Jember – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Komisi II, Muhammad Khozin, yang akrab disapa Gus Khozin, melakukan kunjungan kerja ke Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Perkebunan Kahyangan Jember pada hari Jumat sore (20/06). Dalam kunjungannya, politisi dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini memberikan sorotan tajam terhadap kondisi keuangan dan tata kelola BUMD tersebut, bahkan sempat melontarkan opsi pailit sebagai jalan keluar atas stagnasi dan ketidakefisienan yang ditemukan.
Gus Khozin menyampaikan bahwa Perumda Perkebunan Kahyangan sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) semestinya berfungsi sebagai “trigger” atau pemicu pengungkit pertumbuhan ekonomi daerah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD. “BUMD itu seharusnya menjadi daya ungkit ekonomi, menghasilkan nilai tambah bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD), bukan malah menjadi beban fiskal,” ujar Gus Khozin di hadapan jajaran direksi dan pejabat Pemkab Jember yang turut hadir.
Sorotan Neraca Keuangan dan Beban Pegawai
Dalam peninjauan dan dialog terbuka tersebut, Gus Khozin menyoroti kondisi neraca keuangan Perumda yang dinilainya tidak sehat. Ia mengatakan, jika dilakukan pembukaan data secara transparan, maka akan terlihat bahwa keuangan Perumda Kahyangan “tidak akan pernah positif”, khususnya setelah memperhitungkan beban pajak dan operasional yang harus ditanggung setiap tahunnya.
“Kalau kita realistis, neraca keuangannya tidak akan pernah menunjukkan angka yang menggembirakan. Karena itu saya sampaikan secara terbuka, jangan lagi kita menghidupi ilusi,” ujar Gus Khozin.
Salah satu temuan paling mencolok adalah bahwa 85 persen belanja anggaran di Perumda ini digunakan untuk gaji dan tunjangan pegawai, yang jumlahnya mencapai sekitar 1.600 orang. Menurut Gus Khozin, dalam kacamata dan algoritma pengusaha, kondisi seperti ini sudah masuk kategori “over size” atau obesitas struktural.
“BUMD ini tidak bisa hidup sehat dengan beban pegawai sebesar itu. Ini tidak efisien, dan terlalu banyak orang. Apalagi sekarang kita masuk era digitalisasi, di mana efisiensi dan efektivitas menjadi kunci,” tegasnya.
Deviden Tak Seimbang, Core Bisnis Tak Efektif
Dalam pemaparan selanjutnya, Gus Khozin mengulas ketidakseimbangan antara penyertaan modal yang dikucurkan oleh Pemerintah Kabupaten Jember melalui APBD dengan deviden yang dihasilkan dan dikembalikan kepada kas daerah.
“Year to year, antara yang kita berikan dan yang kita terima balik sangat tidak worth it. Ini ibarat kita menaruh uang di tempat yang tidak menghasilkan,” kata Gus Khozin, menambahkan bahwa hal tersebut tidak bisa terus dibiarkan karena menyangkut keuangan publik.
Ia menilai bahwa core bisnis Perumda yang saat ini bergerak di sektor kopi dan karet, tidak menunjukkan hasil optimal dan justru menambah kerumitan manajerial dan pasar.
Dua Rekomendasi Tegas: Pailit atau Transformasi
Menyikapi kondisi yang menurutnya sudah krusial, Gus Khozin memberikan dua rekomendasi strategis kepada manajemen Perumda dan Pemerintah Daerah.
Pertama, jika tidak ada kemauan untuk melakukan reformasi besar-besaran, maka opsi terbaik adalah mempailitkan Perumda Kahyangan. “Ini uang rakyat. Kalau tidak mau berpikir panjang, pailitkan saja. Lalu kita bentuk BUMD baru yang fokus pada sektor pangan. Modal APBD jangan dibakar untuk sesuatu yang tidak produktif,” tegasnya.
Kedua, jika manajemen masih memiliki semangat dan kompetensi untuk berbenah, maka ia membuka ruang untuk perubahan core bisnis ke sektor yang lebih konkret dan terukur, seperti komoditas tebu. Menurutnya, bisnis tebu lebih bisa dipetakan dalam jangka pendek. “Tebu itu jelas hitung-hitungannya. Biaya satu tahun, panen satu tahun. Pemda suntik APBD sekian, maka hasilnya bisa diprediksi,” papar Gus Khozin.
Namun, perubahan arah bisnis ini tidak akan mudah, karena Gus Khozin juga mencatat adanya resistensi dari karyawan terhadap rencana perubahan tersebut. “Tadi saat direksi menyampaikan rencana alih bisnis ke tebu, terlihat ada riak-riak. Ini menandakan bahwa sebagian karyawan masih berada di comfort zone. Mereka merasa aman dengan penghasilan tetap, padahal target kerja mereka tidak pasti. Ini mentalitas yang harus dibongkar,” ujarnya.
Amanat Moral: Ini Uang Rakyat, Harus Kembali ke Rakyat
Gus Khozin menegaskan bahwa setiap rupiah yang dikelola oleh Perumda berasal dari uang rakyat dan harus dapat dipertanggungjawabkan, bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
“Saya akan menyampaikan ini kepada Bupati Jember. Ingat, kita sedang mengelola uang rakyat. Jangan sampai ada pembiaran. BUMD bukan tempat berlindung dari ketidakpastian, tapi motor penggerak kesejahteraan daerah. Kita harus berani bertindak demi kemaslahatan,” tutupnya dengan nada serius.
Kunjungan Gus Khozin ini pun menjadi momentum penting untuk evaluasi menyeluruh terhadap Perumda Perkebunan Kahyangan. Dengan sikap tegas dan solusi yang realistis, diharapkan ke depan tata kelola BUMD di Jember menjadi lebih sehat, efektif, dan berpihak
pada kesejahteraan masyarakat. (r1ck)