Translate

Iklan

Iklan

Fatayat NU Jember; Bangkit Dan Bangun Kemandirian Perempuan

4/24/16, 19:00 WIB Last Updated 2016-09-11T12:06:57Z
Jember, MAJALAH-GEMPUR.Com. Dalam rangka memperingati Harlah ke-66, Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Jember selenggarakan rangkaian kegiatan yang dipusatkan di area Kantor PCNU Jember.

Kegiatan dihadiri oleh segenap pengurus Fatayat NU dari ranting dan anak cabang se-Kabupaten Jember diawali dengan launching web Fatayat NU Jember, pembacaan Sholawat, lomba kreasi produk dari bahan bekas, bazar, aksi teatrical, pembacaan pernyataan sikap, dan orasi.

Menurut Ketua Umum Fatayat Jember, Rahmah Saidah, kegiatan ini sebagai  upaya membangun kesadaran perempuan untuk bangkit, “Sesuai tema, kegiatan ini fokus upaya membangun kesadaran perempuan agar bangkit dari ketertindasan dan menjadi mandiri,” tegasnya Minggu, (24/4)

Lantaran dekat momen hari Kartini dan Hari Bumi, dalam teatricalnya, mengkritisi peringatan Kartini yang hanya dengan menggunakan simbol kebaya ataupun dengan lomba-lomba memasak, merias, merangkai bunga seolah-olah ingin menegaskan bahwa lingkup kerja perempuan hanyalah di rumahtangga.

“Yang diperjuangkan Kartini, yang juga adalah seorang Muslimah saat itu adalah isu poligami dan kesetaraan pendidikan yang merupakan pintu keterlibatan perempuan untuk membebaskan dirinya dari ketertindasan,” ungkap Nurul Hidayah, ketua panitia penyelenggara.

Selain itu terkait dengan Hari Bumi, dalam aksi teatrical tersebut digambarkan bahwa perempuan dengan berbagai pilihan profesi bersama-sama bergandengan tangan untuk menjaga bumi dari kerusakan yang akan berdampak bagi kehidupan manusia.

Lebih seabad isu gender disuarakan, namun masih dirasakan perempuan.  Konsepsi keluarga Sakinah Mawaddah, Warrohmah dimaknai sebatas materi, dimana laki-laki merasa boleh berpoligami hanya karena mampu mencukupi kebutuhan materi perempuan.

Perempuan seringkali tidak punya pilihan untuk menikah diusia muda. “Perempuan seringkali tidak punya pilihan ketika konstruksi budaya yang dijaga oleh keluarganya memaksanya untuk menikah diusia muda, dan harus menanggung berbagai macam resikonya,” imbuh Nurul.

Kartini meninggal karena melahirkan, sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) masih tinggi. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia adalah 359 per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) adalah 32 per seribu kelahiran hidup.

Partisipasi pendidikan juga rendah dibandingkan laki-laki. Data BPS tahun 2013 menyebutkan masih ada 11,44% perempuan pedesaan yang sama sekali tidak pernah sekolah, 19,44% tidak tamat SD, 33,95% tamat SD, 19,2% tamat SMP, 12,86% tamat SMA/sederajat, dan hanya 3,29% yang sarjana (BPS, 2015).  

Ditambah lagi dengan model pendidikan yang masih tidak berperspektif gender. Sehingga kenyataan ini akan berdampak kepada tidak terbangunnya kesadaran gender yang berdampak kepada berbagai bentuk penindasan perempuan.

Perempuan selalu dianggap makhluk yang lemah, cengeng, tergantung kepada laki-laki yang menjadi suami ataupun ayahnya. Pada kenyataannya, perempuan memiliki kelebihan dari laki-laki, mampu menjalankan fungsi reproduksi,  haid, hamil, melahirkan, sampai menyusui bayinya.

Disisi lain, perempuan adalah penjaga kehidupan, sebagai ibu, bertanggungjawab sekaligus menuntaskan pekerjaan rumah tangga, bahkan banyak jadi tulang punggung keluarga. Diruang publik, perempuan menjalin ikatan persaudaraan sesama warga, sebagai tokoh, perempuan menjadi pemimpin di masyarakat.

Sementara Lomba Handycraft berbahan bekas, ditujukan untuk membangun kepedulian terhadap lingkungan dengan mengolah kembali sampah menjadi produk yang berguna. “Dengan mengolah sampah, kita membantu menjaga bumi dari pencemaran, selain itu, dengan kreasi dari bahan bekas ini, kita berharap mendapatkan nilai guna dan nilai ekonomis,” jelas Agustina Dewi penanggungjawab lombaHandycraft. 

Untuk kedepan, produk pemenang lomba akan diproduksi massal dan dipasarkan melalui koperasi Yasmin Fatayat, sehingga bisa menjadi peluang usaha, yang akhirnya berdampak terhadap kemandirian.  Selain itu, juga menyediakan banner pohon harapan untuk mewadahi aspirasi dan harapan masyarakat.

Pernyataan sikap yang dibacakan dalam momen Harlah Fatayat NU Jember ke-66 kali ini diantaranya menegaskah bahwa perempuan adalah manusia seutuhnya yang memiliki hak dan kwajiban yang sama dalam berbuat kebaikan di muka bumi.

Mereka menuntut pemerintah untuk membuat kebijakan yang berperspektif gender, terkait isu poligami, pendidikan dan kesehatan, mendesak Pemerintah membuat Perda pelarangan pernikahan usia dini, mengajak ormas perempuan bangkit.

Selain itu mengajak perempuan mengembangkan potensi dirinya untuk membangun kemandirian, menjaga lingkungan sosial dan alam sebagai sumbangsih kehidupan generasi selanjutnya serta mendesak pemerintah membuat kebijakan lingkungan dengan berorientasi kepada pelestarian alam. (eros)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Fatayat NU Jember; Bangkit Dan Bangun Kemandirian Perempuan

Terkini

Close x