“Nuansa Politis dan Aroma
Pencitraan Menyongsong Pemilu 2014”
(Oleh
: En Jacob Ereste)*
![]() |
En Jacob Ereste |
Kenaikan
harga bahan pokok tak ubahnya seperti monster yang siap mencekik leher rakyat
kecil. Artinya, baru wacana saja, sudah berdampak buruk.Bagaimana ketika harga BBM benar-benar dinaikkan?.
Untuk menjalani hidup sehari-hari saja, sulitnya sudah minta ampun, apalagi kalau dinaikan. Karenanya berbagai pihak mendesak agar pemerintah membatalkan kenaikkan harga BBM. Pasalnya, akibat dari kenaikan beban biaya angkutan barang yang dibawa dari sentra industry petani menuju pasar disekitarnya mengalami kenaikan, maka dengan sendirinya harga barang yang bersangkutan akan dinaikkan untuk menutupi ongkas tambahan dari kebiasaan semula.
Untuk menjalani hidup sehari-hari saja, sulitnya sudah minta ampun, apalagi kalau dinaikan. Karenanya berbagai pihak mendesak agar pemerintah membatalkan kenaikkan harga BBM. Pasalnya, akibat dari kenaikan beban biaya angkutan barang yang dibawa dari sentra industry petani menuju pasar disekitarnya mengalami kenaikan, maka dengan sendirinya harga barang yang bersangkutan akan dinaikkan untuk menutupi ongkas tambahan dari kebiasaan semula.
Demikian
juga dengan tingkat upah buruh yang semakin sulit memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari akibat kenaikan berbagai harga barang kebutuhan yang diperlukan
sehari-hari, maka biaya ekstra yang harus dikeluarkan pun semakin bertambah
besar.
Celakanya,
dalam gejolak harga barang pokok dan kebutuhan lainnya yang terus meninggi
harganya itu, penghasilan kaum buruh dari upah maupun kerja lembur yang
diperoleh semakin sulit menjangkau kebutuhan yang diperlukannya setiap hari.
Termasuk ongkos maupun sewa kamar kontrakan, sekalian pembayaran listrik atau biaya makan dan minum yang ikut
menggeliat harganya itu. Akibatnya, kepanikan massal bisa terjadi. Kepanikan umum ini gampang tersulut oleh
masalah-masalah kecil yang berakibat vatal.
Dalam
rangkaian kepanikan masyarakat yang sangat mungkin dapat meluas ini, biasanya dibarengi oleh
kenaikan tingkat kejahatan akibat tekanan ekonomi yang semakin menjepit.
Indikatornya, tingkat kejahatan mulai menggejala muncul dimana-mana.
Model
kejahatan pun terus berkembang dalam bentuknya yang baru. Mulai dari dunia maya
– beragam bentuk penipuan – harus diwaspadai acamannya yang dapat menjadikan
rakyat sebagai korban. Copet di bus kota, maling di kampung-kampung, ragam
penipuan yang semakin marak diperkotaan, adalah akibat lansgung maupun tidak
langsung dari himpitan ekonomi yang semakin mendera masyarakat umum.
Apalagi pemeintah
sendiri yakin bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi akan berdampak pada
menurunnya daya beli masyarakat terutama untuk kelompok miskin dan hampir
miskin. Sebagai penggantinya, Pemerintah memang telah mempersiapkan program
kompensasi yang akan diberikan kepada 15,5 juta rumah tangga dengan total
anggaran sebesar Rp 30,1 triliun. (Plasadana – 28
Mei 2013)
Artinya, harga BBM
bersubsidi dapat dipastikan naik, meskipun pemerintah masih terkesan ragu-ragu
melakukannya. Minimal dengan menunda waktu kenaikan harga BBM dari saat yang
direncanakan semula – pada April 2013 dapat dipastikan harga BBM akan naik.
Kecuali ada hal-hal yang cukup mendasar untuk dijadikan alasan mengurungkan
naik kenaikan harga BMM tersebut.
Dalam konteks inilah,
dialog langsung Presiden SBY dengan kaum buruh menjelang peringatan May Day
2013 dapat dijadikan acuan. Dialog antara kuam buruh dengan presiden merekomendasikan
agar harga BBM tidak naik Pada tahun 2013.
