Translate

Iklan

Iklan

Tak Punya Profesi lain Difabel Ini Terpaksa Mengamen

1/08/16, 19:30 WIB Last Updated 2016-01-08T17:35:08Z
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Bermandi peluh, dengan modal alat musik alakadarnya, melalui senandung lagu dan sepeda modifikasinya, Fahrosi (38) terus mendatangi rumah demi rumah untuk mendapatkan bunga-bunga sosial.

Dengan keterbatasan kakinya akibat polio waktu kecil, Warga desa Kamal Arjasa ini rela mengamen. Demi kebutuhan hidupnya, penyandang defabel ini seakan tak pernah lelah apalagi putus asa. Setiap hari, selama 5 tahun lebih menyusuri jalan sejauh 10 kilometer, rasa gengsi dan malu dia lawan dan kubur dalam-dalam.

Baginya profesi ini, alternatif ahir dan keterpaksaan karena tak ada profesi lain yang bisa dikerjakan. “Saya mau kerja apa lagi mas, kondisi saya seperti ini. Untuk bertahan hidup, saya hanya berusaha berbuat apa yang saya bisa. Seandainya kaki saya normal saya tidak akan melakukan pekerjaan seperti ini, secara manusiawi ya sebenarnya malu mas, habis gimana lagi, “ ungkapnya dengan nada sedih Jumat (8/1).

Fahrosi menyampaikan selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah untuk menunjang dan membantu ketika dirinya berjalan. Ada yang menyentuh hati adalah, dia selalu membawa bungkusan yang selalu dibawa kemana saja ia pergi, yang isinya adalah sajadah untuk melakukan ibadah shalat.

“Apa sih yang dicari didunia ini mas, bagi saya mencari nafkah ini untuk bekal ibadah saja, kalau waktunya sholat saya harus berhenti mengucapkan rasa syukur saya, karena sampai saat ini saya masih diberikan kesempatan hidup, makanya saya tidak lupa bawa sejadah,” tuturnya Jumat (8/1)

Juman (34)  tetangga yang setia bersama Fahrosi dengan sebatang kayu sebesar lengan sebagai alat mendorong Fahrosi apabila berjalan, menyampaikan bentuk keprihatinannya sehingga setia bersama Fahrosi kemana saja Fahrosi pergi.

“Bagi saya Fahrosi itu luar biasa, dia selalu saya antar apabila waktu saya kosong, dari Fahrosi saya belajar menjalani hidup dengan sabar. Darinya saya belajar kesabaran dan arti perjuangan dan bagaimana saya senantiasa makan rejeki yang halal,” ungkapnya.

Rupanya untuk hari ini rejeki kurang berpihak sejak jam 08.00 wib, sampai jam 14.00 wib hanya mendapatkan rezeki 7 Ribu Rupiah cukup untuk membeli nasi sebungkus untuk berdua, dirinya sebagai penyandang difabel tidak begitu berharap banyak dari pemerintah karena selama ini, belum pernah memberi bantuan.

Selama ini saya tidak pernah mendapatkan bantuan mas, hanya raskin itupun harus saya tebus. Saya ikhlas yang penting Bupati terpilih bisa lebih baik dan memperhatikan rakyatnya yang kelaparan karena jabatan itu amanah, besok dimintai pertanggung jawaban ,” harapnya. (midd/mam)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Tak Punya Profesi lain Difabel Ini Terpaksa Mengamen

Terkini

Close x