Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Bermandi peluh, dengan modal alat musik
alakadarnya, melalui senandung lagu dan sepeda
modifikasinya, Fahrosi (38) terus mendatangi rumah demi rumah untuk mendapatkan bunga-bunga sosial.
Dengan keterbatasan
kakinya akibat polio waktu kecil, Warga
desa Kamal Arjasa ini rela mengamen. Demi kebutuhan hidupnya, penyandang
defabel ini seakan tak pernah lelah apalagi putus asa. Setiap hari, selama 5
tahun lebih menyusuri jalan sejauh 10 kilometer, rasa gengsi dan malu dia lawan
dan kubur dalam-dalam.
Baginya
profesi ini, alternatif ahir dan keterpaksaan karena tak ada profesi lain yang
bisa dikerjakan. “Saya mau kerja apa lagi mas, kondisi saya seperti ini. Untuk
bertahan hidup, saya hanya berusaha berbuat apa yang saya bisa. Seandainya kaki
saya normal saya tidak akan melakukan pekerjaan seperti ini, secara manusiawi
ya sebenarnya malu mas, habis gimana lagi, “ ungkapnya dengan nada sedih Jumat
(8/1).
Fahrosi
menyampaikan selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah
untuk menunjang dan membantu ketika dirinya berjalan. Ada yang menyentuh hati
adalah, dia selalu membawa bungkusan yang selalu dibawa kemana saja ia pergi,
yang isinya adalah sajadah untuk melakukan ibadah shalat.
“Apa sih
yang dicari didunia ini mas, bagi saya mencari nafkah ini untuk bekal ibadah
saja, kalau waktunya sholat saya harus berhenti mengucapkan rasa syukur saya,
karena sampai saat ini saya masih diberikan kesempatan hidup, makanya saya
tidak lupa bawa sejadah,” tuturnya Jumat (8/1)
Juman
(34) tetangga yang setia bersama Fahrosi
dengan sebatang kayu sebesar lengan sebagai alat mendorong Fahrosi apabila
berjalan, menyampaikan bentuk keprihatinannya sehingga setia bersama Fahrosi
kemana saja Fahrosi pergi.
“Bagi
saya Fahrosi itu luar biasa, dia selalu saya antar apabila waktu saya kosong,
dari Fahrosi saya belajar menjalani hidup dengan sabar. Darinya saya belajar
kesabaran dan arti perjuangan dan bagaimana saya senantiasa makan rejeki yang
halal,” ungkapnya.
Rupanya
untuk hari ini rejeki kurang berpihak sejak jam 08.00 wib, sampai jam 14.00 wib
hanya mendapatkan rezeki 7 Ribu Rupiah cukup untuk membeli nasi sebungkus untuk
berdua, dirinya sebagai penyandang difabel tidak begitu berharap banyak dari
pemerintah karena selama ini, belum pernah memberi bantuan.
Selama
ini saya tidak pernah mendapatkan bantuan mas, hanya raskin itupun harus saya
tebus. Saya ikhlas yang penting Bupati terpilih bisa lebih baik dan
memperhatikan rakyatnya yang kelaparan karena jabatan itu amanah, besok
dimintai pertanggung jawaban ,” harapnya. (midd/mam)