Translate

Iklan

Iklan

Sistem Pertahanan Dan Keamanan Cyber Indonesia Masih Lemah

12/17/13, 14:20 WIB Last Updated 2013-12-19T05:06:12Z
 Sekjen DPP MIG SBS: En Jacob eresrte
Jakarta, MAJALAH-GEMPUR.Com. Bobolnya system pertahanan dan keamanan yang dilakukan lembaga intelijen Australia Defence Signals Directorate (DSD) dan sejumlah badan mata-mata lain di Canberra, membuktikan cyber Indonesia masih lemah.

Karenanya tidak perlu disesalkan, karena aparat pemerintah maupun rezim SBY sendiri lebih mengutamakan kepentingan pribadi masing-masing, tidak perduli dengan kepentingan umum sebagaimana tidak perdulinya dengan kepentuingan rakyat banyak.

Oleh karena itu, upaya menghebohkan penyedapan yang dilakukan pihak intelijen asing terhadap sejumlah elite politik dan pemerintahan di Indonesia, tidak perlu disesalkan, karena memang ada tidak lebih dari upaya mencari simpati dan mengalihkan perhatian umum.

Media Australia, The Australian, dalam situs webnya, Sabtu (14/12/2013) mengungkap sebuah telegram 17 Oktober 2007 yang bersifat rahasia yang dikirim Kedutaan Besar AS di Jakarta untuk para diplomat Amerika di Canberra, Australia, dan CIA (TRIBUNnews.com- Minggu, 15 Desember 2013)

Isinya yang terungkap enam tahun kemudian (2013), menjadi aspek paling kontroversial dari skandal mata-mata Australia terhadap Indonesia karena sasarannya adalah ibu negara Indonesia, Ani Yudhoyono.

Telegram itu membahas dinamika baru dalam keseimbangan kekuasaan di pentas politik Indonesia dengan munculnya seorang pemain yang menjadi penasihat paling berpengaruh bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Seorang pemain yang dimaksudkan tak lain adalah Kristiani Herawati, atau dikenal sebagai Ibu Ani Yudhoyono.

"Menurut sejumlah kontak, ibu negara Indonesia itu telah menancapkan pengaruhnya ke Istana dan muncul sebagai penasihat tidak terbantahkan bagi Presiden SBY". Kehadiran Kristiani Herawati telah mengorbankan para penasihat Presiden yang penting lainnya. Ibu negara diduga telah memanfaatkan aksesnya ke Presiden demi membantu teman-temannya dan meremehkan para musuhnya, termasuk Wakil Presiden (Jusuf) Kalla, ungkap laporan itu.

Telegram itu mengatakan, Ibu Ani membatasi akses para penasihat lain ke Presiden dengan memperkuat perannya sebagai gatekeeper, ibu negara mampu menyediakan bagi Presiden pandangan dan perspektif kebijakan yang dipilihnya sendiri. Pandangan yang termuat dalam telegram pihak Amerika itu dibagikan badan-badan intelijen Australia, yang juga mencatat pengaruh Ibu Ani tersebut.

Di kalangan intelijen Barat, Ibu Ani diketahui tidak punya minat untuk jadi presiden, tetapi telah menjadi broker kekuasaan didalam pemerintahan negara tetangga terbesar dan terpenting bagi Australia. Sementara bagi lembaga intelijen Australia Defence Signals Directorate (DSD) dan sejumlah badan mata-mata lain di Canberra, secara alamiah mereka semakin penasaran untuk tahu lebih banyak tentang dinamika baru di Jakarta tersebut.

Mereka mempertimbangkan apakah peran kekuasaan Ibu Ani merupakan bagian dari rencana yang dicurigai untuk membuat dinasti keluarga yang berpuncak anak sulungnya akan menjadi presiden. Dan, apa dinamika antara Ibu Ani dan kelompok-kelompok Islam yang dia rayu untuk menopang dukungan politik buat suaminya.


Menurut The Australian, ketika keputusan diambil pihak DSD untuk memantau telepon Presiden Yudhoyono dan rekan-rekan paling senior dalam kepemimpinannya, diyakini bahwa ada alasan kuat untuk juga menyasar ponsel milik Ibu Ani.

Kerena hasilnya, toh jika ada niatan yang culas dapat diketahui dan diantisipasi oleh masyarakat umum, Sebab bagi rakyat Indonesia sendiri, model keamanan dan pertahanan – entah apa saja bentuknya – harus dan patut diupayakan sendiri tanpa bisa mengandalkan lebih banyak dari peranan pemerintah atau Negara yang sepatitnya bekrwajiban melindungi segenap warga Negara di negeri ini.

"Memantau pemikiran dan koneksi penasihat politik terdekat Presiden sangat berguna," kata salah satu orang yang terlibat dalam operasi itu. Namun, bulan lalu – sekitar Novemver 2013 -- ketika dokumen yang dibocorkan mantan karyawan Badan Keamanan Nasional (NSA) AS, Edward Snowden, menunjukkan bahwa pada 2009 DSD telah menyasar ponsel SBY, Ibu Ani, dan delapan pemimpin Indonesia lain. Menurut The Australian, SBY berkomentar bahwa penyadapan telepon istrinya merupakan langkah yang terlalu jauh. Lihat saja kemarahan yang terpancar dari tweet awalnya di Twitter setelah berita itu tersiar.

Inquirer mengatakan, badan-badan intelijen yakin ada alasan keamanan nasional untuk membenarkan penyadapan terhadap Ani Yudhoyono. Keputusan untuk memantau teleponnya jelas disengaja dan diperhitungkan, dan tidak didasarkan pada gagasan sembrono. Keputusan untuk menyadap juga tidak hanya didasarkan pada kenyataan bahwa SBY sesekali menggunakan ponsel istrinya dan bukan miliknya sendiri.

