
Warga
meminta kegiatan dalam rangka peringatan
maulud Nabi Muhammad SAW di Pondok pesantren Darus Sholihin yang dianggap
beraliran Syiah ini ditiadakan.
Akibatnya massa dari
masing-masing kelompok tetap mempertahankan diri. Berbekal alat seadanya
seperti bambu, kayu dan batu serta senjata tajam, ratusan massa hingga berita
ini diturunkan masih berjaga-jaga dilokasi masing-masing.
Meski ada insiden kecil,
perusakan toko salah-satu habib pendukung Habib Ali, namun situasi masih dapat
dikendalikan oleh fihak keamanan, sehingga tidak sampai terjadi bentrok massal
antara dua kubu tersebut.
Hal ini juga berkat adanya
pendekatan Ketua NU Jember, Gus A’ap dan NU Kencong Gus Yak yang didampingi Muspida,
ke warga yang berkumpul di Mushollah Ustadz Fauzi. Hal yang
sama juga dilakukan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Asri Jember, Gus Syaif
kepada pendukung Habib Ali di Masjid Darus Sholihin.
“Demi
alasan keamanan, dalam rapat koordinasi yang dipimpin Bakesbangpol dan
disaksikan Muspida sebenarnya sudah
diputuskan dan disepakati bahwa, Ponpes
Darus Sholihin Desa Puger Kulon, tidak boleh menggelar kegiatan yang mengundang
kerawanan dan konflik social.
Namun
Ponpes darus sholihin, masih tetap
diperbolehkan melaksanakan kegiatan keagamaan sesuai dengan rencana, namun hanya
dapat dilaksanakan di internal pondok pesantren.
Hal ini dibenarkan
Kapolres Jember, AKBP Jayadi saat diwawancarai MAJALAH-GEMPUR.Com . Rabo, (16/1) di Mapolsek Puger. Menurut
Jayadi Demi alasan keamanan, konvai, arak-arakan, dan segala macam bentuk
komunikasi masa baik keliling maupun dilapangan terbuka yang mengundang
kerawanan dan konflik social dilarang.
Menurut Kapolres “Sesuai dengan Fatwa MUI kabupaten Jember, Syi’ah di Kabupaten Jember kan
dinyatakan sesat, kami bersama muspida mengadakan rapat di DPR. “Didalam rapat
itu disepakati, Habib Ali yang dulu berdasarkan fatwa MUI tersebut dikatakan Syi'ah, menyatakan
permohonan maaf, dan Habib Ali menyatakan penyesalannya dan tidak akan
mengajarkan aliran Syiah lagi. artinya klir, sudah tidak ada permasalahan.
Nah belakangan, kelompok
yang dari sunni menginginkan kegiatan maulit Nabi itu ditiadakan, terutama
terkait dengan arak-arakan (pawai obor). Kita fasilitasi kedua kelompok ini,
Harapan kami jangan sampai kedua kelompok ini (Kelompok Habib Ali dan kelompok Ustads Fauzi terjadi benturan) sehingga menimbulkan konflik terbuka.
Nah tadi ada beberapa
orang yang memberikan profokasi, salah satu kelompok menginginkan Habib ali ini
dipindahkan dari Puger, tentu ini tidak bisa serta merta, kami sebagai alat
negara harus memberikan perlindungan kepada semua komponen yang ada di negeri
ini, karena kita yakin kita tau, negeri ini adalah negeri yang demokratis.
Sebenarnya sudah berulang
kali kami melakukan pertemuan dari kelompok Syiah maupun dari kelompok Sunni.
Harapannya adalah masing-masing menahan diri. Kami akan mengundang kedua belah
fihak termasuk para kiai dan kelompok-kelompok yang lain dari Setick holder bagaimana
mencari Win-win Sulotion. karena bukan tugas dari Polisi dan TNI saja melainkan
tugas kita semuanya untuk menyelesaikan persoalan ini. Untuk itu akan kami
bicarakan lagi melalui forum yang lebih detail lagi seperti dengan MUI NU, Muhammadiyah
dan berbagai fihak terkait.
Untuk menghindari
kemungkinan yang terjadi, terdapat ratusan kamanan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Ada
sekitar 400 personil yang disiagagan baik dari Polri maupun TNI (Batalion 509
Jember dan Batalion 527 Lumajang). Hal ini dibenarkan oleh
Dandim, Tri Rana Subekti “Sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi TNI bukan hanya perang tapi kami juga akan memberikan
perbantuan baik kepada pemerintah daerah maupun Kepolisian” tegasnya.
Menanggapi aksi massa ini Pengurus
Ponpes Darus Sholihin, Ustad Abdul Rohim, mengatakan bahwa aksi ini merupakan
kerugian kita bersama dan kerugian seluruh Umat Islam, karena umat Islam itu
bersaudara.Kalau memang ada permasalahan,
kenapa tidak adanya musyawarah, bukankah kita ini Tuhanya sama yaitu (ALLAH
SWT), Nabi nya, Nabi Muhammad SWT, Sholatnya juga 5 Waktu dan Puasanya juga
di bulan Rhomadon.
Untuk itu harapan saya
aksi masa ini, aksi masa yang terakhir, karena kita hidup berdampingan
bersama dan bersaudara, hidup rukun dan damai kembali seperti yang selama ini kita rasakan.Syiah itu tidak benar,
karena terkait itu sudah selesai di Gedung DPR besama, MUI, Muspida dan pihak
terkait yang sudah ada kesepakatan, dan ditandatangani oleh Habib Ali.
Kami mengginkan MUI serta
pihak lain yang menganggap kami melenceng dari ajaran, beri kami petunjuk dan
bimbingan kepada santri dan dialok dengan jamaah di Pondok ini. Sesuai dengan
janji dan kesepakatan sebelumnya, akan tetapi selama ini tidak pernah ada
bimbingan dari pihak terkait. Mestinya
Ulama datang untuk medamaikan, bersilahturohim Insya allah kejadian bentrok ini
tidak pernah akan ada. Harapnya. (Edw)