Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Untuk
mengantisipasi meluasnya banjir yang merendam ribuan rumah di empat desa di Kecamatan
Kencong, pemerintah mulai membuat Kisdam untuk menutup tanggul yang jebol Jumat
lalu.
Setiap jumbo bag memiliki berat 1,5 hingg 2 ton. Dalam pemasangannya tersebut, jumbo bag tersebut langsung diikat satu sama lain. “Jadi tidak takut terbawa arus, karena beratnya hingga mencapai 2 ton dan pemasangannya langsung diikat satu sama lain,” tegas Susmiadi kepada bebeapa media Selasa (24/12)
Pengerjaan pengurukan tesebut merupakan tahap awal. Untuk tahap awal, terlebih dahulu dilakukan pembuatan kisdam pada bagian bantara sungai. Setelah selesai pembuatan kisdam pada bantaran, nantinya berlanjut pada penutupan tangkis yang jebol.
Berdasarkan analisa petugas, lebar bantaran yang jebol, hingga 35 meter. Sedangkan untuk tangkis yang jebol, hingga 60 meter. “Jika cuaca medukung, untuk mengerjakan bantarannya saja, maksimal tiga hari sudah selesai,” tegasnya.
Kepala Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat, Syamsul Maarif, yang pada saat pengerjaan berlangsung melakukan kunjungan meninjau langsung tempat tersebut. Syamsul mengapresiasi langkah tersebut pasalanya, hal awal yang harus dilakukan adalah menutup tangkis yang jebol.
“Saya sudah melihat dari posko bencana hingga tempat yang menjadi sumber banjir tesebut. Jika ini tidak segera di tutup, maka banjir akan terus meluber. Jadi langkah awal yang harus dilakukan adalah menutup tangkis yang jebol,” ujarnya saat kepada beberapa media .
Kepala BNPB yang memiliki bayground TNI ini menyayangkan adanya bantaran yang dipakai untuk lahan pertanian. Sebab, adanya tanaman tersebut, menurutnya dapat menjadikan lembek sisi bantaran, sehingga menyebabkan rentan ambrol. “Masyarakat harus tahu betul, karena daerah tanggul (tangkis- Red) harus bebas dari tanaman. Karena tanggul itu sudah ada persyaratan standarnya,” tegas Syamsul Maarif.
Bahkan
berdasarkan infomasi yang dihimpun dilapangan akibat tingginya curah hujan beberapa
minggu terakhir ini, desa tetangga, tepatnya desa Kepanjen di Kecamatan
Gumukmas juga mengalami nasib yang sama. (lum).
langkah awal penanganan
banjir dilakukan sejak Senin kemaren, Empat alat berat berupa dua Escavator,
satu Buldozer dan satu Longboiom didatangkan ke kelokasi. Keempat alat berat
tersebut dimaksudkan untuk membuat kisdam pada tangkis yang jebol dengan
memakai jumbo bag yang diisi dengan pasir dan tanah.
Kepala UPT Pengairan
Kencong Susmiadi menjelaskan, jumbo bag yang sudah diisi dengan pasir dan tanah
tesebut, akan langsung dipakai membendung air yang meluber dengan
menenggelamkannya pada tempat yang jebol.
Setiap jumbo bag memiliki berat 1,5 hingg 2 ton. Dalam pemasangannya tersebut, jumbo bag tersebut langsung diikat satu sama lain. “Jadi tidak takut terbawa arus, karena beratnya hingga mencapai 2 ton dan pemasangannya langsung diikat satu sama lain,” tegas Susmiadi kepada bebeapa media Selasa (24/12)
Pengerjaan pengurukan tesebut merupakan tahap awal. Untuk tahap awal, terlebih dahulu dilakukan pembuatan kisdam pada bagian bantara sungai. Setelah selesai pembuatan kisdam pada bantaran, nantinya berlanjut pada penutupan tangkis yang jebol.
Hal tersebut karena tidak
hanya tangkis saja yang jebol, melainkan bantaran sungainya juga ikut jebol.
Untuk penanganan pertama harus pada tangkisnya. Sehingga air tidak lagi meluber
ke rumah penduduk dan kembali menuju aliran yang benar.
Berdasarkan analisa petugas, lebar bantaran yang jebol, hingga 35 meter. Sedangkan untuk tangkis yang jebol, hingga 60 meter. “Jika cuaca medukung, untuk mengerjakan bantarannya saja, maksimal tiga hari sudah selesai,” tegasnya.
Kepala Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat, Syamsul Maarif, yang pada saat pengerjaan berlangsung melakukan kunjungan meninjau langsung tempat tersebut. Syamsul mengapresiasi langkah tersebut pasalanya, hal awal yang harus dilakukan adalah menutup tangkis yang jebol.
“Saya sudah melihat dari posko bencana hingga tempat yang menjadi sumber banjir tesebut. Jika ini tidak segera di tutup, maka banjir akan terus meluber. Jadi langkah awal yang harus dilakukan adalah menutup tangkis yang jebol,” ujarnya saat kepada beberapa media .
Kepala BNPB yang memiliki bayground TNI ini menyayangkan adanya bantaran yang dipakai untuk lahan pertanian. Sebab, adanya tanaman tersebut, menurutnya dapat menjadikan lembek sisi bantaran, sehingga menyebabkan rentan ambrol. “Masyarakat harus tahu betul, karena daerah tanggul (tangkis- Red) harus bebas dari tanaman. Karena tanggul itu sudah ada persyaratan standarnya,” tegas Syamsul Maarif.
Diberitakan sebelumnya
bahwa banjir akibat tanggul jebol di Kencong yang merendam ribuan rumah di
empat desa hingga hari kelima Selasa (24/12) masih menggenangi wilayah Desa
Kraton, Paseban, Cakru dan sebagian Desa
Kencong.