Sifat hubungan pembagian kekuasaan antara SBY dan Ibu Ani membuat tidak terelakkan bagi DSD saat memutuskan untuk menyadap telepon Presiden SBY, maka mereka juga menyadap ponsel Ibu Ani.

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi membantah Ibu Negara Ani Yudhoyono berperan besar mengatur pemerintahan termasuk urusan Kabinet. (TRIBUNnews. – Minggu, 15 Desember 2013). Semua Kabinet SBY boleh saja melakukan bantahan atau semacam pembelaan, toh rakyat sudah memiliki penilaian dan pendapat sendiri. Karena dari berbagai pengalaman, rakyat harus menghadapi dan mengatasi sendiri masalah yang dihadapi.

Menurut Sudi, Ibu Ani tidak pernah bicara kabinet apalagi ikut-ikut mengatur kabinet. Dia juga membantah putra SBY yakni Agus Yudhoyono dipersiapkan menjadi pemimpin Indonesia. Seperti diberitakan media Australia, The Australian, bahwa negara Kanguru itu menyadap telepon Ibu Negara, Kristiani Herawati alias Ani Yudhoyono pada 2009 silam atau ketika SBY hendak memasuki periode kedua masa kepresidenannya.

Keputusan intelijen Australia, Defence Signal Directorate (DSD) untuk menyadap Bu Ani karena didasari pada posisinya sebagai orang yang paling berpengaruh terhadap SBY dan dianggap tengah menyiapkan kursi kekuasaan untuk putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono.

Tentu saja bursa calon presiden Indonesia tahun 2014 cukup menarik untuk diketahui oleh seluruh bangsa Indonesia yang sangat berkepentingan untuk ikut menentukan nasib dan masa depannya di negeri ini. Jika saja benar Agus Harimurti Yudhoyono akan manju sebagai Calon poresdien Indonesia pada Pemilu 2014, ada baiknya
diketahui masyarakat luas, agar yang setuju dapat memberikan dukungan, tentu saja bagi yang tidak setuju
jangan sampai merasa tertipu sebagaimana Pemilu sebelumnya.


Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin menilai wajar Ibu Negara Ani Yudhoyono memberikan saran kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal itu terkait dugaan penyadapan yang dilakukan Australia kepada Ani Yudhoyono. (TRIBUNnews.com – Senin, 16 Desember 2013)

Mengenai kabar yang bersumber dari Wikileaks, Hasanuddin mengatakan hal itu harus diselidiki apakah informasi tersebut akurat dan benar. Namun mengenai penyadapan, ia menduga hjal itu dilakukan karena posisi Ani Yudhoyono sebagai ibu negara. "Jadi mungkin ibu negara banyak menyimpan informasi," tuturnya.

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, meminta Pemerintah Indonesia untuk melupakan persoalan mata-mata dan melanjutkan kerja sama pencegahan penyelundupan manusia kerja sama pencegahan penyelundupan manusia. (TRIBUNnews.com -- Minggu, 15 Desember 2013).
"Penghentian sementara kerja sama pencegahan penyelundupan manusia dengan Indonesia sangat tidak membantu," ujarnya, seperti dilansir Tribunnews dari Sydney Morning Herald, Minggu (15/12/2013). "Penyelundupan manusia merupakan kejahatan di Indonesia dan di Australia. Kerja sama ini harus berlanjut," katanya.

Bulan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunda sementara kerja sama di bidang militer dan operasi pencegahan penyelundupan manusia dengan Australia, sebagai respon atas dugaan penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia.

Istana Kepresidenan RI melalui Juru Bicara Presiden, Julian Aldrian Pasha, menegaskan isu mengenai alasan penyadapan pihak intelijen Australia terhadap Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono tidak beralasan. Namun bagi masyarakat umum, bisa saja anggapan serupa itu justru sebaliknya. Orang banyak ingin tahu bagaimana sesungguhnya pergulatan politik di lingkungan istana berlangsung.

Sedangkan mengenai keabsahan dari penyadapan yang dilakukan Intelijen Australia itu tidak bisa dilihat dalam bentuk hitam putih. Secara etika – pergaulan antar kedua bangsa dan Negara – bisa saja dianggap tidak elok, tetapi dalam kepentingan politik, ekonomi dan keamanan bagi masing-masing Negara, penyadapan yang dilakukan semacam itu wajar saja dilakukan.

Masalahnya, tinggal bagaimana system keamanan masing-masing pihak untuk melindungi atau menangkal semacam serangan atau minimal tekanan dari pihak lain. Bukankah jauh sebelumnya, perang cyber dan system pertahanan berbasis cyber sudah berulang kali diingatkan.

Artinya, bobolnya model pertahanan yang sepatutnya mengamankan rahasia Negara, kepala Negara maupun ibu Negara, itu merupakan kelalaian system pertanahan cyber bangsa Indonesia sendiri. Karenanya, semakin hebohnya penyadapan yang dilakukan pihak Intelijen Australia terhadap sejumalah orang penting di Indonesia, hanya akan menunjukkan kebodohan system pertahanan dan model pengamanan terhadap segenap warga bangsa Indonesia darui kendali bangsa asing.)*

Penulis:
*En Jacob Ereste
Sekjen DPP MIG SBSI, Jl. Tanah Tinggi 2 No. 25, Jakarta Pusat
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Sistem Pertahanan Dan Keamanan Cyber Indonesia Masih Lemah

Terkini

Close x