Dari 96 mahasiswa yang ditempatkan
di 8 wilayah Puskesmas, antara lain, Puskesmas Klabang, Tegalampel, Prajekan,
Grujugan, Tlogo, Tenggarang, Binakal dan Kecamatan Wringin banyak ditemukan
kasus Kematian Ibu dan Bayi serta Bumil yang melahirkan di dukun.
Menurut Kepala Dinkes dr. H.
Mohammad Imron, MKes, melalui, Kabid Kesehatan Keluarga dr Titik Erna Erawati,
angka ibu melahirkan ke dukun masih tinggi. Dari 400 tahun 2013 hingga Juli
2014, yang melahirkan ke dukun mencapai 300 lebih, mengingat pemerintah pusat menghapus
dana jaminan persalinan (Jampersal) dan digantikan dengan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)”, jelasnya Rabo (29/10)
Sayangnya, belum semua Gakin tercover
dalam JKN. Ini menjadi salah satu faktor Bumil enggan melahirkan menggunakan
jasa tenaga kesehatan dengan alasan biaya. Oleh karena itu, untuk menekan resiko kematian ibu dan bayi
karena tidak mendapat penanganan kesehatan yang tepat.
Puluhan mahasiswa ini diharapkan
dapat menjadi partner tenaga kesehatan, untuk memberikan edukasi dan memotivasi
Bumil agar periksa secara rutin ke tenaga kesehatan. Mahasiswa juga berperan
melakukan deteksi dini dan memantau perkembangan Bumil dengan resiko tinggi,
memberikan pengetahuan tentang BPJS kesehatan, termasuk mengantar ibu hamil
bersalin ke fasilitas kesehatan.
Namun, lanjut dr. Titik, meski
diberi kewenangan untuk melakukan pendampingan, mereka tidak diperbolehkan
melakukan penanganan medis. Pemeriksaan secara berkala maupun persalinan tetap
dilakukan oleh bidan desa atau bidan induk. ” 1 mahasiswa untuk 1 Bumil.
Sasarannya adalah ibu hamil dengan resiko tinggi dan lahir di dukun.
Pendampingan dilakukan mulai ibu hamil sampai nifas dan sesudahnya,” ujarnya.
Puskemas yang dijadikan tempat
melakukan pendampingan oleh mahasiswa,
telah menyiapkan pemetaan ibu hamil yang akan jadi sasaran pendampingan. dr
Titik menambahkan, program ini merupakan kegiatan uji coba. 2015 mendatang,
diharapkan kerja sama dengan mahasiswa bisa diusulkan lagi dengan institusi
lain, seperti Akbid, Akper dan Stikes. (Midd)