kekurangan air tapi lahan sawah produktif di
perkotaan saat ini sudah banyak yang beralih fungksi menjadi perumahan, jika
pemkab tidak tegas, dikhawatirkan lahan sawah di kota semakin habis.
“Kita masih
berusaha tetap menjadikan lahan ini sebagai daerah persawahan, kami tidak
tergiur dengan para tengkulak dan makelar tanah yang
menjanjikan akan membeli dengan harga mahal. karena
kami masih ingin lahan ini menjadi lahan produktif, Untuk itu Pemerintah harus peduli kepada petani” kata Ribut.
Sementara kepala Dinas Pengairan Jember, Ir. Djoko Santoso
saat dikonfirmasi mengatakan bahwa area persawahan yang ada di wilayah tersebut
memang kurang mendapat pasokan air, hal ini dikarenakan di daerah tersebut
tidak ada Dam, selama ini para petani mendapat pasokan air dari kelompok Hippa.
“Kalau di daerah Kebonsari memang tidak ada Dam atau
bendungan mas, selama ini mereka mengandalkan saluran irigasi Kwarter yang
dikelola oleh Hippa, sedangkan Dinas Pengairan hanya sebatas membantu pada
saluran Skundernya,” tambah Djoko.
Djoko juga menambahkan jika selama ini, saluran Kwarter yang
dikelola oleh Hippa tersumbat, biasanya, dilakukan kerja bakti untuk membersihkan saluran tersebut. “Apalagi
di perkotaan mas, kesadaran masyarakat sudah
terkikis, kebanyakan masyarakat cenderung cuek,” tambahnya.