Pertimbangan dan alasan bagi kaum buruh jelas terpapar dan rinci berikut
akibatnya yang akan dihadapi bersama selurh rakyat Indonesia.
Lantaran kaum buruh
sendiri telah mengisyarat, akibat kenaikan harga BBM yang tetap dipaksakan itu,
kelak akan mengancam kedudukan presiden sendiri bisa terjungkal. Karena kaum
buruh pasti akan diikuti oleh rakyat kebanyakan -- akan bereaksi keras untuk
mencegah kenaikan harga BBM dengan cara apapun. Sementara Presiden SBY sendiri
terlanjur mengganggap pihak manapun yang berupaya mencegah kenaikan harga BBM
adalah musuh pemerintah.
Setidaknya bagi kalangan
politisi, pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perihal penolakan
terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, dinilai telah
menempatkan semua kelompok masyarakat yang menolak kenaikan harga BBM menjadi
musuh negara.
Pendapat ini
dinyatakan secara resmi oleh Ketua DPP PKS Aboe Bakar Al Habsy. (JAKARTA, RIMANEWS-
Thu, 12/04/2012 : Al Habsy: SBY Telah Tempatkan Rakyat Penentang Kenaikan BBM Sebagai Musuh
Negara) "Saya
kira, itu statement yang tak elok," kata Aboe Bakar menyikapi pernyataan
Yudhoyono pada rapat internal Partai Demokrat yang dirilis secara meluas oleh
sejumlah media massa.
Dalam rapat internal itu,
Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina PD menyebut partai politik yang menolak
rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi
bukan untuk kepentingan rakyat, adalah mereka yang menginginkan dirinya bersama
Partai Demokrat jatuh setelah negara collaps, karena negara harus menanggung
beban subsidi BBM yang semakin membengkak jumlahnya.
Begitu pula dengan parpol
yang setuju harga BBM naik namun menolak program bantuan langsung tunai kepada
rakyat. Karena pada akhirnya, rakyat
akan marah, bukan saja karena kenaikan harga BBM saja, tetapi juga akan
menuntut pemerintah memberi bantuan langsung tunai.
Kesan terhadap rencana
kenaikan harga BBM yang dipaksakan ini, konsekuensinya mengundang pendapat para
politisi memandangnya sarat dengan
nuansa politis. Pada satu sisi pemerntah ingin memperoleh sejumlah uang dari
upaya menekan tangguang dana subsidi terhadap BBM, sedangkan pada pihak lain,
pemerintah --dengan partai unggulannya– dilpandang ingin mendulang pencitraan guna
menghadapi Pemilu 2014 mendatang. Inilah alasan sejumlah politisi yang melihat
upayamenaikkan harga BBM oleh pemerintah – yang nota bene terkesan dipaksakan
itu – dari sudut pandang yang lain.
Ikhwal program khusus yang
akan dilakuan pemerintah – yang ditengarai banyak pihak untuk mendulang
pincitraan terkait untuk persiapan Pemilu 2014 -- Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana menjelaskan,
pemerintah telah menyiapkan empat program khusus sebagai mitigasi untuk
mengatasi akibat dampak kenaikan harga BBM bersubsidi.
Pertama, pemerintah akan memberikan tambahan 3 bulan alokasi
beras bagi 15,5 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan harga jual Rp.1.600/kg
dan maksimal pembelian sebanyak 15 kg. Untuk program ini ia memaparkan scenario
pendidistribusiannya akan dilakukan pada bulan Juli dan September 2013 dengan
alokasi anggaran dana sebesar 4,3 triliun.
Kedua, pemrintah akan menambah nilai bantuan untuk program
keluarga harapan (PKH) menjadi Rp.1,8 juta untuk 2,4 juta Rumah Tangga Sangat
Miskin. Alokasi anggaranya mencapai Rp.700 miliar.
