
Terlihat para pekerja tengah sibuk
melakukan pembongkaran bangunan tersebut. Gedung megah dengan tinggi kurang lebih tiga meter terlihat
rata dengan tanah. Tumpukan material
batu bata dan material menumpuk disekitar halamanan.
Namun
sayangnya tak tampak satupun para pekerja terlihat menggunakan alat keselamatan kerja atau k3, seperti helm, jaket sepatu safety, Disamping itu material kecil yang berterbangan
membuat warga sekitar atau pengendara yang lewati harus
menutup mata dari debu yang beterbangan.
Tidak hanya
itu, aktifitas pekerja yang menggunakan
fasilitas
gedung museum untuk beristirahat pekerja ini dikhwatirkan akan pintu otomatis. Menurut Susilo, selain debu, aktifitas pembongkaran membuat dirinya dan keluarganya merasa terganggu mulai dari bunyi rentuhan tembok hingga
aktifitas alat berat berat.
"Kalau
sudah angin datang mas, debunya
terbang sampai rumah. apa
lagi sekarang bulan agsutus, yang
selalu identik dengan anginnya kencang dari pada hari biasa. tidak hanya membuat mata pedih, halaman rumah cepat kotor juga" keluh warga yang tinggal berdampingan dengan lokasi proyek.
Menurut
Sisolo, material yang berserakan di beberapa tempat juga mengganggu
warga yang hendak menikmati pelayanan medis. tidak adanya tempat relokasi sementara, membuat tempat pelayanan medis yang harus
bersih dan sehat tampak
tidak setiril.
Tidak jelasnya jenis kegiatan serta sumber
dananya yang seharusnya terpampang di lokasi kegiatan pekerjaan yang berlangsung lebih sepekan ini membuat
gerah ketua Lembaga Wwadaya Masyarakat Badan Peneliti Aset Negara Aliansi Idonesia (BPAN
AI) Edy susanto,
"Ini bisa
berpontensi korupsi, seharusnya setiap
kegiatan terpampang jelas asal dana hingga jenis kegiatan, sehingga peran serta masyarakat untuk melakukan
pengawasan penggunaan anggaran digunakan semestinya, untuk itu kami berharap pihak
terkait turun tangan." Tegasnya. (edo)