
Kegiatan
yang diikuti okeh sejumlah perwira Polri yang masih aktif ini, diawali
dari Monumen Tumpeng, Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang dan berakhir di
Monumen Palagan Jumerto, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Ada lima aspek yang ditanamkan kepada calon
pemimpin Polri. Pertama aspek kesejarahan “Karena mereka disiapkan sebagai middle level
leader, sebagai calon pimpinan masa depan Polri yang ahli dibidang ilmu
kepolisian, sehingga harus memahami sejarah perjuangan para
pendahulunya.
Menumbuhkan jiwa esprit du corp yang
membentuk soliditas dan solidaritas antar anggota Polri, membangun kerjasama
tim serta kemampuan manajerial yang baik, seorang
pemimpin Polri itu harus turun kelapangan, menemui rakyat dan bekerja bersama-sama
rakyat.
Sementara aspek
terakhir, ada nilai filosofis, jika tugas polisi itu
tak selalu ada di daerah perkotaan, melainkan di kawasan desa hingga
pegunungan. Demikian kata Ketua STIK-PTIK, Irjen Pol. Rycko Amelza Dahniel didampingi Kapolres Jember AKBP Sabilul Alif SH, SIK,dan dihadapan para peserta
angkatan 72 STIK-PTIK Tahun 2016, dan Keluarga Pahlawan dan Tokoh Masyarakat di Monumen Palagan Jumerto Jember Jum’at siang (12/8).
“Monumen Palagan Jumerto dibangun untuk
memperingati para pejuang Polri dan rakyat yang gugur ketika melawan pasukan
Nica Belanda pada tahun 1949. Monumen ini berdiri di samping Kantor Kelurahan
Jumerto, Kecamatan Patrang, Jember” sambung
lulusan terbaik Akpol 1988 ini.
Pada monumen
itu ada 13 anggota Brimob Polri yang namanya tercantum, 12 nama teridentifikasi
sementara 1 nama tak diketahui. Selain nama-nama anggota Brimob, 20 nama warga
juga tertulis pada monumen yang diresmikan 1 Juli 1984 oleh Kapolda Jawa Timur,
Mayjen Polisi Soedarmadji tersebut. (ruz/edw)