
Akibatnya
harga di pasaran turun drastis, untuk menyelematkan tanamannya
dari kerugian lebih besar, para petani terpaksa memanen lebih
awal dari biasanya. Maryoto
(40), warga desa Tlogosari, Sumber Malang, mengaku rugi jutaan rupiah, lantaran tanamannya yang siap panen, digenangi air hujan.
Bukan
hanya Tembakau, ,menurutnya, tanaman cabe juga sama. "Kalau terus-terusan
hujan, hasil tembakau dan cabe sudah pasti tidak akan memuaskan, ada 3 hektar milik saya digenangi air, dan
tanaman tembakau jadi rusak dan ini pasti harganya turun dipasaran" Keluhnya, Minggu (10/12/2017).
Padahal
munurutnya, desanya salah satu Daerah penghasil tembakau terbesar Situbondo
"Jika dalam dalam seminggu ke depan kalau hujan
terus turun, bukan
hanya panen perdana, bisa
dipastikan panen gelombang kedua dan ketiga juga tidak akan menghasilkan
tembakau yang berkualitas bagus”, Kelauhnya.
Hal yang sama
dialami, Riswan, Warga Desa Kayumas Kecamatan Arjasa, seluas 1 hektar lebih tembakau Kayumas kualitas ekspor dan tanaman cabainya rusak. "Gagal
panennya itu karena penanamannya sulit, dan pertumbuhannya juga sulit karena
hujan terus cuaca sama sekali tidak
mendukung, "ujarnya.
Kepala Dinas ketahanan
Pangan dan holtikultura Situbondo ir Farid Kuntadi, memaparkan, hujan tahun ini karena anomali. "Sektor pertanian memang akan menerima
dampak yang sangat besar, karena tanaman untuk musim kemarau rata-rata tidak
tahan terhadap hujan" ujar Farid, dihubungi melalui Handfonnya.