
Meski sempat molor 3 jam
dari jadwal yang direncanakan, Menteri Rini dijadwalkan tiba di Jember pada
pukul 09.00 tersebut namun baru nyamek di lokasi pukul 13.00. Pasalnya gagal menggunakan transportasi helikopter
lantaran cuaca buruk yang terjadi di Surabaya dan Jember.
Saat memberikan sambutan,
Rini sempat menangis karena mengingat cerita Arum Sabil yang pada tahun 2001
lalu mendatangi kantornya, kala itu dia baru satu bulan menjabat sebagai
Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Dikatakannya, gejolak pergulaan nasional
yang terjadi pada 2001 memicu aksi unjuk rasa petani tebu dengan menumpahkan
pohon tebu di depan kantornya, Di Jalan Gatotsubroto Jakarta, “Terus terang
saya sedih karena kondisi sekarang hampir sama dengan tahun 2001, bahkan lebih
berat,” katanya sembari terisak.
Saat ini, katanya, di
Indonesia ada 11 perusahaan gula rafinasi yang telah berdiri. Selain itu,
petani juga dihadapkan pada Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) dengan produk negara asing di kawasan Asean yang bisa
keluar masuk dengan bebas, “kompetitor kita terbesar adalah Thailand yang biaya
pokok produksi (BPP)-nya hanya Rp6.500/Kg dan itu sudah sudah sampai ke Indonesia,"
tuturnya.
Sebagai solusi, menteri di
perusahaan plat merah itu akan melakukan revitalisasi pabrik gula agar lebih
efisien dan ada jaminan rendemen tebu bagi petani, sekaligus dia meminta agar
petani tetap bersemangat untuk tetap menanam tebu karena, “pada tahun 2019
nanti, kita harus swasembada gula,” paparnya yang disambut meriah oleh petani.
Menteri Rini sempat
menjawab pertanyaan petani. Taufiq misalnya, petani asal Kabupaten Bondowoso,
merasa pesimis swasembada gula terealisasi pada 2019 nanti, sebab
menurutnya,”bagaimana bisa petani memenuhi target swasembada gula apabila tidak
ada proteksi dan campur tangan dari pemerintah,” katanya.
Hal senada juga
disampaikan Munawar, petani tebu dari Provinsi Jawa Tengah ini meminta agar
pemerintah dapat meningkatkan Harga Pokok Penjualan (HPP) gula petani minimal
Rp. 9300/Kg sebab biaya pokok produksi (BPP) yang harus dikeluarkan oleh petani
mencapai Rp. 9.000/Kg.
Menanggapi hal itu,
menteri Rini menyampaikan dalam tahun ini pemerintah melalui kementeriannya
telah menyediakan anggaran Rp. 3.5 Trilyun untuk revitalisasi pabrik gula agar
dapat meningkatkan produksi dan rendemen tebu petani, ”kami juga akan mencoba
melakukan terobosan dengan mengolah limbah, misalnya mengolah tetes tebu
menjadi etanol agardapatmenjadi nilai tambah bagi petani,” terangnya.
Usai berdialog dengan
petani, menteri Rini menutup agenda dengan menanam tebu secara simbolis di
kebun milik Arum Sabil, “meski hujan, saya akan tetap menanam tebu sebagai
simbol agar petani terus semangat mengembangkan produksinya,” pungkas Rini. (Yud/Indra).