Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com.
Dengan kesederhanaan dan kemandiriannya, keberadaan Pesantren sejak sebelum
kemedekaan hingga kini bisa bertahan dari segala cuaca, situasi dan kondisi apapun.
Bahkan Pesantren juga
menjadi salah-satu basis kekuatan besar bangsa bangsa Indonesia dalam merebut
kemerdekaan Republik Indonesia. Demikian ungkap Wakil Bupati Jember Abdul Muqit
Arief,saat acara Regleksi 1 tahun Asparagus Jember di Pondok Pesantren
(Ponpes), AlFauzan Ajung Jember, Jumat. (13/10) malam
Dengan kemandirian, kesederhanan
serta keiklasan, para Kiai NU masa itu, bahkan
pesantren jadi basis kekuatan besar
perjuangan merebut kemerdekaan, jadi kesetiaan para Kiai dan Ponpes terhadap Negara
tidak bisa diragukan lagi”, Tegas alumni Ponpes Annuqoyah di Guluk-Guluk
Sumenep Madura ini.
Untuk itu pengasuh ponpes
Silo ini berharap agar nilai-nilai yang dimiliki oleh para kiai terdahulu itu harus
tetap dipertahankan oleh para Lora-lora dan Gus-gus ini, kalau tidak maka kita
akan kehilangan. “Motto Asparagus, menjaga tradisi menjalin silaturahmi itu
sangat tepat”, katanya dalam kegiatan yang digagas Ra Fauzan dan Gus Robith ini.
Pasalnya para kiai
benar-benar mandiri , saat Indonesia merdekapun
juga tidak tergantung. “Kekuatan Pesantren itu ada pada Kiai, santri dan
masyarakat, sehingga bisa independen, bahkan saat ada pesantren yang nerima
bantuan pemerintah, menjadi sorotan, dan
ditinggalkan santrinya” Jelasnya.
Potensi pesantren itu
sangat besar, ada 570 lebih di Jember, dan ratusan ribu santri. Potensi inilah
yang harus banyak menjadi renungan oleh para Lora-lora dan Gus-gus, memang
salah-satu pesantren ada yang kuat dibidang ekonominya, tapi masih belum
kebersamaan.
“Salah-satu contoh, berapa kwintal jumlah
kebutuhan beras perhari, berapa banyak buku-buku yang dibutuhkan, dan lain
sebagainya. Kalau Asparagus bisa
merajut potensi ekonomi itu,
sungguh akan menjadi sesuatu yang luar biasa, masalah managemen itu bisa
dilakukan, ada Unej disini” Harapnya.
Yang penting bagaimana
kita tetap merajut potensi yang ada, biasanya para santri itu sangat kreatif,
dalam keadaan terjepit akan muncul kreatifitas. Masalah bantuan itu, hanya
suplemen, jika bergantung keatas, akan rapuh, tapi kalau kita mandiri akan bisa
bertahan.
Oleh karena itu kalu ingin
bangkit, pasti bisa, apa dikelola dalam
bentuk koperasi maupun yang lain.
sehingga pesantren bisa mandiri, Kalau pesantrean bergantung kepada orang lain,
akan seperti ayam Potong, bukan ayam kampung lagi, kalau itu yang terjadi kita
kehilangan hasana pesantren yang mandir i.
Ini jadi PR para Gus dan
Lora, Terimaksih, semoga aspirasi ini bermanfaat, syukur jadi aksi. JIka kemandirian
ekonomi pesantren terwujud, insyaallah NKRI ini tetap aman, karena Para Lora-lora dan Gus-gus ini adalah Putra
Kiai Nahdliyin yang mengajarkan Islam yang rahmatan lilalamain.
Pastor Gereja Kototlik Santo Yusuf Jember Romo
Antonius Denny, O Carm menyambut posisitf diundangnya dalam acara ini, Dengan datang dalam refleksi 1 tahun
Asparagus Jember ini, menurutnya dirinya bisa menjalin komunikasi dan tukar
informasi, sehingga tau keberadaan Islam dan pesantren yang sebenarnya.
“Kita semua saudara,
kebetulan kami katolik, dan saudara Islam. Perbedaan itu tidak boleh mepecah
belah, jadikanlah perbedaan ini keindahan, Dengan bertemu, kita bisa saling
menghargai, berusaha mengenal pesantren agar kami tidak takut sama kiai dan
kyai tidak takut sama kami.’ Jelas Kepala Sekolah SMAK Santo Paulus Jember ini.
Bahkan hidup sederhana itu
ia dapat dari pesantren, “kesederhanaan ini kami peroleh dari pesantren. Kini kami
memang fokus pada leterasi media, agar tidak ditepu media yang menghasut Islam dangan
Kami, untuk itu kita siap berdiskusi,
baik diundang maupun mengundang”, Pungkasnya. (eros/edw).