
Seperti tahun-tahun
sebelumnya, ritual 'Kebo-Keboan' ini selalu mengundang perhatian masyarakat , baik
warga dari dalam maupun dari luar daerah. Prosesi pertama yang dilakukan adalah
'Slametan Latar' selamatan dihalaman rumah dan makan bersama warga.
Setelah itu dikumandangkan
doa-doa selamatan tanpa diketahui sebabnya dari beberapa yang tadinya ikut
selamatan mendadak ada kesurupan atau istilah bahasa Aliyan 'Ndadi'. Prosesi
serupa juga diselenggarakan diwilayah dusun-dusun Aliyan lainnya.
"Kalau dilepas bisa
membahayakan, mereka harus dijaga beramai-ramai karena maunya mencari kubangan
air layaknya hewan kerbau yang maunya hendak berguling-guling dan
bergoyang-goyang di kubangan air. ” tutur Suwardi salah satu warga Dusun
Sukodono, Minggu (24/9).
Masih kata Suwardi, agar
tidak terlalu membahayakan, maka diperdengarkan suara musik tradisional,
sehingga gerakan kasarnya berubah jadi gerakan tari seiring dengan instrumen
kesenian dan disediakan satu penari Gandrung untuk teman jogetnya guna
mengalihkan perhatian.
'Kebo-Keboan', bersama
gadis diatas tandu alat bajak sawah (singkal) simbul 'Dewi Padi' (Dewi Sri), berkeliling
kampung sambil diiringi alat musik
tradisonal barong serta kuntulan, menuju
halaman pendopo desa. Pawang berjuluk Mbah Nawi, dengan mantra khususnya untruk menetralisir yang kesurupan.
Dipanggung kehormatan
tampak jajaran Forpimka Rogojampi, Camat Nanik Machrufi, ST, Kapolsek Rogojampi
Kompol. Drs. Toha Choiri, Danramil Rogojampi 825 / 12 Kapt. Inf. I Wayan
Sukasana dan beberapa camat wikyah lain yang hadir sebagai tamu undangan.