
Seperti banjir di Jalan
Jawa Kampus Unej, padahal lokasinya diapit dua sungai besar. Di Kampung Osing,
Jangankan hujan sehari, hujan deras selama satu sampai dua jam saja. air sudah
menggenangi kampong Belakang Pendopo Bupati Jember, padahal tidak jauh terdapat
sungai Kali Jompo.
Menurut Warga Kampung
osing Soeseno, pada jaman belanda kampong Osing tidak pernah banjir, mereka
curiga beberapa drainasi, dibelokan dan ditutp untuk kepentingan bangunan,
termasuk teknis pembuatan DAM untuk menyiram rumput di Alun-alun, menghambat
lajunya air saat hujan deras dari kampong osing ke sungai.
Akibat hujan legat selama dua jam ini, bukan hanya di
Jl Jawa, Bengawan Solo dan kampung Osing saja yang jadi korban, tapi pengguna jalan di utara alun-alun. Banjir
juga terjadi Jalan, Mastrip, depan Yon Armed, Kebonsari, Pasar Tanjung, Banka,
Wirolego (Sumbersari), Perumahan Muktisari, Jalan Gajah Mada Kaliwates, Mangli,
Jalan S Parman (Depan Bakesbangpol), Subersari Tegal Besar Kaliwates dan banyak
lagi yang lainnya.
Wakil Ketua DPRD Jember,
Ayub Junaidi, menilai ada yang salah urus dalam penanganan banjir. Di jalan
jawa misalnya, seharusnya banjir di jalan itu bisa di atasi, sebab ada sungai
besar yang melewati jalan jawa, lebih aneh lagi, jalan bengawan solo yang
dilintasi sungai besar, justru terjadi banjir.
Pembangunan pusat
perbelanjaan, ruko, serta perumahan yang tidak terkendali, menyebabkan daerah
resapan di wilayah perkotaan berkurang drastis. Mestinya, sebelum pembangunan
fasilitas tersebut, harus dilengkapi dengan Analisa Dampak Mengenai Lingkungan
(Amdal), baik lingkungan sekitar maupun lalu lintasnya.
Timbul pertanyaan. Apakah
tidak ada drainasenya atau drainasenya buntu? kenapa buntu? Apakah tersumbat
sampah atau sengaja ditutup untuk kepentingan bangunan, atau sudah tidak ada
lagi petugas yang mengontrol dam membersihakan drainase.
Atau Pemerentah memang
sudah tutup mata dan telinga, sehingga tidak melihat dan mendengar bahwa
beberapa daerah tersebut sudah bertahun-tahun menjadi langganan banjir setiap
kali diguyur hujan deras, Jika dibiarkan samapai kapanpun banjir akan tetap
menghantuai Kota Jember.
Untuk itu Pemerintah harus
segera turun tangan, perbaiki sistim drainasenya, manfaatkan aliran sungai yang
sudah ada sejak dulu, kalau belum ada, buat dranase baru.Tempatkan pengawas dan
petugas kebersian drainase/sungai. Larang dan sangsi para pembuang sampah.
Yang sangat ironis sekali adalah
banyak bangunan legal dan illegal yang berdiri dengan memanfaatkan drainase dan
spadan sungai, bahkan ada yang sampai menutupinya. Namun tidak ada tindakan
apapun dari dinas terkait. Untuk itu perlu keberanian dan ketegasan untuk
menertibkannya.
Yang tidak kalah penting
lagi adalah maraknya penambangan gumuk, yang seharusnya berfungsi menjaga
ekosistem dan menyerap air ini semakin lama semakin habis, padahal dulu Kota
Jember merupakan Kota Gumuk terbanyak sedunia, namun kini nasibnya sangat
memprihatinkan, sudah banyak yang menjadi bangunan.
Untuk itu Jangan beri ijin
para penambang Gumuk dan ijin bangunan di Drenase dan spandan sungai. Jika
sudah berdiri, bongkar, jika keluar ijin, cabut. sangsi berat para investor dan
masyarakat nakal, bahkan oknum pemberi ijin, agar dimasa mendatang banjir tidak
lagi menghantui kota Jember lagi. (Eros: Berbagai sumber)