Translate

Iklan

Iklan

Lawan Kapitalis, Petani Rubah Pola Tanam Sistem Hidroponik

2/22/17, 22:19 WIB Last Updated 2017-02-23T12:01:37Z
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Kelemahan  petani yang paling mendasar, terletak pada kemampuan  menciptakan kepastian stok barang secara kontinyu kepada konsumen dan masa tanam yang terbatas.

Kelemahan itulah yang selalu dimanfaatkan oleh para tengkulak dan atau  pedagang bermodal besar (Kapitalis). Kalau para petani masih tetap melakukan cara-cara konfensional (lama) baik cara bertanam atau bertransaksi, sampai kapanpun tidak mungkin akan bisa bersaing dengan mereka.

Pasalnya dengan sistem lama itu ini petani tidak akan dapat memenuhi kebutuhan (stok) barang yang diminta konsumen langsung secara rutin dengan jumlah tertentu. Demikian disampaikan petani Hydrophonik (Greend house), Kustiono Musri saat didatangi di rumahnya Rabo, (22/2) di Greenhouse

Sementara para pedagang dan tengkulak bermodal besar mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Agar bisa menciptakan kebutuhan barang sendiri secara rutin, petani harus bersatu dan bekerjasama, baik melalui komunitas-komunitas sesuai jenis tanaman maupun melalui koperasi.

“Jadi prinsip dasar yang tidak dimiliki petani, adalah kepastian menyediakan stok barang secara kontinew, kepastian supai barang pada konsumen langsung, kepastian stok barang ini hanya bisa disediakan oleh para tengkulak, dan para pedagang besar (Kapitalis), sehingga dengan begitu tidak ada peluang, konsumen itu bisa berhubungan dengan petani secara langsug” Jelasnya

Petani Hydroponik Greendhos yang juga dikenal dengan aktivis anti korupsi ini mencontohkan, ketika seorang pemilik rumah makan (restoran), setiap hari membutuhkan sayur tertentu, contohnya sawi, maka dengan kondisi petani yang masih seperti ini, maka bisa dipastikan tidak akan pernah ada petani yang sanggup memenuhi kebutuahn tersebut” Lanjutnya.

Disamping memang selama ini petani masih berjalan sendiri,  petani juga di sawah juga masih tergantung pada musim untuk menanam-tanaman-tanaman tertentu, sehingga setelah panen habis terjual, Padahal jika mau bekerjasama antar petani, potensi yang dimiliki petani sangat luar biasa.

Untuk menjawab kegelisahan itu, Cak Kus biasa ia dipanggil, bersama teman-temanya membuat terobosan baru dengan merubah pola tanam yang dulunya tergantung musim, sekarang tidak lagi.”Dengan pola tanam berbasis Hidroponik ini, kita bisa mengatur waktu, sehingga kita bisa panen setiap hari”, Katanya.  

Bahkan dengan pola tanam itu, disamping tidak membutuhkan lahan luas, juga bisa dikerjakan di pekarangan, bahkan di depan rumah sekalipun. Cocok untuk petani berlahan kecil. “Dengan cara ini kita bisa mengatur atau membagi, kapan kita akan panen, apalagi dilakukan bersama komunitas. Pasti kebutuhan konsumen (stok barang) akan bisa kita penuhi” tururnya dengan penuh keyakinan,

Cak kus mencontokan tanaman Sawi yang usianya antara 25 – 30 hari, maka lahan kita bagi 30. Sehingga setiap hari bisa panen,  “Dengan cara itu maka saya harus bisa menamam dengan luasan tertentu. Pada hari 25 atau 30 maka tanpa disadari tanaman pertama, sudah bisa dipanen, Otomatis dengan pola itu maka saya bisa memproduksi sayur setiap hari dengan jumlah tertentu”. Katanya.

Kami berharap pola ini bisa dicontoh oleh para petani, khususnya di Jember umumnya di Indonesia, pasalnya, ketika petani sudah bisa memiliki stok barang setiap hari dengan jumlah tertentu, maka publik akan mengenal bahwa ia bisa menciptakan pasar sendiri, sehingga para konsumen akan datamg mencari yang butuhkan..

Kalau hal itu dilakukan, tugas Pemerintah semakin ringan, karena sudah tidak perlu lagi fokus pemberian bantuan berupa teknologi maupun permodalan, tetapi pemerintah hadir dalam bentuk bantuan menejemen petani, sehingga kebutuhan stok dapat dipenuhi, bukan oleh pedang atau tengkulak. Pungsanya. (eros)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Lawan Kapitalis, Petani Rubah Pola Tanam Sistem Hidroponik

Terkini

Close x