
Produksi
Dupo (Hio) ini dipilih lantaran prospeknya sangat baik, karena masih
minim pesaing, khususnya di wilayah Jember, masih jarang, selain itu dupa
adalah hasil produksi yang satu kali pakai habis, sehingga produksi ini terus .
"Dupo
sangat dibutuhkan saudara kita di Bali, ini saja kami kewalahan melayani
permintaan, di Bali ada 6 rekanan kita, setiap hari kita harus
menyediakan 5 ton" ujar Kades yang akrab di sapa Didik mandor ini di
Lokasi gedung sementara industri dengan tersenyum, Senin (18/9)
Ia
menjelaskan untuk memenuhi permintaan dirinya harus menyediakan 100 pekerja,
oleh karena hingga saat ini pihaknya terus memberi pelatihan pelatihan
kepada warganya, selain warga bekerja di tempat industri yang diberi
nama "Dupa Argopuro " ini.
"Diharapkan
nantinya warga desa bisa membuat sendiri dirumahnya bahkan memberi pelajaran
minimal kepada sanak saudara, dengan begitu saya yakin nanti bisa menekan tingkat pengangguran bahkan bisa
tidak ada, semua aktif dan berpenghasilan," jelasnya.
Pemasaran
akan dikafer oleh perusahaan yang terletak di Dusun Krajan Kulon, atau nanti
akan dikelola BUM des, "Artinya
BUM des bekerja sama Perusahan "Dupa Argopuro", ya tentunya dupa yang
di buat oleh warga sesuai atau sama dengan hasil Produksi Kita,"
Terangnya.
Untuk
hasil kerja karyawannya (honor), untuk harga perkilonya menurut Kades per
satu kilonya akan dihargai Seribu rupiah, ia, menjelaskan Selama 3 bulan
terakhir dari pendirian industri Dupa, 1 karyawan sudah per hari bisa mencapai
50 hingga 60 kilo gram.
"
Untuk sementara Semua bahan Kita Selep di tempat lain tetapi satu naungan (
satu perusahaan) yakni salah satu desa di Kecamatan Bangsalsari, untuk karyawan
sini tinggal merekatkan bahan bahan ke Lidi, dan yang terpenting ke Depan Semua
karyawan Berasal dari warga desa Semboro," pungkasnya.