Sedangkan
program ketiga, pemerintah akan memperluas program Bantuan Siswa
Miskin (BSM) untuk anak SD, SMP, dan SMA menjadi 16,6 juta siswa. Untuk program
ini total anggarannya mencapai angka Rp.7,5 triliun. Lalu program
keempat, adalah menciptakan program Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) dengan alokasi sebesar Rp.150 ribu setiap Rumah Tangga
Sasaran (RTS) selama 5 bulan dan akan disebar ke 15,5 juta RTS. Hingga total
anggaran untuk program ini sebanyak Rp.11,6 triliun.
Kecuali
itu, menurut Armida Alisjahbana, pemerintah akan membuat program-program
pembangunan infrastruktur, seperti Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Infrastruktur Permukiman (P4-IP), Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Sistem Penyediaan Air Minum (P4-SPAM), Program Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Infrastruktur SDA.
Total anggaran untuk program
ini sebesar Rp.6 triliun. Semua program bantuan untuk masyarakat itu bisa saja
dilaksanakan. Namun toh, harga BBM tetap dianggap memberatkan hidup masyarakat
banyak.
Fraksi Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Gerindra menolak rencana pemerintah
menaikkan harga BBM, Juni ini. Kedua fraksi oposisi ini juga menolak pemberian
konpensasi kenaikan harga BBM buat rakyat miskin yang disebut sebagai Bantuan
Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). (TEMPO.CO – Kam,
23 Mei 2013 : PDIP dan Gerindra Tolak Kenaikan Harga BBM).
Alasannya, subsidi energi
dan non-energi adalah tugas negara. Sehingga tidak tepat jika isu kenaikan BBM
dijadikan komoditas politik, kata anggota fraksi Gerindra Farry Djeni Francis.
Karena kenaikan harga BBM justru akan menyengsarakan rakyat dan
menjadikan daya beli masyarakat bawah turun. Selain itu, dia menilai pembagian
BLSM hanya 6 bulan sebelum pemilu 2014 adalah suap politik.
Alasan politikus PDIP
Sayed Muhammag Muiady mendesak harga BBM tidak usah dinaikkan, karena yang
memanfaatkan BBM kebanyakkan adalah warga miskin. Ketimbang menaikkan harga BBM
dan membagikan konpensasi BLSM senilai Rp 11, 6 triliun, Sayed minta pemerintah
mengutamakan pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, dan pembangunan
infrastruktur.
Berbeda dengan padangan
politisi yang mewakili partainya dalam Sekgab (Sekretariat Gabungan), justru
sepakat pada rencana pemerintah menaikkan harga BBM. (TEMPO.CO – Sel, 14 Mei 2013) Rapat Setgab koalisi terkait rencana pemerintah menaikkan harga BBM
bersubsidi, sepakat memberi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).
Semua sepakat ada
kompensasi jangka pendek dan jangka panjang tetap untuk kepentingan rakyat, kata pimpinan rapat
sekaligus Wakil Ketua Koalisi Aburizal Bakrie di Jakarta Senin malam, 13 Mei
2013. Dana yang dianggarkan Rp 13-14 trilin akan diberikan kepada 62-65 juta
orang.
Bantuan untuk penduduk
penghasilan rendah itu akan mencapai US$ 1-2 per hari atau Rp 584 ribu per
bulan. Dengan kesepakatan ini Pemerintah akan menaikkan harga premium Rp 2.000
per liter menjadi Rp 6.500 per liter. Sedangkan solar akan naik Rp 1.500
menjadi Rp 5.500.
Terlepas dari nuansa politis dan aroma pencitraan menyongdong
Pemilu 2014, toh masalahnya tidak berarti sudah selesai. Jika opsi
pemerintah tetap dilaksanakan tanpa hirau dengan suara rakyat banyak, realsiasi
bantuan itu pun harus dilakukan dan dipantau secara seksama, karena pengalaman
sudah mengajarkan pendistribusiannya tidak sepenuhnya sampai kepada mereka yang
berhak menerimanya.
*). En Jacob Ereste
Deputy Research & Pengembangan GONAS
Ketua Dewan Pembina Komunitas Buruh Indonesia
Sekretaris Jenderal DPP MIG SBSI
Ketua Dewan Pembina Komunitas Buruh Indonesia
Sekretaris Jenderal DPP MIG SBSI